Rahwana Bataragunadi, menyamar menjadi Office Boy di kantornya sendiri untuk menguak berbagai penyimpangan yang terjadi.
Pemuda itu mengalami banyak hal, dari mulai kasus korupsi, sampai yang berhubungan dengan hal-hal gaib.
Dalam perjalanannya, ia ditemani entitas misterius yang bernama Sita. Wanita astral yang sulit dikendalikan oleh Rahwana itu selalu membantunya di saat butuh bantuan.
Masalahnya, Rahwana tahu Sita bukan manusia. Tapi semakin hari ia malah semakin jatuh cinta pada Sita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Catatan 26 : Soulmate
Saat melayangkan pandanganya ke dalam ruangan, mata Rahwana tertuju ke meja Ai, namun cowok itu tak ada di sana. Yang ada di barisan itu hanya sekumpulan bapak-bapak marketing yang berwajah suram sedang membicarakan masa depan.
Maka Rahwana mencari Ai ke sudut yang lain, yaitu ke area yang umumnya dijadikan sebagai tempat para mbak-mbak hedon berkumpul untuk bergosip kalau Pak Rey sedang pergi.
Dan benar saja, si Ai ada di sana. Sudah berada di tengah-tengah sekumpulan wanita sambil cengengesan sesekali terbahak.
Tampak mereka saling bercanda, sesekali memeluk-meluk Ai, foto bareng dengan mulut dimonyong-monyongkan, mereka terlihat sangat lengket dan para mbak-mbak tampaknya tidak ragu menempelkan anggota tubuh mereka ke Ai.
Ai bagaikan menjadi bagian dari mereka, dengan gaya kemayu dan lenjenya.
"Nggak dong Shay! You pikir cantik pake concealer bawah mata? Yang ada you keliatan kayak sunburn!" sahut Ai sambil mengibaskan tangan. "Woh, kuku eike berkilau, emang hebat alat menipedi baru eike," ia mengagumi dirinya sendiri.
"Tapi gue mata panda, bencoong! Bisa-bisa kabur tu lekong ngeliat muka suram gueee," gumam si mbak yang tadi dimaksud Ai.
"Duileeee kalo udah standar ya nggak usah ngarep glowing laaah, you perbaikin aja mulut julid you ntar juga shining sendiriii," sahut Ai. disertai seruan pembenaran dari mbak-mbak yang lain.
"Lo pikir segampang itu! Lo tuh kaum surgawi, tampang lo macam dewa dewi mana ngerti penderitaan kitaaaah!"
"Ya gedein dong dada lo, bestieee. Emangnya kalo di atas ranjang mereka ngeliat tampang lo?!" Seorang wanita mengguncangkan dadanya di depan muka Ai.
"Yang penting kegel, body gitar kaleee," timpal yang lain sambil membuka pahanya di depan Ai.
"Sekalian aja you buka semuanya bikin strip di sindang!" seru Ai tampak kesal.
"Makanya punya, biar ada mainan kalo bosen!"
"Hahahahaha!"
Terus terang saja Rahwana tidak sepenuhnya mengerti apa yang mereka perbincangkan, tapi melihat mulut Ai yang mencibir bisa dibilang cowok itu sedang keki.
"Broooo," seru Ai kemayu saat melihat Rahwana yang berdiri di depan pintu. Semua wanita di sana memekik kaget. Mereka langsung menutup rok mereka dan merapikan kancing baju.
"Hei Iwaaan, kok kesiniii?!" Seorang wanita menyapa Rahwana.
"Udah makan belom? Nih yuk duduk sini,"
Ai mencibir "Elaaah, ada pawangnya langsung pada manis! Dasar muka dua - lidah cabang tujuh you semua. You disuruh Mas Iwan merangkak juga pada nurut!" umpat Ai.
Seorang wanita langsung menutup mulut Ai, "Bawel banget sih!" gerutu mereka.
"Bisa dibantu, Iwaaan?" Rosana sambil tersenyum semanis mungkin menghampiri Rahwana.
