Pernikahan Didalam Pernikahan

",Aaarrrrrrgghhhhhhh...,Pak Bara romantis banget sih Bu,terima aja Bu,cari dimana lagi coba orang seperti Pak Bara,udah Tampan,kaya,romantis dan Effortnya nggak main-main Bu,Saya aja yang hanya melihat langsung meleleh,bagaimana dengan Ibu yang menerima semua perlakuan manisnya".ucap Dini mengagetkan Alena yang sedang memegang surat serta cincin yang Bara berikan.

Alena meminta Dini untuk duduk disampingnya."Din...,misal nih nantinya aku menerima Bara untuk menjalani kisah percintaan ini,Apa aku terlihat cocok jika disandingkan sama dia?kamu tau aku siapa dan Bara siapa,jadi tolong kamu jawab jujur bagaimana aku harus bersikap saat nantinya orang tidak menyukaiku atau bahkan mencemooh aku".

Dini memeluk Alena dengan erat sebagai dukungan Ia setuju jika Alena bersama Bara menjalani sebuah hubungan yang serius.

"Ibu...,yang menjalani hubungan nantinya adalah Ibu dan juga Pak Bara,jadi selama kalian saling mencintai abaikan saja pandangan orang lain,namun memang kekawatiran itu ada,tapi kan Ibu juga bukan karyawan biasa,Ibu Manager keuangan yang hebat dan sekarang jadi Direktur Operasional,artinya secara pikiran kalian cocok".

Alena terdiam dan memikirkan apa yang Dini ucapkan,benar bahwa Ia merasa memiliki pekerjaan yang punya tanggungjawab yang tinggi,namun mengingat Ia hidup sebatang kara dengan status janda membuat Alena kembali bingung,tapi selain itu juga Alena melihat Cincin berlian yang Bara berikan bukan harga yang murah,tapi harga ratusan juta dengan merk terkenal.

"Apa aku harus menerimanya?tak peduli bagaimana nantinya,yang terpenting jalani dulu saja,tapi aku dan Bara bukan anak kemarin sore yang menjalani hubungan menye-menye,jika hubungan ini berkomitmen dari awal,pasti pernikahan akan menjadi hal yang selanjutnya akan terjadi",gumam Alena tentang isi pikirannya.

Alena mengambil ponselnya untuk menimbang-nimbang menghubungi Bara atau mengirim pesan saja,namun keinginan hatinya lebih memilih untuk mengirim pesan.

"Pak Bara...,terimakasih hadiahnya,apa ini tidak terlalu berlebihan?Apa ini tidak terlalu cepat?".bunyi pesan yang Alena kirimkan.

Tak lama justru bel pintu Apartmentnya yang berbunyi saat Alena menunggu balasan pesan dari Pak Bara.

Ting tong

"Biar saya aja Bu yang buka,kayaknya makanan yang aku pesan",ucap Dini berlari kearah pintu.

Dini berlari kecil membuka pintu Apartmentnya,betapa kagetnya saat melihat Pak Bara yang ada didepan pintunya dengan membawa seikat bunga dan 1 paper bag ditangan kirinya.

Dini dengan senyum canggungnya menyuruh Pak Bara untuk masuk kedalam Apartmentnya.

"Siapa Din?makanan kan?yuk makan aku udah laper",tanya Alena tapi tatapannya melihat cincin yang masih berada dalam kotaknya.

Bara mendekati dimana Alena duduk dengan jalan perlahan sambil tersenyum tipis,Ia meletakkan bunga dan makanan yang Ia bawa.

"Ayo makan bareng,aku juga laper....",ucap Bara dengan suara beratnya.

Alena langsung menatap kesumber suara,Dia malu sekaligus canggung karena kepergok Bara sedang menatap cincin yang Ia berikan.

"Mau aku pakaikan cincinnya?sepertinya sangat pas dijari tanganmu?",ucap Bara yang membuat Alena tersenyum malu begitu juga Dini yang melihat keromantisan dua orang didepannya.

Alena menutup kembali kotak cincin yang Bara berikan,Ia justru bangun dari tempat duduknya dan mengambil piring serta sendok untuk mereka makan.

Bara mengikutinya sampai kedapur sambil membawa bunga yang belum Ia berikan.

"Ini bunga buat kamu Alena,semoga kamu suka ya?kenapa cincinnya nggak kamu pakai?modelnya kurang suka apa malu karena itu dari aku",tanya Bara yang melihat Alena menunduk.

"Hmmmmm saya merasa kurang pantas menerimanya Pak,saya takut nantinya Bapak akan malu jika tau kita ada hubungan?",jawab Alena terus menunduk.

Bagas meminta Alena untuk menatapnya."Alena....,Aku yang menginginkan ini dari awal,jadi sudah pasti aku tidak peduli dengan pandangan orang diluaran sana,yang terpenting itu kita,jadi kamu yang harus yakin bahwa kamu mau menerimaku dengan segala kekuranganku'".

"Nanti saya pikirkan dulu ya Pak,kita makan dulu aja saat ini,kasian Dini sudah menunggu kita",ucap Alena mengakhiri obrolannya dengan Bara.

Mereka menikmati makanan dalam diam,namun Bara menatap Alena yang terus menunduk,Dini yang melihat keduanya justru gemas karena Alena yang malu tapi mau,sedangkan Pak Bara yang sat set ingin kejelasan.

"Aku harus membuat mereka bersatu,tapi bagaimana caranya ya?",gumam Dini didalam hatinya.