Duar duar duar
Huhhhhhhhhh
suara party Popper dan teriakan para teman-teman sang pemilik pesta memeriahkan malam ulang tahun itu.
malam di mana Seorang wanita cantik mengetahui fakta menyakitkan di dalam hidupnya.
"Aku bersumpah akan merebutnya darimu, cepat atau lambat!" begitulah isi pesan yang di kirim selingkuhan suaminya malam itu
"Lakukan apa maumu! tapi jangan harap bisa mengalahkan ku." Jawab Arneta tak terpengaruh sedikit pun
jika biasanya istri sah akan meraung bahkan tak segan melabrak selingkuhan dari suaminya, Delisa sangat berbeda. ia brani melawan hingga membuat rivalnya berniat untuk mencelakainya.
akankah Arneta dapat mempertahankan pernikahannya? ataukah, Arneta justru kehilangan nyawanya?
simak kisahnya hanya di Novel "Takdir Ke dua"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana sang Gundik
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kening Bulan Nampak mengerut tak mengerti dengan apa yang di maksud oleh ibunya. "Apa ini Bu? Apa aku harus bekerja juga di saat kondisiku seperti ini?" Pekik nya kesal karena mengira itu adalah naskah dari pekerjaan yang harus ia pelajari
"Ck. bodoh. mana mungkin ibu menyuruhmu bekerja dalam kondisimu seperti ini. lagi pula, tidak ada tawaran pekerjaan untuk mu saat ini karena semuanya telah di batalkan.... "
"APA???" Bulan terkejut hingga berteriak ketika pekerjaan nya tiba-tiba di batalkan begitu saja, padahal tawaran pekerjaan kali ini sangat menguntungkan untuk kariernya di masa mendatang. sehingga ia tak terima pekerjaan nya batal begitu saja.
"Kenapa Bu? kenapa bisa batal? seharusnya mereka tau kondisiku yang sedang sakit dan memberikan sedikit kelonggaran, aku tidak terima mereka membatalkan pekerjaan kerja ini secara sepihak! kita harus menuntut mereka Bu. harus!!!"
"Haisss kau ini berisik sekali. mereka membatalkannya juga karena ulahmu yang tiba-tiba hamil."
Deg
Bulan terperangah, Ia terkejut bagaimana bisa calon Client nya tau tentang kehamilannya. padahal selama ini, ia mati-matian untuk menutupinya dari publik.
Tangis Bulan pun pecah, hatinya hancur karena sudah dapat di pastikan jika setelah ini kariernya akan hancur.
"Bagaimana ini bu? aku harus apa? karier ku pasti hancur. bagaimana aku bisa hidup jika seperti ini."
Plak
Sebuah tamparan telak di terima oleh Bulan. siapa lagi pelakunya jika bukan Susan yang mulai kesal dengan ucapannya.
"Dasar bodoh. kau itu punya otak kan? berfikir lah! kau belum benar-benar hancur, Bulan. Ingat itu!"
"Apa maksud ibu, aku tidak mengerti."
Haisss
Hampir saja Susan kembali melayangkan tamparan ke pipi Bulan, jika tidak ingat putrinya itu sedang dalam kondisi lemah.
Bukan reflek menutup wajahnya setelah sang ibu kembali mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
Dengan nafas yang memburu, Susan berupaya untuk menekan emosinya, lalu kembali menatap ke arah Sang putri dengan tajam.
"kau itu benar-benar bodoh. bagaimana bisa aku melahirkan anak seperti mu. kau hamil, sudah seharusnya kau meminta pertanggungjawaban dari ayah bayi itu! kenapa kau masih tidak mengerti juga, Bulan?"
Mendengar itu, Bulan nampak berfikir keras hingga akhirnya ia mengerti dengan apa yang di inginkan sang ibu.
****
Di lain kisah, Vincent baru saja sampai di depan rumahnya. saat ia turun dari mobilnya, ia melihat ada mobil lain yang terparkir tepat di depan rumahnya.
"Ibu, apakah ibu datang? kenapa tidak memberi kabar terlebih dahulu jika ingin datang?" Gumam Vincent, sembari melangkah masuk ke dalam rumah
Sesampainya di dalam, Vincent melihat jika sang ibu tengah duduk di ruang tamu seolah memang menunggu kepulangannya.
Bergegas Vincent mendatangi sang Ibu, guna menyalaminya.
"Assalamualaikum Ibu, ibu datang? kenapa tidak memberi kabar?"
Plak
Bukannya jawaban, justru sebuah tamparan keras yang di peroleh Vincent dari ibunya.
