Rasanya sangat menyakitkan, menjadi saksi dari insiden tragis yang mencabut nyawa dari orang terkasih. Menyaksikan dengan mata sendiri, bagaimana api itu melahap sosok yang begitu ia cintai. Hingga membuatnya terjebak dalam trauma selama bertahun-tahun. Trauma itu kemudian memunculkan alter ego yang memiliki sifat berkebalikan. Kirana, gadis yang mencoba melawan traumanya, dan Chandra—bukan hanya alter ego biasa—dia adalah jiwa dari dimensi lain yang terjebak di tubuh Kirana karena insiden berdarah yang terjadi di dunia aslinya. Mereka saling Dalam satu raga, mereka saling menguatkan. Hingga takdir membawa mereka pada kebenaran sejati—alasan di balik kondisi mereka saat ini. Takdir itu memang telah lama mengincar mereka
Menemukanmu
Senja telah merambat turun, mewarnai langit dengan semburat jingga keemasan. Di balik bentangan alam yang indah itu, di sebuah pondok kecil yang sederhana, Arka sibuk merawat Chandra yang terbaring lemah di atas dipan.
Beberapa saat yang lalu Chandra mengatakan, bahwa terlalu lama di kamar justru membuatnya merasa bosan, itulah sebabnya mengapa dia pergi ke pondok kecil ini untuk menghirup udara segar.
Chandra memang telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan, tetapi butuh waktu lebih lama untuk benar-benar sembuh. Selama beberapa waktu yang telah berlalu itu, Arka dengan sukarela menemani dan merawatnya.
Seiring kebersamaan Arka yang selalu merawat Chandra, membuat hubungan mereka semakin dekat.
Satu hal yang pasti, Arka masih belum menyadari bahwa gadis yang bersama dengannya selama beberapa hari terakhir ini adalah Chandra, kekasih yang telah lama dia rindukan, dan dia cari keberadaannya sampai ke ujung dunia.
Tidak mudah bagi Arka yang merupakan putra mahkota bisa berada di luar istana jika bukan karena urusan kenegaraan. Oleh sebab itu, sebelum pergi ke Langgar Suci, Arka mengambil tindakan berani dengan meminta izin pada ayahnya dengan alasan hendak melakukan bakti. Alibi itu cukup untuk mendapatkan izin dari sang ayah, sekaligus kesempatan untuk tinggal lebih lama di Langgar Suci.
Hari-hari berlalu dengan berbagai aktivitas sederhana, namun bagi Arka yang sudah lama hidup sebagai putra mahkota, ada banyak hal menakjubkan yang bisa dia pelajari di Langgar Suci.
Suatu hari, saat senja hampir berakhir, Arka duduk di sisi Chandra yang sedang tertidur. Wajah gadis itu terlihat damai, namun ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan, berhasil mengusik perasaan Arka.
"Aku tidak tahu, siapa yang sebenarnya aneh di antara kita berdua," gumam Arka pada dirinya sendiri. "Tatapan matamu, caramu berbicara ... semuanya mengingatkanku pada Chandra. Sepertinya, aku sudah benar-benar gila."
"Dasar Gralhox sialan!" teriak Chandra terbangun dalam tidurnya.
Arka yang terkejut langsung mundur memberi jarak, berusaha menenangkan dirinya yang berdebar-debar.
"Maaf, Arka. Aku pasti membuatmu terkejut. Aku tidak sadar sampai ketiduran seperti ini. Sepertinya kesehatanku makin membaik," katanya sambil cengengesan, menyadari sudah membuat orang lain hampir jantungan.
Saat itu, sesuatu dalam diri Arka mulai bergerak, seolah membuka tabir yang selama ini menghalangi ingatannya.
Chandra pernah mengatakan hal yang sama saat bertengkar dengannya dulu. Ingatan itu begitu jelas, saat Chandra dengan tegas memanggilnya "Gralhox" ketika mereka berselisih paham tentang strategi pertahanan kerajaan.
