Hidupku bahagia, meski harus tinggal di rumah sederhana. Apalagi ada dua anak kembar yang tampan mempesona, meski aku tak tahu siapa bapaknya. Aku hanya ingat ada tato kepala naga di tengkuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keusilan Twins
Mereka bertiga asyik ngobrol di kamar utama, sampai terlupa kalau belum makan malam.
Helena berasa dikacangin.
"Kenapa gue merasa nggak dipeduliin ya?" gumam Helena.
"Hhhmmm, gue ke dapur aja," setelah membersihkan diri Helena pergi ke dapur.
Dan ternyata di sana sudah ada Bi Ijah bersama maid yang lain.
Bi Ijah sudah akrab dengan beberapa maid di sana.
"Bi Ijah ngapain?" sapa Helena, seraya membuka lemari pendingin untuk mengambil minuman.
"Zayn dan Zayden di mana? Sedari tadi nggak lihatin mereka," tanggap Bi Ijah.
"Tuh," arah netra Helena mengarah ke kedua bocil yang ada dalam gendongan Hayden.
Helena memutar bola matanya malas.
Bagi Helena, Hayden terlihat mengambil kesempatan untuk mengambil hati twins.
"Makan malam sudah siap tuan muda," seru kepala pelayan dengan santun.
"Makasih pak," kepala pelayan itu mengangguk.
Kepala pelayan yang bernama pak Budi itu sudah mengabdi di keluarga Frederick Sampson sejak Hayden masih kecil.
"Sama-sama tuan muda," balasnya.
"Tuan muda kecil dan nyonya silahkan," katanya menyilahkan Helena.
"Makasih," Helena tersenyum kikuk.
Emang siapa Helena, sampai diperlakukan sebegitunya.
Bi Ijah tak mau ikut duduk di meja makan.
Hingga hanya ada Hayden, Helena dan twins.
Sudah seperti keluarga cemara saja pemandangan di meja makan.
"Dad," panggil Zayden, tapi arah matanya berbinar mengarah ke sepiring ayam goreng yang tersaji.
"Ayam goreng?" tukas Hayden dan Zayden pun mengangkat jempolnya ke atas.
Hayden menaruh sebuah ayam goreng dalam piring Zayden.
"Aku juga," Zayn menyela.
"Baiklah," Hayden senang melihat keduanya yang makan dengan lahap.
"Kamu nggak lapar?" Hayden menoleh ke arah Helena.
"Enggak," jawab Helena sedikit ketus.
Tapi kenyataan berkata lain, musik dalam perut Helena spontan berbunyi.
Hayden pun menatap Helena seraya tersenyum.
"Ada demo tuh di perut kamu," olok Hayden.
"Mama sih sok jaim banget. Kalau lapar ya lapar aja Mah," ucap Zayden menyambung perkataan Dad nya.
"Nih Mah," Zayn mengambilkan seporsi makan di piring Helena.
"Hhhmmm, makasih sayang," ucap Helena.
Meski makan malam yang kemalaman, Zayn dan Zayden sangat menikmati. Hayden juga merasakan hal yang sama. Meja makan yang biasanya sepi kini ada celoteh dua bocil yang selalu ada saja ide untuk meramaikan suasana.
"Dad, malam ini boleh nggak kita tidur sama Dad," rajuk Zayden.
Hayden menatap Helena, sementara Helena terlihat berhenti mengunyah.
"Ya Mah, boleh ya?" Zayden kembali merajuk ke Helena.
"Bobok sama mama saja, ntar tuan Hayden nggak bisa istirahat karena ada kalian," ucap Helena.
Air mata seketika menggenang di pelupuk mata Zayden.
Ada rasa iba di hati Helena, tapi Helena takut merepotkan Hayden.
Zayn yang dingin tetap mengunyah makanan yang ada di depannya.
"Kenapa tak kamu ijinkan?" tanya Hayden saat jeda mengunyah.
"Apa kamu takut mereka mengangguku?" Helena mengangguk.
"Zayden, kalau kita tidur sama Dad. Ntar mama sendirian. Kalau mama ketakutan gimana dong?" ucap Zayn sok dewasa.
"Kan gampang. Ajak mama sekalian tidur di kamarnya Dad," balas Zayden.
Helena dan Hayden dibuat bengong mendengar obrolan Zayn dan Zayden.
"Ye, enggak boleh. Mama sama Dad harus menikah dulu," ucapan Zayn laiknya anak berumur belasan tahun. Padahal mereka masih balita sekarang. Lima tahun kurang sebulan.
"Yaacchhh kakak, besok tinggal nyuruh mama sama Dad menikah. Selesai sudah," balas Zayden.
