Amy Sky menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat ayahnya dibunuh tepat di luar pintu rumahnya ketika pembantaian tengah malam dilakukan oleh Jack Langton di Mansion keluarga Sky.
Derek Langton, sang pemimpin Klan keluarga Langton hanya butuh satu kali tatapan untuk memutuskan bahwa Amy harus jadi miliknya.
Tiada perasaan yg lebih besar selain kebencian yang dirasakan Amy pada musuh yang telah menghabisi keluarganya, namun harga diri dan perlawanan yang terus ia pertahankan apakah harus patah karna gairah yang tak bisa ia lawan?
Follow ig dianaz3348 & fB Dianaz ya. Thanks.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DIANAZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
** Love in the dark **
Amy merangkak ke arah botol air yang ditinggalkan di pinggir terali penjara. Membawanya ke arah Derek, membuka botol minum lalu mendekatkan ke bibir Derek.
"Derek ... kau harus membantuku. Disini sangat gelap ... aku tidak mau menyirammu dengan air minum ini."
Amy merasakan tangannya ditangkap dan didekatkan ke wajah Derek. Sedetik kemudian terdengar suara air yang ditenguk dari botol air di genggamannya.
"Kemarilah...." Derek menarik lengan Amy di dalam gelap. Entah sudah berapa lama mereka di sekap, tidak ada penunjuk waktu, Mungkin baru beberapa jam saja fikir Derek. Karna Jonathan pasti akan segera mengecek apakah ia sudah sadar atau belum untuk kemudian memaksanya lagi menandatangani perjanjian akuisisi.
"Kau baik baik saja kan."
Derek merasakan kepala Amy mengangguk. Ia mengangkat tubuh gadis itu ke atas pangkuannya.
"Apa yang kau lakukan ... tubuhmu pasti memar. Biarkan aku duduk di sampingmu saja."
Amy menggeliat melepaskan diri.
"Diamlah , Sweety. Kau membuat tubuhku kembali terasa sakit."
Amy tiba tiba berhenti bergerak, menurut ketika Derek mendorong kepalanya bersandar di bahu pria itu. Jemari Derek terasa mengelus kain perban yang dililitkan Jack untuk menutup luka di lengan kirinya.
"Ini pasti terasa sangat sakit...."Derek berbisik lirih, mengernyit dalam gelap ketika mengingat bagaimana Jonathan mengiris dan mengorek luka di lengan Amy.
"Sekarang tidak sakit lagi." Derek merasakan senyum dari bibir gadis itu di dadanya. Ia menekan agak keras perban di lengan Amy.
"Ahhhhhh!!" Jeritan itu memberitahunya kebohongan gadis itu.
"Luka ini membengkak ... kita harus cepat membawanya pada Barkley."
Derek menerawang, berharap Mike bertindak cepat. Semakin lama akan semakin berbahaya untuk mereka berdua.
"Kenapa kau begitu ceroboh ... melarikan diri seperti itu agar tertangkap."
"Agar kalian melupakan rencana untuk mengumpankan Reggie."
"kenapa? Kau menyayangi Reggie tapi tidak nyawamu sendiri. Bukankan sudah menjadi tugasnya untuk melindungimu."
Amy menggeleng, " Mamma mengatakan yang sebaliknya. Kami berhutang nyawa pada Reggie, Kami semua harus melindungi Reggie. Reggie dijadikan pengawalku agar kami bisa menjaganya selalu di sisi kami."
"Kenapa? siapa Kucing liar itu sebenarnya?"
"Dia sudah seperti saudaraku, kakak bagiku."
"Siapa identitas aslinya...."
"Ayahku tidak pernah memberitahu ... kurasa ia sengaja. "
Derek terdiam. Merasakan Amy bergidik pelan dalam pelukannya.
"Kau kedinginan?"
"Sedikit...."
Derek menciumi puncak kepala Amy, menghirup aroma rambutnya sambil memejamkan mata. Ia pernah beberapa kali bertemu Arthur Sky ,sejak ayahnya masih hidup sampai ayahnya tiada. Tetapi sekalipun Tak pernah melihat gadis itu di sekitar ayahnya.
"Hmmmm ... Aku tak pernah melihatmu sebelum pertemuan kita dulu. Padahal aku sering bertemu dengan ayahmu ... dimana ia menyimpanmu selama ini."
"Aku lebih sering berada di mansion dekat perkebunan teh, disana sejuk, mamma lebih suka menghabiskan hari harinya di pedesaan."
"Kau ada didekat ibumu ketika ia sakit bukan?"
"Tentu saja."
"Ayahku pernah beberapa kali pergi mengunjunginya. Tentu saja dengan syarat yang sangat ketat dari ayahmu. Arthur cukup baik hati membiarkan ayahku bicara dengan Bibi Margareta berdua saja. Tapi dalam setiap kunjungan, aku tak pernah melihatmu."
Amy tertawa pelan ... ingatannya kembali pada ucapan ayahnya tentang Erland dan putranya.
"Apa yang kau tertawakan?"
"Kau ikut di setiap kunjungan itu? " Amy bertanya
"Ya ... hanya aku yang diperbolehkan ayahmu untuk ikut. Katanya agar Ada yang menggotong ayahku pulang bila suatu saat ia harus menonjok ayahku sampai pingsan."
Amy kembali tertawa, merasa geli mengingat bagaimana ayahnya yang sangat cemburu bila berkaitan dengan Erland.
