NovelToon NovelToon
SECRETS

SECRETS

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Cinta Seiring Waktu / Roman-Angst Mafia / Trauma masa lalu
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Sam Lee

Irene, seorang gadis cantik yang gampang disukai pria manapun, tak sengaja bertemu Axelle, pria sederhana yang cukup dihindari orang-orang, entah karna apa. Sikapnya yang dingin dan tak tersentuh, membuat Irene tak bisa menahan diri untuk tak mendekatinya.

Axelle yang tak pernah didekati siapapun, langsung memiliki pikiran bahwa gadis ini memiliki tujuan tertentu, seperti mempermainkannya. Axelle berusaha untuk menghindarinya jika bertemu, menjauhinya seolah dia serangga, mendorongnya menjauh seolah dia orang jahat. Namun anehnya, gadis ini tak sekalipun marah. Dia terus mendekat, seolah tak ada yang bisa didekati selain dirinya.

Akankah Irene berhasil meluluhkan Axelle? Atau malah Axelle yang berhasil mengusir Irene untuk menjauh darinya? Atau bahkan keduanya memutuskan untuk melakukannya bersama setelah apa yang mereka lalui?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Their Secrets

"Gak ada yang mau bahas Bryan?"

Semua tatapan tertuju pada Joy yang menunduk, mata gadis itu berkaca-kaca.

Axelle mengalihkan pandangannya pada Andrew, membuat Andrew menatapnya. "Dia yang bunuh Bryan, Joy."

"Apa? Kenapa loe jadi nuduh dia? Jelas-jelas loe yang ada disana." Teriak Joy, tak terima.

"Kenapa loe tetep nuduh gw? Bokap loe udah lepasin gw, jelas bukan gw pelakunya." Ujar Axelle, kesal.

"Terus, loe punya bukti gw yang lakuin itu?" Tanya Andrew, menantang tatapan tajam Axelle.

Axelle tersenyum, sinis. "Tentu, loe udah hapus jejak apapun disana."

"Apa ini karna gw pemimpin BS? Loe gak terima?"

"Udah cukup, biarkan Park yang menjelaskan semuanya." Ujar Kang, membuat Park menatapnya tak terima. "Semua berawal darimu, Park, maka kau yang harus menceritakan semuanya."

"Papa, ada apa? Kenapa Papa lepasin Winter? Kenapa Papa gak pernah benar-benar nyelidikin kematian anak Papa sendiri?" Tanya Joy, pelan.

"Joy, Sayang, kita bisa bahas ini..."

"Kenapa, Park? Kenapa anakmu tak boleh mendengar tentang ibu kandungnya sendiri? Kenapa kau tak berani mengungkap kebenarannya?"

"Diam, Kang, aku tak membutuhkan omong kosongmu." Jawab Park, kesal.

"Jadi, kenapa persahabatan kalian hancur begitu saja? Kenapa ayahku harus berjuang sendirian membesarkan organisasi yang kalian dirikan bersama? Apa karna gadis ini?"

"Kau tentu telah mendengarnya dari ayahmu sendiri, kau tak perlu mendengarnya dari kami." Jawab Park, sengit.

"Aku ingin tau dari sudut pandang kalian, karna kalianlah yang meninggalkan Black Swan, kalian menghancurkan persahabatan itu, lalu membiarkan ayahku berjuang sendirian."

"Itu salahnya karna mempertahankan Black Swan dibanding memilih salah satu diantara kami, itu karna keserakahannya."

Andrew menatap Kang, tajam. "Maaf ya, Pak tua. Kalau ayahku serakah, lalu kalian apa? Egois? Bodoh? Buta? Hanya karna satu orang gadis, kalian sudah seperti orang gila memperebutkannya."

"Papa..."

"Aku, aku yang salah pada awalnya." Ujar Park, pelan. "Aku yang menghancurkan semuanya, demi gadis yang kucintai saat itu." Ujarnya, ia menatap Joy, lalu menunduk pelan. "Aku menghamili gadis itu, dan menyerahkan semua tanggung jawab pada Kang." Ujarnya, semakin pelan.

***

"Irene, loe gak tidur?" Tanya Gisel, gadis itu beranjak dari kamarnya, saat tak merasakan Irene berbaring disampingnya.

"Gw gak bisa, gw masih kepikiran Axelle." Jawab Irene, pelan. "Dia pasti baik-baik aja, kan?"

"Irene, please!! Loe gak beneran suka sama tuh bocah, kan? Loe harusnya mikirin diri loe sendiri, loe hampir celaka gara-gara dia. Loe gak harus sebuta itu buat ngeliat semuanya, apalagi Joy... Kita udah kenal Joy lama, tapi dia tega ngelakuin itu sama loe."

"Kita gak tau posisi Joy kayak gimana, Sel. Kita gak berhak nge-judge dia, kita harus dengerin dia dulu."

"Gw gak judge dia, Rene. Cuman... Apapun yang dia lakuin, itu salah. Dia berusaha nyelakain loe, temennya sendiri."