Di zaman kuno, Gralhox adalah kaum yang terkenal dengan kebengisan dan kekuatan alamiah yang jarang dimiliki makhluk lain.
Sebagai keturunan setengah manusia dan setengah hewan, mereka memiliki sifat liar yang sulit dikendalikan. Tubuh mereka memiliki warna kehijauan, tanda dari keturunan mereka yang unik, serta kekuatan fisik yang menakutkan.
Konon, manusia Hijau hidup di pinggiran hutan dan tebing-tebing curam yang sulit dijangkau. Sifat mereka yang liar, ganas, dan cenderung bar-bar menjadikan mereka ancaman bagi manusia biasa.
Tak jarang mereka menyerang tanpa sebab, menghancurkan rumah, menjarah makanan, dan bahkan membawa penduduk pergi sebagai bentuk balas dendam atau permainan belaka.
Orang-orang pun merasa resah, dan pada akhirnya tercetuslah perang besar untuk menyingkirkan manusia Hijau dari muka bumi. Perang panjang itu penuh dengan darah dan kehancuran, sampai akhirnya mereka berhasil dibumihanguskan, sehingga hanyalah legenda mengerikan yang tersisa.
Sejak itu, Gralhox atau si manusia hijau dijadikan simbol kekasaran dan kekejian. Bagi sebagian orang, memanggil seseorang dengan sebutan "Gralhox" adalah hinaan besar-sebuah perbandingan yang sama artinya dengan menyamakan seseorang dengan sosok bengis, ganas, dan tak berperikemanusiaan.
Istilah ini perlahan melegenda, menjadi momok yang menghantui siapa pun yang dianggap memiliki sifat liar atau bar-bar, bahkan ketika tidak ada lagi manusia Hijau di dunia nyata.
Arka terdiam sejenak, matanya menatap Chandra begitu dalam.
Potongan-potongan kenangan yang selama ini terpecah, kini mulai menyatu dalam pikirannya. Gerakan tangan, cara bicara, bahkan tatapan mata yang khas itu-semua milik Chandra yang dia kenal dan cintai.
"Chandra," bisik Arka dengan suara bergetar.
Chandra yang merasa namanya disebut, spontan menoleh dan menyahut, “yaa?”
Respons Chandra yang demikian justru semakin membuat Arka yakin bahwa gadis di hadapannya saat ini adalah Chandra. Entah bagaimana caranya, dia hanya mencoba yakin pada perasaan dan intuisinya sendiri.
Tanpa bisa menahan dirinya, Arka mendekati Chandra dan menariknya ke dalam pelukan erat.
Chandra terkejut seketika, namun kemudian membalas pelukan Arka yang menangis sesenggukan.
Ada banyak hal yang membuat Arka berkecamuk, terutama rasa takut akan kehilangan sosok yang begitu dia cintai untuk yang kedua kalinya. Betapa tulusnya perasaan Arka pada Chandra, terlihat jelas dari air matanya yang mengalir deras, menggambarkan emosi yang terpendam dalam dirinya begitu besar.
Sebagai seorang lelaki yang jarang menangis, dia tidak pernah menitihkan air matanya sekali pun. Namun kehilangan Chandra mengajarkan Arka satu hal, bahwa Chandra adalah bagian yang begitu berharga dalam dirinya.
"Kenapa kau tidak mengatakannya sejak awal?" ucap Arka dengan suara parau, masih memeluk Chandra erat.
"Maaf." Hanya satu kata yang bisa Chandra ucapkan. Bukannya tanpa alasan dia tidak langsung membocorkan siapa dirinya yang sejati pada Arka. Hanya saja, dia tidak bisa mudah percaya dengan orang lain untuk saat ini. Ingatan Chandra belum pulih sepenuhnya. Dia tidak tahu, siapa yang menjadi pihak kawan dan siapa yang menjadi lawan.
Arka mempererat pelukannya, seolah takut Chandra akan menghilang lagi.
"Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi lagi. Tidak akan aku biarkan siapapun merebutmu dariku!"
