Oh..Dokter Lucky

Cepat-cepat Lucky berjalan ke arah pintu dan membuka pintu kamar tamu yang tadi Billy kunci.

Ceklek. Lucky membuka pintu kamar tamu.

"Kok di kunci segala pintu nya mas?" Tanya Ayu.

"Ah..itu tadi cuma mau mastiin aja pintunya bisa terkunci dari dalam." Jawab Lucky memberi alasan.

"Oh.." balas Ayu tapi matanya sambil melongok ke dalam kamar yang tak pernah ia tahu seperti apa bentuk di dalamnya.

"Katanya banyak barang-barang untuk penelitian, lah..kok ini dalamnya cuma ada lemari, tempat tidur, nakas sama sofa doang? Barang-barang buat penelitiannya mana?" Gumam Ayu dalam hati.

Tau apa yang Ayu pikirkan, cepat-cepat Lucky menarik tangan Ayu untuk pergi dari depan kamar tamu.

"Bill, selamat istirahat yah." Kata Lucky sebelum menutup kembali pintu kamar tamu.

Lucky pun menarik tangan Ayu sampai ke dalam kamar utama.

"Aku mau mandi. Tolong siapin baju aku yah Yu." Kata Lucky saat mereka sudah berada dalam kamar.

Ayu menganggukkan kepalanya.

Sedangkan Lucky meneruskan langkah kakinya masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah Lucky masuk ke dalam kamar mandi, Ayu pun berjalan menuju ruang ganti untuk menyiapkan pakaian tidur untuk suaminya

"Kira-kira malam ini mas Lucky ngajakin belah duren gak yah?" Gumam Ayu sambil senyum-senyum sendiri melihat pantulan dirinya dari cermin lemari.

Sedang asyik berkhayal belah duren, suara bariton Lucky langsung membuyarkan khayalan Ayu.

"Yu.." panggil Lucky saat melihat istrinya senyam-senyum sendiri di depan cermin seperti kuntilanak yang mau ikut kontes kecantikan.

Sontak Ayu pun menoleh.

"Eh...mas Lucky." Jawab Ayu malu-malu pengen.

"Baju aku mana?" Tanya Lucky.

"Tuh.." jawab Ayu sambil menunjuk meja dimana ia letakkan pakaian tidur suaminya.

Lucky pun berjalan mendekati meja yang di tunjuk Ayu kemudian mengambil pakaian tidur yang sudah Ayu siapkan. Setelah pakaian tidur berada di tangannya, Lucky berjalan keluar dari ruang ganti dan masuk kembali ke dalam kamar mandi.

"Loh...loh...loh..kok kabur. Tumben mas Lucky ganti baju nya di kamar mandi. Biasanya juga di sini." Gumam Ayu aneh.

"Apa karena aku ada disini yah?" Ayu jadi bertanya-tanya sendiri.

"Akh...biasanya juga kalau aku disini, mas Lucky tinggal nyuruh aku keluar. Ini kok malah masuk ke kamar mandi lagi." Ucap Ayu lagi.

Jelas saja Lucky tidak mau mengganti bajunya di ruang ganti, sekalipun Lucky menyuruh Ayu keluar dari ruang ganti, karena sekarang tubuh Lucky di penuhi jejak kepemilikan hasil mahakarya Billy.

Ayu pun keluar dari dalam ruang ganti dan duduk di pinggir ranjang menunggu suaminya keluar dari dalam kamar mandi.

Ceklek. Pintu kamar mandi terbuka.

Ayu pun menoleh ke arah kamar mandi dan memperhatikan gerak-gerik suaminya, berharap ada tanda-tanda suaminya mengajak belah duren.

Tapi kenyataannya, apa yang Lucky lakukan jauh dari harapan Ayu, karena Lucky mematikan lampu kamar kemudian naik ke atas ranjang lalu mematikan lampu tidur yang ada di nakas sebelah Lucky.

"Tidur Yu." Ucap Lucky karena melihat istrinya yang tak kunjung membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Dengan segenap rasa kecewa dalam hatinya, Ayu pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Setelah Ayu membaringkan tubuhnya, Lucky langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Ayu.

"Mas..." panggil Ayu.

"Hemh..." jawab Lucky seadanya.

"Kita gak..." belum selesai Ayu bicara, Lucky sudah memotong kata-kata Ayu.

"Tidur Yu, aku capek banget." Sengaja Lucky memotong kata-kata Ayu karena tau apa yang ingin Ayu katakan.

Ayu pun bungkam tak berani mengeluarkan suaranya lagi. Ia hanya bisa menatap langit-langit kamarnya sambil menghitung angka agar bisa memejamkan matanya.

✨✨✨

Lima bulan kemudian.

Tak terasa pernikahan Ayu dan Lucky sudah masuk di bulan ke enam, tapi sayangnya tidak ada kemajuan dalam pernikahan mereka. Belum ada kejadian rudal terhisap lubang blackhole. Lucky juga tak kunjung memberitahu Ayu tentang penyimpangan seksualnya.

