NovelToon NovelToon
Sang Raja Asura

Sang Raja Asura

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Penyelamat
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Anonim

Bercerita seorang yang dahulu di beri julukan sebagai Dewa Pengetahuan dimana di suatu saat dirinya dihianati oleh muridnya dan akhirnya harus berinkarnasi, ini merupakan cerita perjalanan Feng Nan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 23:JANTUNG MERAH YANG TERLUPAKAN

Cahaya merah itu seolah mengiris udara.

Sejenak saja, seluruh ruangan terdiam. Kotak besi yang dibuka perlahan oleh pelayan itu mengungkap benda yang tidak mencolok dalam ukuran, namun mengguncang ruang dalam keheningan yang sulit dijelaskan. Kalung giok—berwarna merah darah—beristirahat tenang di atas bantalan hitam beludru. Tapi bukan warna itu yang membuat atmosfer membeku.

Urat-urat emas yang berdenyut di dalam giok merah itulah sumber kegelisahan. Seolah kalung itu memiliki nyawa sendiri, seperti sepotong jantung yang masih berdetak… meski seharusnya telah lama mati.

Feng Nan duduk kaku.

Untuk pertama kalinya sejak pelelangan dimulai, tangannya berhenti di atas cangkir tehnya. Matanya—yang selama ini hanya tenang dan malas—kini membelalak perlahan. Suatu emosi samar muncul di balik sorot matanya, sesuatu yang tak bisa ditutupi meski dengan pelatihan bertahun-tahun: keterkejutan.

‘...Tak mungkin,’ pikirnya. ‘Benda ini… tidak seharusnya muncul di sini.’

Di dalam tubuhnya, aliran energi spiritual bergetar pelan, seolah bereaksi spontan. Bahkan roh yang tertidur di dalam dirinya—yang selama ini diam dan tak memberi sinyal—perlahan membuka mata.

Feng Nan merasakan sesuatu merangkak naik dari dasar dantiannya, seperti bayangan yang mencoba mengingatkan.

Suara itu dalam dan serak, menggema di benaknya. Roh itu tidak berbicara seperti biasa, tapi gumamannya terasa seperti suara seseorang yang baru saja terbangun dari tidur seribu tahun.

“Para tamu sekalian,” suara Bai Heng memecah keheningan, nada bicaranya lebih pelan dan penuh kehati-hatian, “Barang ini dinamai Kalung Darah Arkaia. Sebuah artefak kuno yang ditemukan dalam reruntuhan wilayah utara yang telah lama ditinggalkan. Komposisinya tidak bisa diidentifikasi, namun memiliki reaksi terhadap Qi dari tipe apa pun—terutama Qi Yang dan Yin.”

Desas-desus mulai terdengar.

Beberapa dari peserta pelelangan mengangkat alis. Kalung ini memang tampak tidak biasa, tapi tanpa informasi jelas, banyak yang menganggapnya hanya sebagai pusaka eksotis yang menarik untuk koleksi, bukan untuk kekuatan.

Feng Nan tahu lebih dari siapa pun. Itu bukan sekadar kalung. Itu adalah Jantung Roh , salah satu pecahan dari tubuh roh purba yang pernah mengguncang langit—roh yang konon memiliki kendali atas hidup dan mati.

Kalung itu bukan sekadar barang artefak… itu adalah inti roh.

Ia menelan ludah perlahan, sesuatu yang jarang ia lakukan. ‘Jika semua barang dalam pelelangan ini digabungkan, dan bahkan ditambah kekayaan satu sekte besar... itu tetap tidak cukup untuk menukar satu denyutan dari benda ini.’

Namun, ia tak berniat membiarkan benda itu jatuh ke tangan orang lain.

“Penawaran dibuka,” Bai Heng mengangkat palu. “Mulai dari... lima ratus koin emas.”

“Enam ratus!” seru seseorang dari barisan depan.

“Delapan ratus!”

“Seribu lima ratus!” datang dari bilik VIP di sisi kiri.

Belum ada yang menunjukkan keseriusan, tapi angka terus melonjak dengan cepat. Banyak yang terpikat oleh tampilannya yang eksotis. Mereka mengira ini hanya barang langka, bukan benda dengan sejarah berlumur darah dan kekuatan roh purba.

“Dua ribu lima ratus!” sahut seseorang dari bilik kanan—suaranya terdengar seperti pria paruh baya, namun aura yang menyusup bersama suaranya terasa gelap dan dingin.