"Iya, mau manggil Ai,"
"Nggak bisa diwakilin aku aja?" Rosana masih keukeuh merayu Rahwana.
"Nggak bisa kayaknya Mbak, soalnya pacarnya Ai dateng,"
Semua diam sambil mengangkat alis.
"Pacar? Selain Mas Iwan siapa lagi pacar eike?!" tanya Ai sambil mengernyit.
"Aku lah," Nayaka muncul dari belakang Rahwana.
Ai memekik kaget, "Gilingan Jijay Markijay! You ngapain di mari!?" Cowok itu langsung lari ke sudut ruangan.
"Jemput Ai," sahut Nayaka. Tapi sambil cemberut dan raut wajah sedingin es.
"Jemput gimana?! Ini baru jam 3 sore woyy! Maksi aja eike belum sempetin!"
Dengan dagu terangkat Nayaka melangkah anggun ke tengah kumpulan wanita sambil sesekali memandang satu persatu orang di sana dengan sinis. Ia sedang menunjukan intimidasi yang sangat kentara terhadap semua yang dianggapnya rival cinta.
Herannya, wanita lain malah memberi jalan Nayaka, bagaikan dia putri raja.
"Hape Ai nggak diangkat-angkat jadi Aku jemput ke sini,"
Sementara Ai berjalan semakin mundur ke belakang.
"Eike bukan anak SD pake dijemput, dan lagi eike masih banyak kerjaan, nggak bisa seenaknya pulang!"
"Aku bersedia nungguin, kok," kata Nayaka.
"Eike bawa mobil sendiri,"
"Mobilnya parkir di sini aja, Ai ikut aku pulang," sahut Nay tetap dingin.
"Pulang kemana?"
"Ke rumah Nay lah,"
"Kenapa harus ke rumah You, Eike punya rumah sendiri,"
"Kalau begitu kenapa nanya pulang kemana?!"
"Errrr... Reflek?!" Ai ragu dengan jawabannya
"Ai barusan ngapain?!" pertanyaan yang lain yang lebih berbahaya.
"Emmm... Ngobrol?!" lagi-lagi sepertinya Ai tak yakin dengan jawabannya.
"Kok pake peluk-pelukan?"
"Kan bestie,"
"Kok sama Nay nggak pernah? Kita kan kenal dari lahir, ketemu hampir setiap hari, orang tua kita kawan lama, kurang bestie apa coba?!"
"Ehmmmm, soalnya You bakal nangkep reaksi berbeda,"
"Memangnya mereka nggak?"
"Yaaa nggak, kan?!" Ai bahkan lagi-lagi tak yakin. Ia melirik para wanita, dan mereka malah balik bertanya tanpa suara ke Ai. "Pokoknya nggak ada crush atau sparkling yang terjadi," kata Ai selanjutnya.
"Kenapa sama Nay, Ai kalo dideketin malah menghindar?"
"Soalnya you kayaknya beracun,"
"Beracun apanya?!"
"Kalo di deket you, Eike mulai pusing dan keserang anxiety. Kayak ada radiasi yang keluar dari badan you,"
"Kenapa begitu?!" Nay sampai di depan Ai yang terdesak ke dinding. Lalu menatap wajah Ai lekat-lekat sampai Ai tertekan secara mental dan tak mampu menjawab
"Hm?!" Nay semakin menekan Ai. Tubuhnya saat ini menempel erat di dada Ai.
Suatu kondisi yang menurut Ai lebih bahaya dari gebukan Papanya. Karena selama ini Nayaka sangat ceria sikapnya kalau di hadapan Ai. Ini pertama kalinya ia sinis dan berwajah penuh amarah ke Ai.
Rahwana menonton adegan itu sambil duduk di salah satu meja. Ia menyeringai senang, baginya ini pelepas stress.
"Soalnya..." Ai melirik Rahwana. Meminta bantuan.
"Jangan ngeliat Mas Iwan, ngeliat ke Nay di sini! Di depan Ai!!" Nayaka mendongak menatap Ai dengan tajam.