***
"Jadi selama ini, kamu tinggal bersama Kirana di dunia yang berbeda? Pantas saja, aku merasakan aura yang sedikit berbeda saat pertama kali bertemu dengannya," kenang Arka pada pertemuan pertamanya dengan Kirana setelah Chandra menceritakan apa yang terjadi padanya selama ini. "Aku ingin mengucapkan terima kasih padanya, karena telah membawamu dan menyelamatkanmu."
Chandra tersenyum tipis sambil memandang tangan Arka yang terus menggenggam jemarinya.
Untuk pertama kalinya, dia merasa aman di dekat seseorang. Selama ini, dia selalu menjadi tameng bagi orang lain, melindungi dari bahaya. Meskipun begitu, dia tidak bisa membenci Kirana. Kirana sudah banyak menderita dan juga telah membantunya menemukan jati diri serta identitas yang telah Chandra lupakan. Jika bertemu dengan Kirana, dia akan menyampaikan ucapan terima kasih pada gadis itu sekali lagi.
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan untuk menemukan ragaku yang disembunyikan oleh Wira?" tanya Chandra kemudian. Dia ingin tahu strategi apa yang akan dilakukan Arka selanjutnya.
"Jangan pikirkan itu dulu, sebaiknya kamu fokus pada kesehatanmu. Biar aku yang menghadapi pengkhianat itu. Aku tidak akan segan memberikan kematian yang menyakitkan untuknya," omel Arka dengan nada tegas dan tatapan membunuh yang mengerikan.
Mengingat kondisi Chandra yang masih lemah saat ini, Arka hanya ingin kekasihnya itu bisa beristirahat tanpa memikirkan beban apa pun, biar dia saja yang mengatur strategi bagaimana caranya untuk membalas dendam pada Wira.
"Baiklah, aku sangat mengandalkanmu, Arka," balas Chandra sambil terkekeh geli, melihat kelakuan kekasihnya yang sangat menggemaskan. "Tapi, apa kau akan terus berada di sini? Apa tidak ada yang akan mencarimu?"
Arka tersenyum sambil menggeleng. "Saat ini aku hanya ingin bersamamu, Chandra. Tidak akan ada yang mencariku. Aku sudah meminta mereka untuk tidak menggangguku. Aku ingin selalu menjagamu dalam jangkauanku."
Chandra bisa melihat keseriusan di balik perkataan Arka. Melihat sikapnya yang begitu tulus seperti ini, Chandra merasa sedikit tersiksa karena tidak bisa mengingat masa lalunya sama sekali. Meskipun Arka dengan setia mendampinginya, ada rasa kehilangan dalam dirinya, suatu kekosongan yang belum terisi karena memori masa lalu yang masih belum kembali.
Chandra mencoba tersenyum, menyembunyikan kesedihannya.
"Terima kasih, Arka. Aku tahu kamu berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga dan melindungiku. Aku hanya berharap suatu hari nanti, aku bisa kembali ke tubuhku dan mengingatmu kembali. Aku ingin mengingat semua momen menyenangkan yang telah kita lewati bersama."
Arka membalas senyuman Chandra dengan hangat.
"Aku akan menantikan momen itu, Chandra. Aku percaya, pada akhirnya ingatanmu akan kembali, dan kita akan merajut kembali kenangan-kenangan indah yang pernah ada."
Sore itu adalah hari yang terbaik bagi Chandra dan Arka. Mereka diliputi dalam suasana penuh emosi dan kebahagiaan, Arka dan Chandra saling berjanji untuk selalu bersama.
Tidak ada lagi rahasia yang tersembunyi, tidak ada lagi keraguan yang menghalangi. Mereka tahu, perjalanan masih panjang dan penuh tantangan, tetapi dengan cinta dan kepercayaan, mereka akan mampu menghadapi segalanya.
Senja kala itu menjadi saksi atas janji yang diucapkan, bintang sore seakan ikut bersinar lebih terang, memberi restu pada dua hati yang akhirnya bersatu kembali.
