"Turuti atau aku tembak!" Suara lembut namun menusuk yang terucap dari bibir seorang wanita cantik dan anggun.
Sebuah kisah pasangan unik, dimana Dimas yang pecicilan mendapatkan jodoh Anita, seorang mantan mafia yang super galak dan selalu mengancam dengan senjata api.
Sanggupkah Mr.Pecicilan menjinakkan Monster Betina?
Ada rahasia apa dibalik kisah hidup Dimas dan Anita?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluar negeri?
Seminggu kemudian...
Setelah keadaannya membaik, Dimas memutuskan untuk kembali bekerja. Walaupun Anita telah berusaha membujuknya agar jangan bekerja dulu, namun nyatanya tak membuahkan hasil. Terbiasa bekerja membuat laki-laki itu tidak betah berlama-lama di rumah tanpa melakukan apapun.
"Bisa kau ambilkan dasiku di lemari?" ucap Dimas pada sang istri. Anita yang baru saja selesai mandi segera membuka lemari. Mencari warna dasi yang sesuai dengan kemeja suaminya.
Bruk!
Terdengar suara seperti benda terjatuh dari dalam lemari. Anita mengalihkan pandangannya pada benda yang terjatuh itu. Dia membungkukkan tubuhnya meraih benda itu. Seketika wajahnya memerah menyadari buku macam apa yang ditemukannya di dalam lemari pakaian suaminya.
"Buku ini kan..." ucap Anita dengan mata terbelalak.
Dimas mengalihkan pandangannya dari cermin. Seketika wajahnya ikut merona melihat buku di genggaman Anita. Gelagapan, Dimas mendekat dan merebut buku tersebut dari tangan Anita. Menyembunyikan di belakang punggungnya.
"Kenapa buku itu ada padamu?" Anita menatap curiga.
Dimas garuk-garuk kepala tidak jelas. Memutar bola matanya kesana-kemari. Ragu-ragu, Dimas menjawab. "Ini... hehe... Bos yang memberikannya. Katanya di buku ini ada jurus ular kobra masuk kandang," jawab Dimas dengan tidak tahu malunya.
"Apa? Ular kobra masuk kandang?" Anita mengerutkan alisnya, belum mengerti maksud jurus yang diucapkan suaminya itu. Dalam pikirannya, mana mungkin di buku itu ada jurus bela diri. Dan jurus bela diri macam apakah yang disebut ular kobra masuk kandang. Apalagi buku itu bukanlah buku tentang bela diri.
Dimas langsung memasukkan buku itu kembali ke dalam lemari. Menyembunyikan di bawah tumpukan pakaiannya yang telah tertata rapi di lemari.
"Kapan dia memberikan buku itu padamu?"
"Beberapa hari sebelum kita menikah."
Wajah Anita kembali merona malu, mengingat bagaimana Zian memaksanya pergi ke toko buku untuk membeli buku itu. Betapa malunya Anita pada saat itu karena kebodohan sang bos. Kini, buku itu ternyata sudah pindah ke tangan suaminya.
Maliq!!! Kau benar-benar menyebalkan! batin Anita.
"Apa di buku itu benar-benar ada jurus ular kobra seperti yang tadi kau sebut?" tanya Anita ragu-ragu.
"Entahlah, aku belum membacanya sama sekali. Tapi bos bilang, aku harus belajar dari buku itu. Aku juga tidak tahu, darimana bos mendapatkan buku itu."
Anita menundukkan kepalanya dengan perasaan malu yang terasa menembus langit ke tujuh. Dimas bahkan tidak sadar bahwa buku itu Anita lah yang membelinya.
"Ini dasimu!" Anita menyodorkan dasi itu pada Dimas. Dan dengan cepat Dimas menyambarnya.
"Baiklah, aku duluan berangkat, ya... Sampai jumpa di kantor." Dimas buru-buru keluar dari kamar, tidak mempedulikan panggilan Anita lagi.
"Kenapa dia. Aku kan juga mau ke kantor hari ini. Kenapa kita tidak berangkat bersama saja," gumam Anita bingung.
Dimas melangkah keluar dari rumah. Sambil mengusap dadanya beberapa kali. "Hah, aku selamat. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Anita padaku kalau dia tahu buku macam apa yang diberikan bos padaku," gumamnya.
Dimas sudah berangkat lebih dulu, meninggalkan Anita yang masih mematung di dalam kamar.
*****
Gedung pusat Kia Group...
Diruangan sang bos, Zian dan Dimas sedang terlibat pembicaraan rahasia dan terbilang sangat memalukan bagi Dimas. Zian baru saja menanyakan mengenai jurus ular kobra yang pernah diberitahukannya pada Dimas.
