Sebuah masa lalu terkadang tidak ingin berhenti mengejar, membuat kehidupan seseorang berhenti sejenak dan tenggelam dalam sebuah luka.
Lituhayu terjebak dalam masa lalu itu. Masa lalu yang dibawa oleh Dewangga Aryasatya, hingga membuat gadis itu tenggelam dalam sebuah luka yang cukup dalam.
Waktu terus bergulir, tapi masa lalu itu tidak pernah hilang, bayangnya terus saja mengiringi setiap langkah hidupnya.
Tapi, hanya waktu juga bisa menyadarkan seseorang jika semua sudah berakhir dan harus ada bagian baru yang harus di tulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana yang Dulu
" Nggak bisa... Aku nggak mau menikah denganmu!" tolak Alana membuat jiwa dominan seorang Kalandra merasa terhina dengan penolakan gadis itu.
"Bagaimana bisa aku menyerahkan sisa hidupku ada pria brengsek sepertimu?" Alana menatap kecewa pada sosok di depannya. Mungkin dengan itu dia mengungkapkan semua penolakan yang sejak tadi simpan.
Kalandra malah tertawa mendengarnya. Dia merasa marah dan terhina dengan ucapan Alana. Padahal dalam hatinya dia sangat mudah mencari wanita yang jauh lebih segala-galanya dari gadis di depannya.
" Kamu kira aku suka menikah denganmu? Aku hanya mengiyakan saja keinginan mereka. Kamu tahu banyak gadis yang lebih dari kamu yang bertekuk lutut dan menyerahkan dirinya padaku." ucap Pria itu dengan panjang lebar, harga dirinya merasa diinjak-injak oleh gadis yang terlalu sederhana.
Kalandra meninggalkan Alana yang masih terdiam. Ini pertama kalinya pria itu bicara panjang lebar padanya. Bahkan, ada sorot kemarahan dari matanya.
Alana tertunduk dan tergugu sendiri. Dia merasa hidup semakin menekannya. Entah takdir apa yang sedang dia jalani saat ini hingga dia harus merasakan semua ini. Apalagi saat membayangkan menjalani sebuah pernikahan dengan pria penjahat kelamin seperti Kalandra. Pasti itu akan seperti neraka untuknya.
###
Pukul sebelas malam, Alana masih terjaga. Dia sama sekali tidak merasa mengantuk. Tatapannya tertuju pada wanita yang masih terlelap di atas bed.
Ternyata menjadi dewasa itu semakin tidak enak. Tiba-tiba terlintas bayangan masa kecilnya. Hidupnya sangat sempurna saat itu, tidak ada hal yang dia cemaskan dan tidak ada beban yang harus di pikul dan dia pendam sendirian.
Pintu terbuka, Kalandra masuk dengan menggunakan pakaian yang sama seperti seharian tadi, bahkan pakaian itu sangat lusuh. Itu artinya dia tidak pulang ke rumah.
"Aku bawakan kamu makan malam!" ucap Kalandra sambil meletakkan sebuah paperbag di meja sebelah Alana.
Alana menatap curiga pria di dekatnya. Hidungnya menghidu aroma yang berbeda, seperti alkohol. Sebenarnya Alana tidak menghafal bau alkohol tapi dia yakin jika aroma yang melekat pada tubuh pria itu adalah aroma alkohol.
"Kamu minum alkohol?" tanya Alana dengan tatapan tajam. Bahkan, dia memanggil pria yang jauh lebih dewasa hanya dengan kata ' kamu' saking kesalnya dia dengan pria yang kini tersenyum cemeh ke arahnya.
" Iya, kenapa?" sambut Kalandra dengan mengejek, bahkan pria itu sengaja ingin membuat Alana marah.
" Ya Tuhan...." Alana langsung berdiri.
" Mandi sana, mandi!" Alana mendorong tubuh tinggi dan tegap itu ke arah kamar mandi.
Suasana cukup ribut, saat Kalandra menolaknya. Untung saja, Mama Airin masih dalam pengaruh obat hingga tidur lelapnya tidak terganggu.
Alana kembali duduk dengan wajah kesal saat kamar mandi tertutup. Rasanya dia ingin mencakar-cakar pria itu untuk melampiaskan kekesalannya.
Terdengar guyuran air dari dalam kamar mandi. Alana mendesah, dia merasa begini amat hidupnya.,
Tak lama kemudian suara gemercik air berhenti. Dan pria yang hanya mengenakan handuk kecil itu keluar.
Seketika Alana melotot, gadis itu hanya fokus pada handuknya. Itu handuknya dipakai oleh Kalandra.
" Itu handukku!" hardik Alana dengan spontan langsung berdiri. Lama-kelamaan hidup bersama pria itu dia bisa mati muda karena serangan jantung.
