Follow IG @ersa_eysresa
Bagaimana jika kekasih yang kamu cintai ternyata bermain hati dengan adikmu. Dan di hari pertunanganmu dia membatalkan pertunangan kalian dan mempermalukanmu dengan memilih adikmu untuk dinikahi.
Malu sudah pasti, sakit dan hancur menambah penderitaan Rayya gadis berusia 23 tahun. Gadis cantik yang sudah mengalami ketidakadilan di keluarganya selama ini, kini dipermalukan di depan banyak orang oleh adik dan kekasihnya.
Namun di tengah ketidakadilan dan keterpurukan yang dia alami Rayya, muncul sosok pangeran yang tiba-tdi berlutut di depannya dan melamarnya di depan semua orang. Tapi sayangnya dia bukanlah pangeran yang sebenarnya seperti di negeri dongeng. Tapi hanya pria asing yang tidak ada seorangpun yang mengenalnya.
Siapakah pria asing itu?
Apakah Rayya menerima lamaran pria itu untuk menutupi rasa malunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Pindah
Setelah pertemuan antara Rayya dan Papa Bara, kehidupan rumah tangga antara Saka dan Rayya semakin harmonis. Karena restu sudah dikantongi Rayya dari kedua orang tua Saka. Dan sudah tidak ada lagi kekhawatiran di hati Rayya tentang restu.
Malam itu, sebelum mereka berdua menggapai mimpi, Rayya dan Saka menyempatkan diri untuk bicara lebih dekat sebagai suami istri. Disini Saka akan menyampaikan pesan dari kedua orang tuanya tadi..
"Sayang, "
"Hmm, ada apa. "
"Aku ingin mengatakan sesuatu. Aku harap kamu bisa memikirkannya dengan baik." Ujar Saka penuh teka teki.
"Ada apa mas? " Rayya mulai serius menanggapi ucapan suaminya.
Terlihat Saka menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan seolah mengatur nafasnya untuk mengatakan sesuatu yang penting.
"Tadi mama datang ke kantor. Lalu bersama papa menemuiku di ruanganku, Mereka mengatakan sesuatu yang penting. " ujar Saka pada akhirnya.
"Ada apa? kenapa kamu terlihat cemas, apa yang mereka katakan jangan membuatku khawatir," kata Rayya terlihat cemas.
"Mereka ingin kita pindah ke rumah utama. Karena kamu sudah di terima menjadi anggota keluarga Aksara, karena itu papa dan mama ingin kita kembali ke tempat yang sesungguhnya. " Saka akhirnya menjelaskan apa yang disampaikan oleh mama dan papanya di kantornya tadi siang.
Rayya terdian, kembali ke keluarga Aksara itu artinya akan banyak yang harus dia pelajari disana sebagai menantu keluarga terpandang itu. Sedangkan dia adalah wanita biasa. Bak cerita Negeri dongeng Rayya seperti seorang Cinderella di dunia nyata
"Aku ragu, " ucap Rayya singkat.
"Ragu kenapa? " tanya Saka bingung.
"Apakah aku mampu untuk tinggal di rumah utama, sebagai menantu keluarga Aksara? " Rayya mengatakan yang menjadi kegalauan hatinya
"Itu bisa di atur, kamu pasti bisa. Ada mama yang akan membantumu untuk menjadi seorang wanita tangguh dikeluarga Aksara. Jangan khawatir. "
Saka menguatkan istrinya dan meyakinkannya kalau dia pasti bisa menjadi seorang nyonya Aksara. Menggantikan sang mama nanti.
Rayya hanya terdiam, dia masih belum yakin. Wanita biasa sepertinya akan menjadi bagian dari keluarga Aksara.
*********
Hujan gerimis membasahi halaman rumah keluarga Aksara pagi itu. Udara dingin menusuk tulang, seolah menjadi pertanda bahwa hari itu akan menjadi awal dari segalanya. Di dalam ruang tamu yang luas dengan interior klasik mewah, Saka duduk berdampingan dengan Rayya, menggenggam tangannya erat. Di hadapan mereka, duduk Papa Bara sosok pemimpin bijak dan kuat yang kini menatap Rayya dengan senyum tipis.