Dan yang paling menyedihkannya, selama kurang lebih lima bulan ini Billy lah yang lebih banyak menguasai Lucky.

Billy yang merasa terteror dengan sosok Ayu, memilih untuk resign dari pekerjaannya di Singapore dan melamar kerja di rumah sakit yang sama dengan Lucky. Berkat orang dalam yang di miliki Lucky, sang kekasih akhirnya bisa bekerja di rumah sakit yang sama dengannya.

Lucky tak bisa berbuat apa-apa, karena Billy mengancam Lucky akan membongkar hubungan mereka pada Ayu dan juga mama Tyas.

Sudah lima bulan juga Billy tinggal di gedung apartemen yang sama dengan Lucky, hanya beda lantai saja. Unit apartemen Billy, satu lantai di atas lantai unit apartemen Lucky berada.

Tiap malam, jika Lucky dan Billy tidak sedang jaga malam, Billy memaksa Lucky datang ke unit apartemennya untuk mengeloni dirinya, namun jika Billy dinas malam, Billy akan memaksa Lucky datang ke rumah sakit untuk menemani dirinya, begitu pun sebaliknya, hanya bedanya Lucky tidak pernah memaksa Billy untuk datang ke rumah sakit menemaninya. Lucky baru bisa terlepas dari Billy hanya saat Lucky pergi ke rumah orangtuanya bersama Ayu, itupun Billy melarang Lucky untuk menginap di rumah orangtuanya dan menyuruh Lucky menitipkan Ayu di rumah orangtua Lucky. Itu semua Billy lakukan karena Billy takut Lucky dan Ayu melakukan kontak fisik seperti pasangan suami-istri normal lainnya.

Sebenarnya Lucky juga sudah mulai jenuh dengan keadaan ini, apalagi sepertinya Ayu mulai mencurigai dirinya. Pernah suatu hari Lucky memantapkan hatinya memberitahu kondisi dirinya yang sebenarnya, karena ia sudah sangat lelah menghadapi kecemburuan Billy dan mengatasi kecurigaan Ayu, namun saat ia ingin memberitahu Ayu, tiba-tiba saja ada kabar kalau kesehatan sang mama menurun, Lucky pun kembali mengurungkan niatnya, dan itu terjadi sebanyak dua kali.

Seperti malam-malam sebelumnya, kini Ayu meratapi nasibnya di dalam kamar sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Bagaimana ia tidak meratap kalau sang suami jarang tidur di kamar itu, paling hanya saat Ayu datang bulan saja, baru Lucky tidur di kamar itu, itu pun hanya satu atau dua malam. Dan yang paling membuat Ayu sedih, sudah enam bulan pernikahannya dengan Lucky, suaminya itu belum juga menyentuh dirinya.

Ayu pernah melayangkan protes pada suaminya karena suaminya yang jarang tidur di apartemen dan tak kunjung memberikan nafkah batin padanya. Dan Lucky hanya menjawab sibuk dengan pekerjaan dan selalu ada panggilan darurat di malam hari, jika masalah nafkah batin untuk Ayu, Lucky selalu menjawab belum siap dan merasa belum waktunya. Ayu frustasi karena mama Tyas selalu menanyakan tentang cucu pada Ayu.

Dan ironisnya, Ayu selalu menjawab sedang dalam proses dan selalu meminta mama Tyas untuk bersabar. Ayu tidak memberitahu mama Tyas tentang sikap Lucky padanya, ia menyimpan rapat-rapat sikap dingin dan acuh suaminya itu pada mertuanya dan kedua orangtuanya.

Dua minggu pertama Ayu bisa memaklumi kesibukan suaminya dan panggilan darurat yang di katakan suaminya, tapi lama kelamaan Ayu curiga, curiga kalau suaminya memiliki wanita simpanan di luar sana. Apalagi, tadi sebelum suaminya pergi meninggalkan apartemen, Ayu tak sengaja melihat tato semi permanen yang ada di leher suaminya.

Di depan cermin, Ayu berkali-kali membuang nafasnya kasar. Ia mencoba membuang pikiran negatif tentang suaminya.

"Gak..gak...mas Lucky gak mungkin selingkuh!!! Mas Lucky gak mungkin punya perempuan simpenan di luar sana." Ucap Ayu berusaha untuk berpikir positif.

Tapi tato semi permanen yang ada di leher suaminya yang tak sengaja ia lihat tadi, terus terbayang-bayang di pikiran Ayu.

"Aaarrrgh..." Ayu mengacak-acak rambutnya karena frustasi antara ingin terus berpikir positif atau mencari tau kebenaran atas kecurigaannya selama ini.

"Aku harus cari tau!!! Aku bisa gila kalau cuma menerka-nerka kayak gini terus!!" Gumam Ayu.

Ia pun berdiri dari tempat duduknya dan keluar dari dalam kamar.

BERSAMBUNG...