Remake.
Papa yang selama ini tidak suka dengan abdi negara karena trauma putrinya sungguh menolak keras adanya interaksi apapun karena sebagai seorang pria yang masih berstatus sebagai abdi negara tentu paham jalan pikiran abdi negara.
Perkara semakin meruncing sebab keluarga dari pihak pria tidak bisa menerima gadis yang tidak santun. Kedua belah pihak keluarga telah memiliki pilihannya masing-masing. Hingga badai menerpa dan mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang begitu menyakitkan.
Mampukah pihak keluarga saling menerima pilihan masing-masing.
KONFLIK tinggi. SKIP jika tidak sesuai dengan hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Sebentuk rasa yang tersembunyi.
Mama Dindra merawat si kembar di temani Sherlyn. Nyatanya gadis itu sama sekali tidak berulah dan 'bekerja' dengan sepenuh hati. Tiba saatnya pulang, Sherlyn akan pulang. Gadis itu tenang, rapi dan tidak banyak bicara.
"Mau pulang sekarang atau nanti???" Tanya Bang Satria yang kini lebih banyak bertanggung jawab atas diri Sherlyn.
"Sekarang saja, Mas. Si kembar sudah tidur." Jawab Sherlyn.
Bang Satria menunduk saat tidak sengaja bertemu pandang dengan Sherlyn.
"Ya sudah, ayo cepat..!!"
:
Bang Satria memastikan Sherlyn hingga masuk ke dalam rumah kontrakannya. Setelah Sherlyn tidak terlihat lagi barulah Bang Satria meninggalkannya. Ia juga tidak cemas meninggalkan Sherlyn sebab di lingkungan tersebut sangat aman dan banyak yang mengenalnya hingga tidak mungkin Sherlyn akan berulah.
Di dalam sana Sherlyn mengintip punggung Bang Satria hingga tidak terlihat lagi. Tanpa terasa air matanya menetes. Inikah hukuman bagi seorang wanita yang begitu keras hati dan ingin di akui.
Besar dari keluarga broken home tentu membuat dirinya menjadi pribadi buruk bahkan terburuk apalagi sejak bertemu dengan mami yang hendak menjodohkannya dengan Bang Rinto namun ternyata pria tersebut telah beristri.
Penyesalan menjadi penengah bagi rumah tangga orang lain sudah cukup membuatnya tersadar bahwa serendahnya seorang wanita adalah wanita yang berusaha merebut kebahagiaan wanita lain.
Terkadang ada rasa iri di dalam hatinya karena seorang Dinar bisa begitu di cintai sedangkan dirinya sejak dulu hanya di sakiti, ayahnya pun yang merupakan seorang pejabat juga menduakan ibunya.
Sherlyn kembali menutup tirai kemudian masuk ke dalam kamar.
...
Bang Rakit menggendong jagoan kecil. Sang jagoan sedang demam pasca imunisasi. Sejak kelahirannya memang pria kecil itu begitu menempel padanya.
"Kit, nanti tolong belikan pakaian dan mainan untuk Pandu." Kata Bang Satria sambil menyerahkan uang pada sahabatnya.
Usai mengantar Sherlyn, ia menyempatkan diri menjenguk putranya yang sedang sakit.
"Sudah kubelikan kemarin. Serahkan pada Mamanya saja." Tolak Bang Rakit.
"Aku sudah transfer ke rekening mamanya. Ini hanya untuk beli mainan saja. Papanya juga pengen belikan."
Bang Rakit tidak peduli tapi Bang Satria tetap menyelipkan uang tersebut pada saku celana pendek Bang Rakit.
"Jangan pernah kau kembalikan, ini Papanya juga ingin menyenangkan anaknya." Kata Bang Satria membuat Bang Rakit tidak bisa berkutik.
"Kalau kau memang ingin memberikan nafkah untuk anakmu, buat saja tabungan sendiri dan berikan pada Mamanya. Aku tidak ingin tau seberapa banyak yang kau berikan untuk anakmu." Ujar Bang Rakit merasa tidak enak hati sebab posisinya pun bukan siapa-siapa.
Bang Satria mengerti, ia juga tidak berniat memaksa sebab sahabatnya pun pasti memiliki harga diri dan keputusan sendiri.
"Besok aku buatkan." Jawab Bang Satria. Ia kemudian mengambil alih jagoannya dari gendongan Bang Rakit. "Sini ikut Papa, Le..!!"
//
Seperti kemarin setelah memastikan keadaan sekitar, Papa Herca diam-diam masuk ke kamar bayi untuk melihat kedua cucunya.
"Waaahh.. ternyata kamu tidak tidur. Mau main sama Daddy???" Tanya Papa Herca kemudian menggendong bayi Reygar. "Kamu dan Rea ikut sama Daddy ya..!!!"
Opa Danar yang biasa 'menjaga keamanan' kembali memergoki putranya di dalam kamar bayi.
"Kenapa kamu ganggu??"
"Siapa yang ganggu??? Ini bocah bangun nggak ada yang tau. Bagaimana kalau di serang nyamuk???" Kata Papa Herca.
"Lima menit yang lalu Papa baru saja dari kamar ini, tidak ada yang bangun. Bayi itu tidurnya stabil, kau saja yang usil." Jawab Papa Danar kemudian meninggalkan ruang bayi.
"Tanya saja sama Rey, dia mau ikut saya."
"Entah siapa yang gila, dasar batu. Awas kau ya, Papa laporkan." Papa Danar meninggalkan Papa Herca, pada kenyataannya baby Rey memang masih tidur.
"Laporkan saja, dasar tukang ngadu." Setelah Papa Danar pergi, Papa Herca mengecup sayang kening Baby Reygar. "Biar Papamu buat anak lagi, kamu milik Daddy sekarang. Kalau Daddy minta 'mainan' yang bisa minta jajan seperti kamu sama Bunda, Daddy bisa di maki."
//
Bang Rinto sungguh gelisah. Sejak tadi ia menghubungi Papa Herca tapi Papa mertuanya itu tidak menjawabnya. Bang Rinto cemas kalau Papa Herca tidak bisa menerima buah hatinya dengan Dinar.
'Papa kemana??? Apa Opa bisa menjauhkan Papa dari anak-anak ku??'
Bang Rinto sampai mengurut pangkal hidungnya. Sungguh dirinya tidak bisa tidur memikirkan banyak hal.
"Apa anak-anak ku tenang bersama Opa nya?" Gumam Bang Rinto tak bisa menghalau rasa cemasnya.
.
.
.
.