"Jadi, kalian sudah memutuskan?" tanya Papa Bara, suaranya tenang namun berwibawa.
Rayya menelan ludah. Jantungnya berdegup lebih cepat. Rumah ini begitu megah. Lantainya mengilap seperti cermin, lukisan-lukisan mahal tergantung di dinding, dan aroma kayu tua berpadu dengan wangi lavender menyelimuti ruangan. Semua terasa asing walau ini kali kedua dia masuk ke rumah ini.
"Kami sudah membicarakannya, Pa. Dan Rayya setuju," jawab Saka dengan mantap.
"Bagus sekali, akhirnya mama memiliki teman ngobrol. " Mama Lina terlihat sangat bersemangat.
Papa Bara mengangguk pelan. "Kalau begitu, Rayya…"
Rayya menatap mertua itu, berusaha menutupi kegugupannya.
"Selamat datang di keluarga Aksara. Kami menyambutmu dengan senang hati. " ucap Papa Bara dengan senyum lebar.
Rayya diam mematung, seperti tak percaya dengan kata-kata itu. Saka tersenyum lebar dan meremas tangannya lembut karena bahagianya sang istri di terima baik di rumah ini.
"Tapi," lanjut Papa Bara setelah menghentikan tawanya, "Karena kamu dan Saka akan tinggal di rumah utama mulai hari ini. Dan sebagai menantu Aksara, kamu bukan lagi hanya istri Saka. Kamu sekarang adalah bagian dari keluarga kami.”
Rayya menunduk. Ada campuran rasa haru dan ketakutan dalam dirinya. Ia bukan berasal dari keluarga kaya. Hidupnya dulu adalah perjuangan, sebuah perjuangan untuk bertahan hidup dari kerasnya kehidupan.
Saka menoleh padanya, seakan tahu apa yang dipikirkannya.
"Sayang… kamu bisa," bisik Saka. "Kamu sudah melalui hidup yang keras. Ini cuma dunia yang berbeda. Aku yakin kamu akan bisa beradaptasi."
Rayya menoleh dan menganggukkan kepala.
"Selamat datang di rumahmu, Rayya," ucap Mama Lina sambil memeluknya.
Rayya tertegun mendapatkan pelukan dari mama Lina. Pelukan itu hangat, pelukan yang dia rindukan selama ini. Tidak seperti keluarganya yang dulu, bahkan pelukan seperti ini dia tidak pernah mendapatkannya. Hanya caci maki dan cemoohan saja yang dia dapatkan.
Kamar mereka berada di sayap timur rumah. Sangat Luas, elegan, dengan balkon menghadap taman belakang. Semua seperti mimpi. Tapi bagi Rayya, ini adalah dunia yang tidak dikenalnya.
Malam harinya, Rayya duduk di ranjang, menatap bayangannya di cermin besar. Gaun tidurnya terbuat dari sutra, terlalu mewah untuk kenyamanan yang baru ia kenal. Bukan lagi baju bekas atau baju tidak layak pakai, semua isi lemarinya kini dipenuhi pakaian mewah dan bermerk terkenal.
"Aku nggak tahu bisa bertahan di sini atau nggak, mas…" bisiknya pelan.
Saka berjalan mendekat, duduk di sampingnya. "Kenapa kamu ragu?"
Rayya menghela napas panjang. "Semua orang di sini… punya latar belakang, punya standar, punya cara bicara, cara jalan, bahkan cara makan yang berbeda. Aku… aku cuma Rayya."
Saka mengangkat wajahnya dengan lembut. "Justru itu. Kamu Rayya. Kamu kuat, kamu tulus, kamu pernah hidup dari nol. Itulah yang bikin aku yakin kamu bisa lebih dari sekadar ‘menantu Aksara’. Kamu akan bersinar, Sayang. "
Matanya berkaca-kaca. Kata-kata Saka seperti pelindung. Namun, jauh di dalam hatinya, keraguan itu belum sepenuhnya pergi. Dia terus meyakinkan dirinya kalau dia pasti bisa.