"Sel... Kita gak pernah ada di posisi mereka, kita gak tau seberat apa hidup mereka, kita gak pernah tau semua hal apa yang pernah mereka lewati. Kita harus dengerin Joy dulu, sebelum ngambil keputusan."

Gisel menghela nafas pelan, ia paling tak suka Irene yang keras kepala seperti ini. Irene gak akan pernah mau dengerin orang lain, kecuali dia merasakan akibatnya sendiri. "Loe suka Axelle?"

Irene terdiam, ia menatap Gisel. "Kenapa jadi bahas itu?" Tanyanya, tak mengerti.

"Loe berubah, sejak kenal Axelle. Loe gak pernah setertarik ini sama seseorang, bahkan loe rela nyakitin diri loe sendiri demi dia."

"Dan itu artinya gw suka sama dia, gitu? Pengertian suka di kepala loe sempit ya, heran gw."

"Kalo loe gak tertarik sama dia, kenapa loe mau sampai di titik ini?? Tinggal sama Axelle, pinjem pakeannya, bahkan loe tidur sama dia."

"Dari mana loe tau?" Tanya Irene, kaget.

"Loe tau, sejak Stuart liat loe bareng Axelle tempo hari, dia nyuruh seseorang buat ngikutin loe. Dan dari beberapa teman yang pernah pas-pasan sama loe, sama Axelle, kalian berdua sering keliatan mesra."

"Oh, please, itu bukan berarti gw sama dia pacaran kan, Gisel? Loe tau gw, gw..."

"Gw juga tau Joy, tapi Joy bisa nyimpen rahasia hidupnya sendirian. Loe juga kayak gitu, kan?" Ujar Gisel, datar. "Rene, jujur sama gw, loe suka kan sama Axelle?"

***

Stuart menghela nafas pelan, ia menyeruput kembali coklat panasnya. Ia tak bisa tidur, tentu saja, karna ia meninggalkan banyak pekerjaan di sana.

Irene, Stuart tak bisa mengalihkan pikirannya dari gadis itu. Entah sejak kapan gadis itu begitu menyita pikirannya, Stuart juga tak mengerti. Stuart menatap ponselnya, dia sedari tadi menghubungi siapapun yang bisa ia hubungi, tapi semuanya seolah menghilang tanpa kabar. Lagi-lagi Stuart menghela nafas, ia ingin menghubungi Irene, tapi takut mengganggunya. Lagipula ini sudah tengah malam, mungkin gadis itu tengah tidur.

Stuart terdiam, ia memikirkan Irene dan Axelle yang katanya tinggal bersama. Bukan apa-apa, Stuart tak bisa begitu saja mempercayai Axelle. Bukan karna rumor yang beredar, tapi sepertinya pria itu terjerat masalah yang cukup rumit. Mengingat permintaan serius dari pria itu, membuat Stuart semakin yakin bahwa masalahnya memang tak semudah yang ia pikirkan.

Stuart berdecak, lalu ia mengambil ponselnya. Kali ini ia mencoba menghubungi Gisel, semoga gadis itu bisa menenangkan pikirannya dengan kabar Irene.

"Kak, kenapa telpon dini hari begini? Aku capek, pengen tidur." Ujar Gisel, setengah merengek.

"Gisel, loe udah ketemu Irene? Gimana? Dia baik-baik aja, kan?"

Terdengar helaan nafas panjang disana, Gisel terdengar beranjak dari ranjangnya. "Dia baik-baik aja, setelah apa yang terjadi." Ujarnya, datar.

"Memangnya, apa yang terjadi?"

"Feelingku benar, ada yang tak beres dengan Irene. Kami melacaknya, lalu menemukannya diculik di sebuah villa tua." Ujar Gisel, setengah berbisik.

"Apa? Dimana Axelle? Lalu, Andrew? John?"

"Siapa Andrew, aku gak kenal." Ujar Gisel, penasaran. "Dan John? Kak,..."

"Axelle gimana? Dia pasti jagain Irene, gak mungkin dia ninggalin Irene gitu aja."

"Buktinya dia ninggalin Irene, ketika kerusuhan itu terjadi. Dia ditarik temannya, aku narik Irene pulang." Jawab Gisel, kesal. "Kak, aku sebenernya tak mengerti. Siapa sih Axelle ini? Semuanya berubah, ketika Irene berhubungan sama dia. Joy nyulik Irene, adik Joy dibunuh Axelle, Axelle dikejar mafia. Gimana bisa..."

"Apa? Joy nyulik Irene? Kenapa?"

"Kata Irene, temennya Axelle yang terbunuh itu adik Joy." Jawab Gisel, membuat Stuart terdiam. "Kakak baru tau, kan? Joy beneran bisa ngerahasiain ini semua, hebat.

"Beberapa hari lagi aku pulang, aku mau cerita detailnya saat itu." Ujar Stuart, pelan. "Tidur, aku takut ganggu Irene."

"Ck!! Bucin!!" Ujar Gisel, sebal. "Kakak juga tidur sana, gak baik sering begadang."

"Iya, bawel!!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!