Jantung Ai semakin berdebar kencang. Tak lama cowok itu merasa pusing yang amat sangat.
"You selalu bikin eike pusing, dan... deg-degan. Kayak aliran darah nggak lancar. Daripada eike pingsan lebih baik you menjauh,"
Terdengar kekehan Rahwana.
"Bantuin ngapa sih?! Cengengesan aja!" gerutu Ai.
Rahwana mendengus sambil tetap mesem-mesem, "Nay, kasih waktu lah ke Ai sebentar. Dia hanya bereaksi begitu ke kamu, bukan berarti dia benci kamu," kata Rahwana.
"Eike benci ni cewek," gerutu Ai cepat.
"Nanti Nay hilang beneran gimana?!" tanya Rahwana.
"Emang dia mau hilang kemana? Kerjanya stalking Akoh melulu,"
"Yaa kalau gitu selamat, Nay mau lanjut kuliah di Inggris. Jadi kamu bisa terbebas," rencana selanjutnya mulai dijalankan Nayaka.
"Hah?!" Ai langsung menatap Nay. "Emangnya nggak ada kampus berkualitas di Jakarta sampe you bakal ke Inggris?!" sepertinya cowok itu cukup kaget.
"Ya suka-suka Nay dong mau kuliah di mana!" Sahut Nay sambil berbalik dan menjauhi Ai, "Nanti Nay mau cari cowok Inggris seganteng William Franklin Miller,"
"Siapa tuh William Franklin?!" seru Ai.
"Pokoknya lebih ganteng dari Ai! Ya udah kalo nggak mau ikut aku pulang, aku mulai sekarang nggak akan memaksa. Aku duluan ya Mas Iwan!!" Nay berjalan cepat ke arah pintu keluar.
"Eh bentar Nay!" Ai mencengkeram lengan Nay untuk menghentikan langkah cewek itu, "Sejak kapan you mutusin mau ke Inggris segala?!"
"Sejak Nay lihat Ai sama cewek lain. Nay juga bisa cari cowok lain!"
"Mereka cuma bestie!"
"Nay juga bisa cari bromen!"
"Ya jangan gitu dong!!"
"Kenapa jangan?!"
"Kenapa sih harus kenapa melulu pertanyaannya?! Jangan ya jangan!"
"Suka-suka aku dong! Kan Ai jadi bisa bebas dari Nay, congratulation!"
"Apa sih Nay?!" Ai menarik Nay supaya cewek itu berhenti berjalan.
Nayyaka menepis tangan Ai dengan kencang dan cemberut. "Mulai sekarang, aku nggak akan ganggu Ai lagi. Selama ini aku sayang banget sama kamu, aku rela jutek sama smeua cowok yang deketin, aku juga nggak ngefans sama boyband atau artis-artisan, aku bahkan nggak punya temen cowok demi Ai. Tapi Ai malah deket-deket sama cewek!!"
"Mereka temen kerja doang Nay!"
"Sampai ngomongin hal vulgar dan buka-buka paha begitu?! Memang apa sih yang kalian jual? Rumah atau club malam?!" seru Nayaka. Orang-orang mulai berkumpul memperhatikan mereka.
"Sudahlah, Nay capek... Mas Iwan bisa antar aku ke bawah?"
"Oke," Rahwana menghampiri Nayaka.
"Naaaay," Ai berusaha meraih tangan Nayaka.
"Jangan ngejar, atau aku lempar sepatu ke kepala Ai!" Nayaka melepas sepatu high heelsnya yang berhak runcing, "Ini bisa ngebolongin tembok!" ancam cewek itu.
"Naaaaay," seru Ai berusaha merayu.
"Hush sana! Kalo mau baikan nanti malem bawain Red Velvet!"
Seru Nay dari dalam lift. Dan pintu lift pun tertutup.
"Hadooh apa lagi sih Nih! Ni gedung emang bawa sial!!" seru Ai frustasi.