"Namun ia juga tidak pernah mengizinkan aku ikut masuk untuk melihat bibi Margaret. Aku hanya diperbolehkan mengantar ayah sampai pintu."
"Lalu apa yang kau lakukan?"
"Tidak ada ... ayahmu akan duduk bersamaku . Menunggu kunjungan Erland berakhir."
"Kalian tidak bicara!?"
"Tidak. Ia hanya memandangiku, seperti seekor srigala yang mendapat mangsa."
Derek kembali mendengar tawa renyah yang sangat merdu di telinganya.
"Kurasa aku mengerti sekarang, kenapa dulu ayahku menyuruhku pergi disaat saat tertentu ketika tengah menunggui mamma."
"Karna kami akan datang."
"Kurasa begitu, dia pernah bilang akan melindungi mataku dari badut jelek yang akan mengunjungi mamma."
Ami terkikik ... mengingat julukan yang diberikan ayahnya untuk Erland.
" Badut jelek! Oh my ... ayahku sangat tampan, Sweety!"
Amy mengangkat bahunya, masih tertawa.
"Apa dia mengatai ku juga?"
"Ya ... dia bilang ,aku tidak boleh terlihat oleh badut jelek dan pria pemakan manusia yang dia bawa bersamanya."
"Aku? Pemakan manusia?"
"Kurasa dia menyebutmu pelahap para gadis." lanjut Amy
"Pantas saja mereka tidak pernah saling menyukai. Lagipula ayahku pernah bilang, lelaki imut dan gemulai seperti Arthur tidak pantas jadi lawan tandingnya."
Amy membelalak di dalam gelap. Baru kali ini dia mendengar ayahnya disebut imut dan gemulai.
"Hahhahhaah ... ayahku sama sekali tidak imut ,Derek. Ia raksasa bertubuh besar!" Amy tertawa membayangkan ayahnya bergerak gemulai dan terlihat imut.
"Kurasa mereka saling mengejek yang berbanding terbalik dengan kenyataan." Derek menggeleng gelengkan kepalanya.
Lalu Keheningan menghiasi kegelapan di sekitar mereka, Sampai gerakan dada Amy mulai terasa aneh dalam pelukan Derek.
"Sweetheart ... kau menangis...."
"Tidak ... aku tidak menangis." namun kebohongannya langsung terbongkar ketika jemari Derek meraba pipinya, Merasakan bulir airmata yang mengalir.
"Jangan menangis tanpa suara, Amy. Itu tidak akan membuatmu lega dan merasa lebih baik."
"Aku merindukannya ,Derek. Aku sangat merindukannya."
"Aku tahu ... karna aku juga sangat merindukan Erland."
"aku sangat merindukannya...." ulang Amy, lirih. Derek mendekap erat tubuh mungil Amy.
"Menangislah kalau begitu ... tapi keluarkan suaramu. Kau akan merasa lebih baik setelahnya."
Sesenggukan yang terdengar kemudian terasa pilu. Derek tak mengatakan apapun. Hanya mengelus rambut gadis itu. Menunggu ia selesai dan berharap ia tenang setelahnya.
Setelah Suara terisak- isak itu mereda, Derek mengambil botol air yang tadi diberikan Amy untuknya.
"Minumlah, Sweety."
Amy mendekat kan botol air ke bibirnya, lalu minum beberapa tegukan. Rasa lega membuat dadanya sedikit terasa lapang.
"Terima kasih."
Derek menutup botol air, lalu kembali memeluk gadis di pangkuannya.
"Cium aku sebagai tanda terimakasihmu."
Derek menggoda Amy, tertawa geli membayangkan wajah gadis itu pasti malu dan memerah. Namun jari jari lembut yang kemudian dikalungkan di lehernya membuat Derek sangat terkejut, jari Amy menjelajahi lehernya, menelusuri rahangnya lalu menyentuh bibirnya. Derek merasa tegang, menunggu dalam gelap ,semua inderanya terasa lebih kuat dan tajam.
Lalu sentuhan seringan bulu di bibirnya itu terasa bagaikan sebuah oase di padang pasir yang sudah lama ia cari. Amy menyentuh bibirnya, mengecup singkat, lalu berpindah menelusuri sudut bibirnya.
Sentuhan malu-malu itu membuat gairah Derek bangkit. Dengan satu tangan ia mendongakkan dagu gadis itu, mengecup dan mencecap ,memperdalam ciumannya, menarikan lidahnya, mengajak gadis dalam pelukannya merasakan gairah yang sama. Hingga desahan yang terlepas dari tenggorokan Amy membuat Derek lupa diri, lupa mereka tengah berada di penjara yang dingin dan gelap, lupa mereka hanya duduk di lantai penjara tanpa alas.
"Amy ... aku sangat menginginkanmu." Derek berbisik, merasa terbakar oleh gairah. Tak bisa berhenti menyentuh kulit lembut yang teraba oleh jari jarinya. Amy menjawab keinginan Derek dengan gerakannya. Ia menghadap penuh kearah Derek, mengalungkan kedua lengan, membalas ciuman sepenuhnya dengan kekuatan gairah yang sama, membuat Derek bersuka cita ... memikirkan Amy melakukannya dengan keinginannya sendiri.
Kegelapan yang meliputi mereka membuat setiap sentuhan terasa semakin kuat. Indera mereka berpesta , saling memberi dan kemudian menerima gairah masing - masing, dalam cinta yang tersalurkan di setiap sentuhan.
*******
*please like, five star, coment , favourite and then vote all my readers
*Thank you soooooooo muchhhhhh 😘