Pengantin Pengganti Untuk Tuan Muda

Benji mengikuti langkah nyonya Beatrice. Kinara mendorong kursi roda Alex menuju utama, sementara Billy mengikuti dari belakang. Jonathan Smith tampak duduk di ujung meja, seorang pria yang memakai kemeja hawai dan celana jeans hitam duduk di sebelah Jonathan Smith.

“Apa yang terjadi?” tanya Jonathan Smith begitu melihat Kinara. Pria itu bangun dari kursi dan menghampiri calon menantunya.

“Tidak apa-apa, Tuan, maksud saya, Dad ... hanya kecelakaan kecil,” jawab Kinara.

“Kau tidak apa-apa, bukan?”

“Tidak, saya baik-baik saja.”

“Syukurlah kalau begitu.” Jonathan Smith menarik napas lega. “Siapa pria ini?” tanyanya sambil menunjuk ke arah Benji.

“Dia yang menyelamatkan saya tadi,” jelas Kinara, “Namanya Benji.”

“Well, kau disambut dengan baik di keluarga ini.” Jonathan Smith maju dan merangkul Benji. “Duduklah dulu, Kinara dan Alex masih ada urusan.”

“Suatu kehormatan bagi saya, Sir.” Benji tersenyum lalu duduk di kursi yang ditunjuk oleh Jonathan.

“Ngomong-ngomong, Kinara, ini adalah Tuan Jose, perancang busana yang mendesain gaun pernikahan kalian. Ia ingin kalian mencoba setelannya bersama sebelum dipakai besok.” Beatrice Smith menunjuk pria yang tadi duduk di sebelah Jonathan Smith.

“Halo, Tuan Jose,” sapa Kinara dengan tubuh sedikit membungkuk, “Maaf merepotkan Anda.”

Alex meminta Jose untuk mencari gaun lain bagi Kinara. Ia tidak mau Kinara memakai gaun yang tadinya disiapkan untuk Amanda Shu.

“Tidak masalah, hanya persoalan kecil,” jawab Jose seraya tersenyum lebar. Pria berambut ikal sebahu itu merentangkan tangan kanannya, “Silakan.”

Kinara menoleh pada Benji lalu berkata, “Aku pergi sebentar.”

Benji memberi tanda “OK” dengan jarinya, kemudian kembali bercakap-cakap dengan Jonathan Smith.

Empat orang asisten Jose segera mendekat sambil membawa gaun pengantin Kinara. Dua orang lainnya membawakan setelan milik Alex. Billy mendorong Alex ke ruang ganti dan membantu sahabatnya itu untuk bersiap. Sedangkan Kinara berjalan ke arah yang lain untuk mencoba gaunnya.

“Silakan, Nona,” ujar salah seorang pelayan sambil membukakan pintu sebuah kamar tamu bagi Kinara.

“Terima kasih,” ujar Kinara.

Gadis itu masuk diikuti empat orang asisten yang terlihat sigap dan cekatan. Keempat orang itu mendorong manekin ke ujung ruangan, lalu meminta Kinara memeriksa detail gaunnya. Kinara mengusap permukaan kain berwarna putih itu perlahan ... terasa sangat lembut di telapak tangannya. Desainnya simple dan elegan, persis seperti yang ia minta. Ia tidak ingin tampil terlalu mencolok. Kinara menganggukan kepala, pertanda puas pada gaun yang dipilih oleh tuan Jose.

“Mmm ... itu ... haruskah kalian ikut masuk? Maksudku, aku sedikit merasa canggung jika ada orang saat aku berganti pakaian,” kata Kinara.

Salah seorang asisten itu menjawab, “Kami mengerti, tapi gaun ini tidak bisa Anda pakai sendiri, Nona. Harus dengan bantuan orang lain.”

“Begitu .... Baiklah.” Kinara melepaskan pakaiannya satu per satu dengan canggung. Untunglah empat orang asisten itu bersikap sangat profesiona sehingga Kinara tidak terlalu merasa malu.

Gaun pengantin itu lolos dari atas kepala Kinara, menempel pada setiap inchi kulitnya dengan sangat pas. Bahannya benar-benar terasa lembut dan ringan. Kinara mematut diri di depan cermin, membalikkan tubuh beberapa kali sambil mengamati tubuhnya dari sisi kanan dan kiri. Sempurna. Gaun ini benar-benar tanpa cela.

“Cantik sekali,” puji salah seorang asisten dengan sorot kagum, “Sangat pas dipakai oleh Anda, Nona.”

Kinara semringah. “Terima kasih,” ujarnya. Setidaknya, ia tidak akan terlalu mempermalukan keluarga Smith karena penampilannya yang jelek atau kampungan.