"Dasar Pria bodoh. sudah puas kah kau mempermalukan keluarga kita?" Bentak sang Ibu diiringi nafas yang memburi
Kekecewaan jelas terlihat di wajah wanita paruh baya itu setelah mengetahui tingkah putranya.
Vincent bergegas berwujud memohon ampun di hadapan sang Ibu, " Bu, maafkan aku bu, aku khilaf!" Ujarnya penuh penyesalan
Namun, ucapan nya itu justru membuat sang ibu semakin murka hingga kembali mendorongnya sedang sangat kasar.
BUG
Pantat Vincent terasa begitu ngilu akibat terbentur lantai. sementara itu, sang ibu melemparkan beberapa lembaga kertas ke Vincent hingga nampak berhamburan.
"Baca itu bodoh! aku benar-benar menyesal telah melahirkan mu. di mana otakmu itu, Vin? sudah benar-benar mendapatkan istri sebaik dan sesempurna Arneta. tapi, apa yang kau buat saat ini benar-benar mencoreng wajah Ibu dan ayahmu. "
"Bu, aku tau aku salah. tapi bisakah Ibu memikirkan perasaanku juga! tidak hanya Arneta yang terluka di sini, aku pun juga Bu."
"Jangan berkelit, Vincent. kau tau benar kesalahan kali ini sangatlah berat. lalu, kau ingin berkelit dengan mengatakan jika kau pun juga terluka di sini?? ohhh ya ampun, apa sebenarnya dosaku sehingga Tuhan memberiku Putra sepertimu??"
Geram wanita paruh baya itu sembari memegangi kepalanya sendiri, hingga berakhir menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas sofa.
"Bu, aku ini seorang suami. tapi aku juga manusia biasa yang ingin memiliki keturunan dari rahim istriku sendiri! tapi sampai saat ini, Arneta tak kunjung memberikannya. salahkan aku jika itu membuatku tergoda pada wanita lain?"
"Dasar kurang ajar, pria bedebah."
Deg
Vincent jelas terkejut setelah suara ayahnya tiba-tiba muncul dari balik tubuhnya. bergegas, Vincent berbalik namun kembali sebuah pukulan tepat mengenai wajahnya.
Bug
"Ayah...... " Pekik Sang istri akibat terkejut, menyaksikan sang suami tiba-tiba memukul putranya tanpa aba-aba
Reflek wanita paruh baya itu melerai pukulan demi pukulan yang di layangkan sang suami, terhadap pura mereka.
Hingga keributan itu memancing beberapa pelayan untuk datang ke sana.
Melihat itu, Nyonya besar langsung berteriak memerintahkan mereka untuk membantunya. "Hei, cepat bantu aku memisahkan mereka! jangan diam saja."
Mendengar itu, beberapa pelayan itu dengan sigap membantu melerai pertengkaran antara kedua majikannya itu.
"Lepaskan aku!" Pekik tuan Ardiansyah saat tubuhnya di tarik menjauh dari Vincent
Sementara itu, Sang istri mencoba untuk menenangkannya agar tak kembali menyerang sang putra. ia melakukan itu bukan karena ingin membela putranya, melainkan tidak ingin sang suami sampai melenyapkan putra jika terus memukulinya.
"Sayang, tenanglah! jangan seperti ini. apa kau tidak lihat jika putra kita sudah babak belur seperti itu?"
"Biarkan saja. anak kurang ajar itu sudah membuatku malu. lebih baik aku melenyapkannya sekarang, dari pada dia yang melenyapkan ku terlebih dahulu."
Deg
Sang istri pun terdiam dengan menatap nanar ke arah sang suami. kini ia dilema dengan apa yang terjadi pada keluarganya, di sisi lain. apa yang di katakan sang suami memang benar adanya. sementara itu, Sebagai seorang ibu, ia tentu tidak tega melihat sang putra matai di tangan ayahnya sendiri.
Kondisi Vincent pun nampak begitu parah dengan luka-luka yang ada di bagian wajahnya dengan bagian bibir yang nampak mengeluarkan darah segar.
"Bawa Vincent ke kamarnya dan obati dia!" Pinta sang nyonya besar kepala pelayan yang ada di sana
Dan akhirnya beberapa orang itu dengan sigap membantu Vincent untuk berdiri dan langsung membawanya ke kamarnya.
setelah kepergian Vincent, Nyonya Ardiansyah kembali menatap suaminya yang kini tengah memijit pelipisnya sendiri. lalu, ia mendekatinya dengan memberi sentuhan pikiran di bahu sang suami setelah sampai di sampingnya.
"tolong jangan marah-marah, pikirkan juga kesehatanmu!" Ucapnya dengan penuh perhatian
Ardiansyah lantas melirik bahunya, lalu mendongak hingga tatapan mereka kini bertemu.