"Terus aku harus telanjang gitu?" sahut Kalandra hampir membuka handuknya.
" Eh apa-apaan..." Dengan sigap Alana langsung berbalik membelakangi Kalandra. Dia takut pria itu benar-benar membuka handuknya.
Alana yakin jika Kalandra tidak akan malu jika harus telanjang didepannya. Itu pasti kebiasannya bersama banyaknya wanita-wanita yang menjadi budaknya nafsunya.
"Kendra tadi membawakan bajumu!" ucap Alana dengan mengambil paper bag yang dibawa Kendra. Posisinya, masih dengan memunggungi Kalandra, Alana memberikan papar bag tersebut.
Kalandra mengambil paperbag yang diberikan oleh Alana dan kemudian dia kembali ke kamar mandi untuk ganti baju.
Setelah ganti baju, Kalandra melempar kemeja yang tadi dikenakannya, tepat mengenai kepala Alana yang sedang termenung. Pria itu sengaja membuat gadis itu marah.
"Huek..." Alana menunjukan reaksi jika kemeja pria itu benar-benar bau hingga membuat mual perutnya.
" Suatu hari nanti kamu yang akan selalu membersihkan pakaianku." ujar Kalandra dengan tersenyum sinis.
Dia akan membuat gadis itu tahu jika Kalandra Arshaka Bagaskara bisa mengendalikan dirinya.
"Apa kamu bisa mencium aroma parfum perempuan di sana. Itu artinya, banyak wanita bertekuk lutut dan menyerahkan dirinya padaku." ujar Kalandra dengan jumawa.
Sebenarnya penolakan dari Alana membuat dia tidak terima, maka dari itu dia akan membuktikan pada gadis itu jika dia adalah penakluk wanita.
" Semoga saja tidak terkena penyakit kelamin, amin-Allahuma amin." balas Alana dengan datar.
" Kamu kira aku anak remaja. Jika sudah nge-seks lupa daratan. Dasar bocah..." gumam Kalandra langsung memilih duduk di sofa yang sama dengan Alana.
Pria itu langsung membuka benda pipih miliknya. Beberapa pesan masuk membuat pria itu langsung membalas pesan itu dan terakhir kalinya, dia membaca laporan dari email-nya yang ternyata isinya, jika Alana pernah berpacaran dengan dosennya.
Seketika, Kalandra menoleh ke arah Alana. Pria itu memperhatikan sejenak gadis yang langsung melengos mendapati tatapan darinya.
Sebuah gambar juga terkirim ke failnya. Foto Alana saat masih kuliah dan foto Alana bersama Dewa.
Dewa kembali memperhatikan gadis di sebelahnya. Ada perbedaan yang jelas antar Alana yang dulu dan Alana yang sekarang.
Calon istrinya nampak lebih kurus dari sekarang dan dulu jelas terlihat jika Alana yang adalah gadis yang periang bukan seperti sekarang.
"Dulu pipimu, mirip bakpau ya?" seloroh Kalandra membuat Alana menoleh. Kalandra tersenyum mengejek, kalimatnya mampu menarik perhatian gadis yang duduk satu bangku dengannya.
" Tapi imut juga dari pada sekarang!" ucap Kalandra langsung menunjukkan wallpaper di ponselnya.
"Ih- apa-apaan, dari mana dapat foto itu?" tanya Alana berusaha merebut ponsel Kalandra tapi dengan gesit pria itu menghindar.
Kalandra tersenyum, jika melihat Alana kalang kabut dia merasa puas.
" Hapus, nggak?" ucap Alana.
" Nggak..." ucap Kalandra dengan menyembunyikan ponselnya di belakang tubuhnya.
" Sebenarnya kalau gemoy begitu kamu terlihat lebih imut!" lanjut Kalandra dengan memperhatikan wajah lesu Alana yang sekarang. Berat badannya yang banyak berkurang membuat pipi cabinya yang dulu sedikit tirus.
Alana langsung kembali diam. Pelan, Kalandra menyadari sikap Alana yang kembali murung. Gadis itu,seperti punya dua kepribadian. Keganasannya dan keceriaan yang kadang timbul tapi terkadang wajah murungnya.
Mata Alana mulai memanas membuat gadis itu membuang muka dari pria yang masih terusik ribuan pertanyaan tentang sosok Alana Lituhayu.
" Tidurlah! Kita bisa gantian jagain Tante Airin." titah Kalandra membuat Alana menyandarkan tubuhnya di sofa.
Dia memang tidak menjawab Kalandra, tapi kemudian menuruti apa yang dikatakan pria itu. Dia butuh istirahat untuk menghadapi hari esok.