Zayn mengangkat jempol tanda setuju.
"Tuh, restu mereka sudah aku dapat. Apalagi yang kamu tunggu?" tatap Hayden.
Helena diam tak menjawab.
"Mah, jawab dong. Dad nungguin tuh," kata Zayden tak sabar.
"Jawabannya masih sama," tukas Helena membuat Hayden lemas dan menyandarkan kepala ke kursi.
Zayn dan Zayden pun sama, melakukan hal yang dilakukan Hayden. Helena sampai tak bisa menahan tawa melihat ekspresi ketiganya.
"Sudah selesai belum, mama beresin ya?" Helena mengambil piring kosong yang ada di depan masing-masing.
"Kenyang nih, mama balik ke kamar ya," goda Helena karena ketiga laki-laki itu kompak menyilangkan kedua tangan di depan dada.
Helena melenggang menjauh dari meja makan.
Tanpa dia duga Hayden menggendong dari belakang dengan Zayn dan Zayden sebagai suporter.
"Eh...eh... Apa yang kalian lakukan?" Helena merasa malu karena para maid melihatnya.
Hayden meletakkan tubuh Helena di ranjang utama.
"Kalian tidur aja di sini, dan tidak ada penolakan. Zayn, Zayden bantuin Dad, tolong jagain mama. Dad ke ruang kerja dulu," kata Hayden meninggalkan kamar itu.
Ini kedua kalinya Helena berada di atas ranjang king size yang sangat mewah itu.
"Kalian ini kenapa sih? Pakai maksa mama segala. Ingat sayang, disini kita cuman tamu. Jadi, jangan aneh-aneh dech," kata Helena mengingatkan.
"Kita berdua bukan tamu Mah, kita berdua adalah anak tuan Hayden Frederick Sampson," jelas Zayn.
Helena mengacak rambutnya kasar.
Kedua putranya selalu ada jawaban spontan yang kadang membuat Helena bingung harus menjelaskan apalagi buat mereka.
"Tau ah, mama ngantuk," Helena menarik selimut milik Hayden.
Helena malah tidur duluan daripada kedua putranya.
.
Helena menggeliat, berasa tidurnya lama.
Sebuah lengan kokoh melingkar di pinggang.
Helena mencoba menyingkirkan pelan, tapi lengan itu semakin kuat memeluk.
"Bentar lagi," suara serak khas bangun tidur yang bisa Helena tebak siapa orangnya.
Seketika netra Helena membuka lebar. Seingatnya semalam dia tidur bersama dengan kedua putranya.
"Hhmmm kemana mereka berdua?" netra Helena menelisik seluruh ruangan.
"Masih pagi, ngapian bangun?" tanya Hayden seraya mengucek kedua matanya.
Hayden ikutan kaget karena Helena melotot kepadanya.
"Dasar mesum," kata Helena kesal.
"Apa yang terjadi?" Hayden mengusap tengkuknya.
Yang dia ingat, semalam dia dipaksa kedua bocil untuk menemani mereka tidur.
Mereka tak bisa tidur karena Helena telah terlelap duluan. Dan meminta Hayden untuk membacakan cerita buat mereka.
Hayden berada di seberang Helena sementara Zayn dan Zayden di tengah.
Mereka antusias mendengarkan cerita dari Hayden, hingga keduanya menguap beberapa kali sampai akhirnya terlelap.
Dengan sangat hati-hati, Hayden menyelimuti keduanya.
Hayden hendak beranjak, tapi Zayden memegangi tangannya erat meski matanya terpejam seolah menahan Hayden untuk pergi.
Hayden menunggu dengan sabar sampai Zayden nyenyak, hingga tanpa tersadar dirinya tertidur di kamar yang sama dengan ketiganya.
Hayden pun sama kagetnya saat hanya ada Helena di sampingnya.
"Dimana Zayn dan Zayden? Jangan jadikan mereka alasan atas yang kamu lakukan saat ini," kesal sekali rasa hati Helena saat ini.
"Aku juga tak tahu," jawab Hayden.
"Aku tak percaya," sergah Helena.
"Zayn, Zayden," mata elang Hayden menelusuri seluruh kamar.
Hayden menaikkan sudut bibirnya ke atas walau Helena tak melihat.
"Hei boy's...," seru Hayden.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Panasnya musim kemarau, musim hujan belum juga datang #Maafkan jika membuat galau, karena baru bisa up sekarang
lanjut thor...
jngn berharap terlalu tinggi bu..klo jatuh nti sakitnya ga ada obat..hahaha
ingin bls pantun tapi ga bisa thor.../Grin/
bisa nya kasih semangat untuk mu thor...
lanjuuut...