Feng Nan mengangkat plakatnya.

“Lima ribu.”

Ruangan kembali membisu. Bai Heng bahkan menghentikan tangannya di udara. Beberapa tamu terengah kecil—angin di dalam ruangan seolah membeku.

Seseorang dari bilik kanan tertawa pendek.

“Kau cukup lancang, kawan. Mengganggu selera koleksi pribadiku…”

Aura membunuh meledak secara perlahan, seperti kabut hitam yang menyelimuti bagian kanan aula. Semua orang di lantai bawah tiba-tiba merasa udara menekan, beberapa bahkan mundur dari kursi mereka. Aura itu mengandung niat membunuh yang jelas. Ini bukan ancaman kosong.

Namun Feng Nan bahkan tidak menoleh. Ia tetap duduk tegak, tenang seperti gunung yang tak tergoyahkan.

“Jika ingin mainan, pergilah ke pasar budak,” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. “Benda ini bukan untuk mereka yang bermain-main.”

“Delapan ribu!” seru pria itu, kali ini dengan tekanan yang nyata di belakang ucapannya.

“Sepuluh ribu,” sahut Feng Nan, dengan nada yang sama datarnya.

Aura di bilik kanan meledak lebih kuat.

Sekarang tidak hanya membunuh—ada tekanan spiritual tingkat tinggi yang menekan ke seluruh penjuru ruangan. Beberapa pelayan roboh. Bai Heng bahkan harus mengaktifkan jimat pelindung di balik panggung untuk menjaga ruang tetap stabil.

Namun Feng Nan… tetap duduk diam.

Mata setenang air, tapi di baliknya—kilat tajam bersinar.

Dari tubuhnya perlahan menguar aura kemerahan redup, menahan tekanan lawan tanpa perlu perlawanan terbuka.

Pria itu bergeming sejenak di balik bilik.

Lalu akhirnya, suara itu menarik napas panjang.

“…Tch. Menarik sekali. Baik. Aku ingin melihat sejauh mana kau berani.”

Ia tidak menawar lagi.

Bai Heng, yang keringatnya mengalir di pelipis, segera mengetukkan palu dengan cepat.

“Sepuluh ribu pertama!”

“Sepuluh ribu kedua!”

“Sepuluh ribu ketiga! Terjual kepada tamu kehormatan bilik nomor tujuh belas!”

Suara palu terakhir berdentum bagaikan gong kemenangan.

Feng Nan bersandar kembali di kursinya, napasnya perlahan turun. Di dalam dirinya, roh yang tertidur sepenuhnya terjaga tenang.

Ia menutup matanya sesaat, membiarkan rasa tegang itu menghilang.

Ketika pelayan membawa Kalung Darah Arkaia ke biliknya, ia menerimanya dengan dua tangan. Tangannya sempat bergetar, meski hanya sedikit. Begitu menyentuh benda itu, seberkas kenangan lama melintas—pertempuran berdarah, roh-roh besar runtuh, langit retak oleh raungan makhluk-makhluk kuno.

Ia menggenggamnya kuat.

‘Akhirnya… Aku menemukannya lagi.’

Barang-barang lain kembali ditampilkan: sebuah tombak angin, jubah pelindung, bahkan gulungan teknik tingkat menengah. Tapi Feng Nan tidak lagi memperhatikan.

Setelah mendapatkan Jantung Roh, semua hal lain terasa hambar dan biasa.

Hingga pada akhirnya…

Saat Bai Heng kembali melangkah ke tengah panggung dengan ekspresi tertahan.

“Dan sekarang… barang istimewa terakhir dari tamu khusus kita…”

Feng Nan menatap ke depan. Udara seolah terhenti.

Sebab barang berikutnya—adalah benda yang ia titipkan untuk dilelang. Benda yang menjadi umpan. Benda yang akan menarik perhatian pihak-pihak tertentu.

Panggung menjadi lebih terang.

Seluruh mata tertuju ke arah pusat.

Dan Feng Nan… tersenyum tipis. Akhirnya saatnya.

1
Ibad Moulay
Uraaa 🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Saipul Bachri
lanjutkan terus Thor
Rinaldi Sigar
lanjut
Ibad Moulay
Lonceng Besar
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Rinaldi Sigar
lanjut
Ibad Moulay
Lelang
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Rinaldi Sigar
lanjut thor
Abi
up
Abi
Biasa
Abi
Kecewa
Ibad Moulay
Uraaa 🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!