Dia bukan cucu kyai, bukan pula keturunan keluarga pesantren. Namun mendadak ia harus hidup di lingkungan pesantren sebagai istri, cucu dari salah seorang pemilik pesantren.
Hidup Mecca, jungkir balik setelah ditinggal cinta pertamanya dulu. Siapa sangka, pria itu kini kembali, dengan status sebagai suami.
Yuukk, ikuti cerita Mecca dengan segala kisahnya yang dipermainkan oleh semesta. Berpadu dengan keromantisan dari Kenindra, suami sekaligus mantan kekasihnya yang pernah sangat ia benci dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Istriku.
Haii... Selamat membaca.
.
.
.
Pukul sepuluh malam. Ken menghampiri Mecca yang masih menekuri tablet dan sketsa di kamarnya. Ia baru saja pulang mengajar di pondok putra. Usai menonton film di mall, mereka memang memutuskan untuk segera kembali ke pesantren karena semua urusan butik sudah selesai, dan urusan Ken di pesantren masih sangat banyak yang tertunda.
"Belum tidur, yangg?" tanya Ken, suaranya terdengar lelah namun lembut.
Mecca tersenyum kecil. Ia merasa keberaniannya meningkat setelah seharian bersama Ken. "Kayaknya aku butuh kamu, deh, Mas. Aku mulai terbiasa tidur dipeluk kamu," jawab Mecca sambil nyengir, memamerkan deretan gigi rapinya.
Ken melepas kacamatanya, matanya yang teduh menatap Mecca lekat. Ia duduk di samping tempat tidur Mecca. "Jadi... aku sudah boleh tidur di sini? Hmm?"
Seketika Mecca bisa merasakan pipinya memanas, dan rasa gugup kembali melingkupinya. "Mmm, ya... ya boleh. T-tapi tidur aja, kan?" sahut Mecca, meyakinkan dirinya sendiri.
"Iya, memang maunya apa selain tidur?" Ken mengulum senyum, senyumnya yang hanya terbit untuk istrinya seorang, ia terlalu pandai menggoda.
"Ya -ya, tidur aja," jawab Mecca, berusaha menenangkan diri. "Beberapa hari kemarin aku tidur dipeluk kamu, rasanya lebih nyenyak dan cepat terlelap. Biasanya kalau lagi banyak masalah aku bakalan insom parah, dan hanya bisa tidur kalau udah minum obat. Kemarin nggak, mungkin aku kecanduan aroma tubuh kamu, hihihi."
"Iya... mulai sekarang kalau nggak bisa tidur jangan cari obat tapi cari aku, dan mungkin kalau mau melakukan sesuatu sebelum tidur, kamu akan lebih nyenyak juga, yaang?" goda Ken lagi.
Mata Mecca membulat. "Hah! Mmm... udah, ah, nggak jadi aja. Sana kamu balik ke kamar bawah. Aku tidur sendirian saja. Dasar mesum!" seru Mecca, kesal sekali pada pria yang terus menggodanya itu.
Ken terkekeh geli, lantas ia merebahkan tubuhnya seraya melingkarkan tangannya di atas perut Mecca. "Siapa yang mesum? Bukannya kamu duluan yang ngajakin aku tidur di sini? Hmm? Jelas kan sekarang siapa yang sangat ingin?" ucap Ken berbisik pelan di dekat telinga Mecca, membuat seluruh tubuh istrinya meremang. Suara bisikanya terdengar begitu seksi di telinga Mecca, besar sekali godaannya ya tuhaann, kenpaa ia belum goyah juga?
Mecca merasa malu. Ia membalikkan tubuhnya, memunggungi Ken. "Ya udah, nggak jadi! nggak usah peluk-peluk." tukasnya kesal, namun malu. '
'Bodoh, kenapa aku harus memintanya tidur di sini lebih dulu? Ah, Carra bodoh!' gerutu Mecca dalam batinnya.
"Bercanda, sayang," suara Ken yang berat terdengar lebih serius kali ini, bukan lagi menggodanya. "Sebenarnya memang aku yang lebih ingin, tapi aku pun nggak mau maksa. Aku tahu kamu butuh waktu."
Mecca merasakan Ken melepas pelukannya, dan berdiri. "Aku ganti baju sebentar, ya. Nanti aku bawakan susu hangat, terus temenin kamu tidur. Tidur doang, kalau mau dikasih bonus kecupan juga boleh sih. Siapa tahu kamu juga sudah mulai terbiasa dengan bibir aku."
Fix ini. Kenindra punya skill menggoda tingkat dewa. Mecca semakin penasaran bagaimana kehidupan Ken sebelumnya. Bagaimana bisa seorang ustaz muda begitu pandai menggodanya seperti ini, atau ini hanya salah satu skill suaminya yang baru Mecca tahu. Pipi Mecca sukses merona merah, melebihi kepiting rebus.