***
Langit pagi mulai terang, menyelimuti pelataran Langgar Suci dengan cahaya lembut dari sang mentari. Aroma embun pagi masih terasa di udara, memberikan nuansa segar dan tenang.
Arka berdiri di dekat pintu, tatapannya tak lepas dari Chandra yang masih duduk di atas ranjang dengan wajah sendu. Hatinya berdesir, terasa berat untuk meninggalkan Chandra setelah sekian lama berpisah dan kini dipertemukan kembali. Namun, pertemuan singkat ini harus berakhir, dan mereka harus kembali berpisah.
Sebagai putra mahkota, tanggung jawab besar menantinya di istana. Dia menghela napas panjang, berusaha menyimpan dalam-dalam segala kerinduan dan kekhawatiran yang ia rasakan.
Ingin hati untuk tinggal lebih lama di Langgar Suci sampai keadaan Chandra benar-benar pulih, tapi sepertinya takdir berkehendak lain.
Seminggu setelah Chandra muncul, Arka mendapat kabar bahwa dia harus segera kembali ke istana karena ada urusan mendesak terkait politik dengan kerajaan yang telah terkena kudeta, Arutala. Dengan berat hati, Arka harus meninggalkan Chandra di Langgar Suci, karena tempat ini adalah satu-satunya tempat paling aman bagi kekasihnya itu. Langgar Suci memiliki otoritas terkuat selain kerajaan, dan di sini, Chandra akan mendapatkan perlindungan yang dia butuhkan.
Arka melangkah keluar dari pintu pondok, berusaha menguatkan diri. Udara pagi yang sejuk seolah tak mampu meredakan kegelisahan hatinya.
Chandra memandanginya dengan tatapan hangat yang bercampur kepedihan. Mereka berdua tahu bahwa momen perpisahan ini harus terjadi, namun tetap saja, hati mereka terasa teriris.
"Arka," panggil Chandra dengan suara lembut.
Arka berbalik, menatap Chandra dengan dalam. Ekspresi mereka mencerminkan rasa kehilangan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Chandra meraih tangan Arka dengan lembut, menggenggamnya erat.
"Terima kasih, Arka, atas segalanya. Aku akan selalu menunggumu datang kembali."
Arka tersenyum pahit. "Aku berharap, aku bisa tinggal lebih lama untukmu, Chandra. Tapi aku harus memikirkan tanggung jawabku sebagai putra mahkota. Aku akan menempatkan salah satu prajurit kepercayaanku untuk menjagamu selagi aku pergi."
Chandra mengangguk paham, walaupun air mata mulai menggenang di sudut matanya.
"Jangan khawatirkan aku. Langgar akan menjadi tempat yang aman bagi diriku. Mereka semua, termasuk ksatriamu, pasti bisa menjagaku dengan baik."
Arka menghela napas panjang, mencoba menenangkan gejolak di dadanya. Dia tahu bahwa Chandra berkata demikian untuk meyakinkannya, namun hatinya tetap saja enggan untuk pergi.
Dengan langkah berat, dia akhirnya mulai meninggalkan Langgar Suci, memasuki perjalanan yang membawanya kembali ke istana.
Chandra berdiri di ambang pintu gapura, menatap kepergian Arka hingga bayangannya menghilang di balik bukit.
Cahaya pagi yang lembut memeluk tubuhnya, namun hatinya terasa berat dengan perpisahan ini. Setiap langkah Arka semakin menjauh, semakin memperdalam rasa kekosongan di dalam dirinya.
Sementara itu, Arka juga sesekali tampak menoleh ke belakang, mencoba menangkap sekilas bayangan Chandra. Namun, semakin jauh dia melangkah, semakin kabur wajah Chandra di balik kerlipan matahari pagi.
Betapa berat hatinya terasa saat ini, tapi dia harus melanjutkan perjalanannya, menunaikan tugasnya sebagai putra mahkota, meski hatinya tertinggal bersama Chandra di Langgar Suci.
Bersambung
Sabtu, 11 Oktober 2025