“Kudengar, Anda bukan calon pengantin yang sebenarnya,” celetuk salah seorang perempuan yang lain, yang segera dibalas dengan pelototan dari rekan-rekan kerjanya. “Maafkan kelancangan saya,” ujarnya kemudian sambil membungkukkan tubuh.

“Tidak apa-apa.” Kinara memaksakan diri untuk tersenyum. Pada kenyataannya, ia hanya seorang pengantin pengganti, tidak ada yang salah mengenai hal itu. Ia cukup yakin, hampir semua pelayan di kediaman keluarga Smith pasti membicarakannya, termasuk du orang sahabat yang kini nyaris tak pernah dilihatnya lagi. Lalu, siapa yang bisa menjamin bahwa orang-orang di luar sana membicarakannya?

“Nona, kuharap Anda jangan tersinggung,” kata salah seorang asisten yang tampak lebih tua daripada rekan-rekannya, “Dia masih muda, masih suka bergosip—“

“Tenanglah,” sela Kinara, “itu bukan masalah besar. Lebih baik sekarang kalian memberi saran, model rambut seperti apa yang paling cocok untukku.”

Keempat orang itu buru-buru memberikan rekomendasi model rambut yang sesuai untuk Kinara dan model gaun yang akan dipakainya besok. Selang waktu antara lamaran tuan muda Smith yang tiba-tiba dengan hari pernikahan mereka terlalu sempit. Belum lagi insiden-insiden yang terjadi selama rentang waktu itu, membuat mereka tidak ada waktu, atau mungkin bisa dibilang saling menghindar satu sama lain, sehingga semua persiapan terasa sangat mendesak. Kinara menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Sikap tuan muda Smith, apakah bisa berubah? Bagaimana kalau ia sendiri menyesal setelah menikah dengan tuan muda yang sombong itu? Apakah mereka akan bercerai suatu saat nanti? Mendadak beribu pertanyaan berputar dalam benak Kinara.

***

“Hey, tersenyumlah,” goda Billy saat melihat wajah Alex yang datar tanpa ekspresi di atas kursi roda, “Bukankah seharusnya kau senang karena tidak jadi menikahi wanita pilihan ayahmu?”

Alex Smith masih tidak memberikan respon. Ia tampak tenggelam dalam dunianya sendiri, dunia yang gelap dan menyedihkan.

“Atau ... kau berubah pikiran?” tanya Billy lagi, “Katakan sekarang sebelum semuanya sangat terlambat. Nona Kinara masih bisa menikahi Benji, atau aku, jika kau memutuskan untuk—“

“Tutup mulutmu!” geram Alex, membuat Billy terkekeh senang karena berhasil mengerjai sahabatnya itu.

“Bagaimana keadaan di kantor?”

“Heyyy ... aku melarangmu menanyakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan sampai kau selesai bulan madu!” Billy tergelak sambil menepuk-nepuk pundak Alex.

“Berhenti bercanda, Billy. Katakan, bagaimana keadaan di kantor?”

Billy terdiam sesaat, raut wajahnya kembali serius saat ia berkata, “Jericho sekarang memegang saham terbesar di perusahaan. Diam-diam, dia sedang berusaha me-merger Jotund Corps dengan The Mag’s Company.”

Alex mencibir, “Mimpi! Aku akan meratakannya dengan tanah.”

“Ya, kau harus meratakannya dengan tanah setelah pulih nanti,” kata Billy, “Dengar, terapimu sudah bisa dimulai minggu depan. Sekarang, kau hanya perlu berfokus pada penyembuhanmu. Mengerti?”

Kedua tangan Alex terkepal erat di sisi tubuhnya. Bibirnya tampak bergetar ketika mengajukan pertanyaan, “Bagaimana dengan Jessica? Apa kau sudah menemukannya?”

Tubuh Billy menegang ketika mendengar pertanyaan itu. Ia menatap Alex Smith yang

Masih tidak menunjukan ekspresi apa pun.

“Alex. Dia sudah memutuskan untuk meninggalkanmu lima tahun lalu. Lupakanlah dia. Sekarang, yang akan kau nikahi adalah Nona Kinara. Oke? Gadis itu tidak pantas kau sakiti. Jika kau ingin mengubah keputusanmu, masih ada waktu.”

Billy memberi tanda pada dua orang pria yang tadi membawa setelan Alex agar mendekat. “Tanyakan apa yang diinginkan oleh tuan Alex. Aku masih ada urusan.”

Alex masih membeku ketika suara pintu yang menutup dengan cukup keras bergema dalam ruangan. Pria itu mendesah, ia bisa memahami kekesalan yang ditunjukkan oleh Billy. Ia sendiri merasa kesal pada dirinya, mengapa masih belum bisa melupakan Jessica.