"Ish... satu kecupan aja, ya?" kata Mecca, menyerah.
"Oke. Tapi kamu yang mulai, gimana?"
"Kok jadi tawar-menawar, sih? Memang lagi jualan, ish," protes Mecca.
Ken terkekeh geli, wajahnya nampak sangat puas mengerjai Mecca malam ini. Dia benar-benar mempunyai hobi baru, yaitu menggoda istrinya. "Ya, kali saja mau bikin suami senang sebelum tidur, kan dapat pahala," bujuk Ken.
"Iya, iya," ucap Mecca, akhirnya mengalah.
Cupp!
Mecca mengecup singkat bibir Ken. Gerakannya secepat kilat.
"Kok bentar banget, yaaang? Kayak nempelin kartu tap doang," protes Ken tidak terima.
Mecca tertawa. "Kan bilangnya kecupan, hihi. Udah sana, katanya mau ambilin susu."
Dengan berat hati Ken menyerah. "Oke, deh. Tahu gitu aku yang memulai tadi, biar lebih lamaan." gumam Ken, sambil menegakkan badannya. Sedangkan Mecca masih membalikkan badannya sambil tersenyum sendiri setelah mengecupnya.
Ken beringsut dari tempat tidur sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah Mecca. Dan dia benar-benar menepati janjinya. Ia hanya memberi Mecca pelukan yang sesuai permintaannya, menemaninya tidur sampai pagi.
***
Sekarang Mecca sudah punya tim kerja di sana selain Zahrana. Ada lima orang lagi yang mulai di-training pelan-pelan sambil melihat bakat terpendam mereka.
Pagi itu, Mecca baru saja sampai di depan ruang kerjanya, ia sedang menunggu Ken yang akan segera pamit setelah mengantarnya. Kenindra hanya mengenakan celana panjang dan kemeja berwarna hitam. Penampilannya yang sederhana namun elegan itu sukses menarik perhatian banyak kaum hawa di pondok pesantren Al Qalam.
Beberapa dari para santri putri yang kebetulan lewat tidak bisa untuk terus menunduk, sesekali mereka mencuri pandang padanya. Tak terkecuali perempuan bernama Aisyah yang beberapa kali sempat mencari-cari perhatian Kenindra juga.
"Aku mau lihat pendistribusian hasil perkebunan dulu, ya. Hari ini ada jadwal pengiriman ke beberapa supermarket, mungkin akan sedikit sibuk sampai siang. Kalau makan siang aku nggak sempat pulang, kamu makan di rumah, ya. Aku masakin bentar nanti," ujar Ken sambil membelai rambut Mecca yang tertutup hijab.
"Siap, Bos." jawab Mecca sambil mengangkat tangannya membentuk tanda hormat. "Jangan terlalu memanjakan aku, nanti aku jatuh cinta sama kamu lagi." Mecca mencoba menggodanya.
Ken hanya tersenyum geli. "Misiku memang membuat kamu jatuh cinta setiap hari sama aku."
Cupp!
Satu kecupan mendarat di kening Mecca. Tubuh Mecca freeze untuk beberapa detik. Perasaan hangat menjalar ke seluruh tubuhnya. Hanya kecupan kening tapi sengatannya terasa sampai seluruh tubuh,
"Kamu nggak malu diliatin santri-satri kamu?" Mecca mendorong pelan dada suaminya. Sudah hal biaasa kalau dia melihat orang berciuman di luar sana, dalam kesehariannya namun kini di pesantren, bukan hal yang lumrah. Meski hanya kecupan singkat di kening.
"Nggak ada yang liat yanggg,"
"Ish, ya udah aku masuk yaa?"
"Iyaa, Assalamu'alaikum."
"Hihi, iyaa lupa. Wa'alaikumsalam."
"Biasakan yangg," kata Ken sebelum Mecca berbalik, istrinya hanya meringis.
Mecca memasuki ruangan kerjanya dengan senyum merekah. Di dalam sudah ada Zahrana sedang berbincang dengan para santriwati lainnya.
"Ekhmmm, Kak Mecaaaa..." seru Zahra. "Ustaz Arsalan bucin banget, ya, sama Kak Mecca! Hihihi."
Para santri putri yang berada di dalam hanya tersenyum kecil sambil menunduk. Dalam hati Mecca yakin, mereka juga salah satu penggemar Ken.
.
**'Bukan perkara siapa yang paling lama bertahan\, tapi siapa yang paling cepat memberi kepastian. **
Jangan lupa komen dan likenya yaaa... Terima kasih.
easy going lah crtanya, menghibur tp gak menjemukan👍👍👍