Hari demi hari berlalu. Rayya mulai mengenal rutinitas di rumah besar itu. Ia mulai berbicara dengan para pelayan, mengikuti kelas etika yang disiapkan Mama Lina, bahkan mencoba mengenal dunia bisnis yang digeluti keluarga Aksara. Tapi tekanan sosial datang silih berganti.
"Saka apa kamu sudah siap dengan acara transisi kita. " ujar papa Bara di tengah-tengah makan malam mereka.
"Sudah pa, aku dan asisten ku sudah menyiapkannya."
"Bagus, acara ini sangat penting, " kata Papa Bara. "Bukan hanya untuk keluarga, tapi juga untuk publik dan para pemegang saham."
Rayya menelan makanan dengan sulit. "Pemegang… saham?" lirihnya
"Iya," kata Mama Lina, "Perusahaan Aksara adalah perusahaan besar. Semua orang ingin tahu siapa yang akan jadi pengganti direktur utama berikutnya."
Rayya terdiam. Ia belum siap menjadi pusat perhatian. Apalagi jadi istri direktur utama.
Saka menyela, "Aku akan belajar lebih banyak tentang perusahaan dan tidak membuat papa kecewa."
Papa Bara mengangguk, bangga. "Sudah saatnya Saka menggantikanku. Dan Rayya… kamu akan berdiri di sampingnya."
Rayya hanya terdiam mendengarkan apa yang dikatakan oleh suami dan kedua orang tuanya. Dia hanya bisa menurut dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Dia juga sudah yakin kalau dia bisa, karena mama mertuanya sudah membantunya belajar untuk menjadi istri seorang Saka. Dan kini sudah waktunya dia menunjukkan kepada semua orang.
Puncaknya, saat acara transisi kepemimpinan perusahaan Aksara yang berlangsung di ballroom hotel bintang lima. Banyak orang-orang penting dari berbagai kalangan yang datang untuk menghadiri acara tersebut karena mereka ingin mengenal Saka, dan mungkin melakukan perjodohan dengan anak perempuan mereka jika Bara setuju.
Kilatan kamera menyambut. Bisikan kagum dan komentar tajam saling bersahutan. Tapi Rayya berjalan mantap di samping Saka dan kedua orang tuanya, meski degup jantungnya seperti genderang perang.
Di atas panggung, Papa Bara memegang mikrofon. "Hari ini, saya ingin memberikan kursi pimpinan saya pada putra saya Saka. Dialah yang akan menjadi direktur utama diperusahaan Aksara menggantikan saya. Sekaligus saya ingin memperkenalkan menantu saya… Rayya. Istri dari anak saya, Saka Aksara. Dan saya harap kalian semua nanti bisa hadir di resepsi pernikahan anak kami yang akan dilakukan minggu depan. "
Tepuk tangan menggema walau di iringi tatapan tidak percaya dari semua tamu yang hadir. Karena yang mereka tau, Saka belum menikah. Tapi kabar ini benar-benar mengejutkan mereka
Saka maju ke depan bersama dengan Rayya dan mulai bicara, memberikan sambutan kepada semua tamu yang datang.
"Terima kasih atas kepercayaannya, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi pemimpin yang baik dan bekerja keras untuk memajukan perusahaan ini. " ujar Saka, " Dan aku perkenalkan kepada kalian, dia Rayya istriku. Aku harap kalian semua datang di acara resepsi kami nanti. Terima kasih. "
Saka mencium kening Rayya di depan semua orang. Rayya menahan air mata. Bukan karena sedih, tapi karena untuk pertama kalinya… dia merasa pantas dan sangat dihargai di depan semua orang. Kini semua orang tau siapa dia.
masih aja nuntut balas budi