"Kau ini bagaimana? Kenapa kau sangat bodoh?" ucap Zian pada Dimas sambil mengetuk-ngetuk meja kerjanya.
"Sepertinya aku belum siap, Bos! Aku juga belum membaca buku yang kau berikan."
"Kau sangat keterlaluan. Buku akan sangat berguna bagimu!"
"Memang dari mana kau dapat buku itu, Bos?"
Zian senyum-senyum sendiri mengingat betapa marahnya Anita saat dirinya meminta membelikan buku itu. "Kau tidak perlu tahu darimana aku mendapatkannya. Baca saja dengan benar kemudian praktekkan!"
"Aku belum bisa, Bos!"
Zian menghela napas sambil geleng-geleng kepala. Mengingat kebodohan Dimas yang menganggur selama dua bulan. Tanpa dia sadari bahwa dirinya dulu menganggur lebih lama dari Dimas. Selama dua tahun lamanya membiarkan ular kobranya tidak masuk kandang.
"Katakan! Apa saja yang kau lakukan selama dua bulan ini? Kenapa tidak ada perkembangan?" ucap Zian.
Dimas mencebikkan bibirnya. Dalam hati bergumam-gumam kesal mengumpati bosnya itu.
Aku baru dua bulan kau sudah bilang aku bodoh. Bagaimana dirimu yang menganggur selama dua tahun, Bos! batin Dimas.
"Ah, aku ada ide!" Zian bangkit dari duduknya kemudian mendekat pada Dimas, menjatuhkan tubuhnya di sofa yang sama. Susah payah, Dimas menelan salivanya, lalu menggeser posisi duduknya, agak menjauh dari bosnya itu. Jika sang bos gesrek itu sudah memiliki ide di otaknya, sudah pasti ide itu sangat konyol dan kadang memalukan.
"Ide apa, Bos?"
"Kalian harus keluar negeri." Zian tampak begitu antusias menyarankan. "Kau tinggal pilih mau ke negara apa... Barcelona, Paris atau Italia. Aku yang akan mengurusnya."
"Untuk apa jauh-jauh kesana, Bos? Tidak usah!"
Ya ampun, kenapa hanya untuk mencoba jurus ular kobramu aku harus keluar negeri? batin Dimas.
"Aku akan bicarakan dengan Anita nanti. Dia pasti mau!" ujar Zian dengan penuh semangat
***
Anita baru saja tiba di kantor. Gadis itu memandangi gedung tinggi menjulang itu dengan perasaan bahagia. Dua bulan lamanya tidak masuk kantor membuatnya begitu merindukan suasana kantor itu.
Dengan cepat, Anita melangkahkan kakinya hendak memasuki gedung itu. Namun, baru sampai di lobby, langkahnya sudah terhenti.
"Nara!" terdengar suara seorang pria memanggil. Seketika Anita membeku mendengar suara seseorang yang begitu akrab di telinganya. Gadis itupun berbalik mencari sumber suara itu. Tampak seorang pria dewasa sedang berdiri di balik pilar.
Kedua mata Anita membulat sempurna dan kembali dipenuhi cairan bening, melihat siapa yang ada di sana. Laki-laki berperawakan tinggi besar itu tersenyum ke arahnya, namun, terasa begitu menakutkan bagi Anita. Laki-laki itu berjalan mendekat, membuat Anita mundur beberapa langkah.
"Jangan takut! Aku kemari hanya ingin melihatmu saja. Aku sangat merindukanmu." Laki-laki itu membelai puncak kepala Anita. "Aku senang kau baik-baik saja."
Anita menundukkan kepalanya, berusaha menahan agar air matanya tidak terjatuh. Gadis itu belum sanggup berkata-kata. Bagaimana mungkin lelaki yang sudah meninggalkannya selama sebelas tahun lamanya itu datang kembali ke dalam hidupnya. Sesuatu yang tidak pernah diharapkan Anita sebelumnya.
"Maaf, aku harus masuk," ucap Anita dengan suara gemetaran. Namun, laki-laki itu segera menarik pergelangan tangannya.
"Bisakah kita bicara sebentar saja? Aku mohon. Setelah itu aku akan pergi dari hidupmu untuk selamanya."
Anita memberanikan diri menatap wajah laki-laki itu. "Kak Marco, tolong lepaskan aku!"
"Aku mohon, Nara! Sebentar saja. Aku tidak akan meminta apa-apa darimu. Dan tidak akan menyita waktumu lebih lama."
***
𝒔𝒐𝒂𝒍𝒏𝒚𝒂 𝒚𝒈 𝒍𝒂𝒆𝒏 𝒖𝒅𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒆𝒔𝒂𝒊
pokonya the best lah buat author kolom langit alias Chicha yg cantik
makasih ya aku jdi mengabaikan novel tetangga sebelah
malah ketakutan sekarang 🤣