NovelToon NovelToon
Voice From The Future

Voice From The Future

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Romansa Fantasi / Teen School/College / Time Travel / Romansa / Enemy to Lovers
Popularitas:51
Nilai: 5
Nama Author: Amamimi

Renjiro Sato, cowok SMA biasa, menemukan MP3 player tuanya bisa menangkap siaran dari masa depan. Suara wanita di seberang sana mengaku sebagai istrinya dan memberinya "kunci jawaban" untuk mendekati Marika Tsukishima, ketua kelas paling galak dan dingin di sekolah. Tapi, apakah suara itu benar-benar membawanya pada happy ending, atau justru menjebaknya ke dalam takdir yang lebih kelam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amamimi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Frekuensi Tengah Malam dan Laporan Kebahagiaan

Jam digital di meja Ren menunjukkan pukul 23.15.

Rumah sudah sunyi. Di luar, angin malam menderu pelan, menggoyangkan ranting pohon di halaman. Ren sudah bergelung di bawah selimut tebalnya, tubuhnya hangat dan rileks setelah seharian penuh drama birokrasi dan makan ramen pinggir jalan.

Dia memegang MP3 player peraknya. Benda itu terasa seperti jimat keberuntungan sekarang.

Ren memasang earphone. Dia memejamkan mata, membiarkan suara statis kresek-kresek yang familiar mengisi telinganya sejenak sebelum dia mulai bicara.

"Marika-san?" panggil Ren, suaranya pelan dan serak khas orang mengantuk. "Kamu masih bangun?"

Hening sejenak. Lalu, suara statis itu mereda, digantikan oleh suara denting halus—mungkin sendok beradu dengan cangkir keramik.

"Masih," jawab suara lembut dari seberang. Suara Marika dewasa terdengar tenang, seolah dia sedang duduk di kursi yang nyaman sambil menatap hujan. "Aku baru saja menyeduh teh herbal. Tidak bisa tidur, Ren-kun?"

"Bisa sih," kata Ren, mengubah posisi tidurnya menjadi miring. "Cuma... rasanya ada yang kurang kalau belum laporan sama 'Bos Besar' di masa depan."

Marika dewasa tertawa kecil. Tawa yang renyah dan dewasa, sangat berbeda dengan dengusan tsundere Marika muda di sekolah tadi siang.

"Laporan diterima. Jadi, bagaimana hari ini? Aku punya firasat Marika kecil membuat ulah lagi."

Ren terkekeh. "Ulah? Wah, itu meremehkan. Dia melakukan 'kudeta'. Dia memaksaku pindah meja tepat di sebelahnya, menyita waktu istirahatku, dan... oh ya, dia memberiku bekal makan siang."

"Ah..." Suara Marika dewasa terdengar malu-malu. "Bekal itu... sosis guritanya... bentuknya aneh, ya?"

"Lumayan horor," goda Ren. "Kakinya kepanjangan. Tapi rasanya enak. Manis dan asinnya pas. Dia bilang itu 'solusi logistik pembuangan limbah', padahal jelas-jelas dia bangun pagi buta buat masak itu."

"Dia gengsi, Ren," kata Marika dewasa lembut. "Dia tidak tahu cara bilang 'aku ingin makan siang sama kamu'. Jadi dia pakai bahasa planet logistiknya itu."

"Aku tahu," kata Ren. "Makanya aku habisin. Sampai butir nasi terakhir."

Hening sejenak. Ren bisa merasakan senyuman Marika dewasa dari seberang sana.

"Oh iya, ada kabar baru," kata Ren semangat, teringat kejadian tadi malam. "Aku punya temen baru. Sugawara."

"Sugawara?" Nada suara Marika dewasa terdengar terkejut. "Si Wakil Ketua yang kaku itu? Yang kacamatanya tebal sekali?"

"Iya, si Robot Birokrasi itu. Tadi pas pulang, kita makan ramen bareng di minimarket. Ternyata dia asik juga. Dia suka ngerakit robot gundam, sama kayak aku. Kita ngobrol panjang lebar soal model kit terbaru."

Di seberang sana, Marika dewasa terdiam cukup lama. Hanya ada suara napasnya yang teratur.

"Sugawara-kun suka gundam?" tanyanya pelan, seolah tidak percaya. "Aku... aku tidak pernah tahu itu."

Ren mengerutkan kening. "Lho? Kan kalian kerja bareng setahun lebih?"

"Iya," jawab Marika dewasa, nadanya terdengar sedih dan penuh penyesalan. "Di masaku dulu... hubungan kami murni profesional. Aku cuma menganggap dia mesin pencatat notulen. Aku tidak pernah tanya hobinya. Aku tidak pernah ajak dia makan ramen. Kami... kami cuma rekan kerja yang asing sampai lulus."

Ren terdiam, meresapi kata-kata itu.

"Kamu hebat, Ren," lanjut Marika dewasa. Suaranya bergetar sedikit. "Kamu tidak cuma mengubah hubungan kita. Kamu juga mengubah orang-orang di sekitar kita. Sugawara-kun... dia pasti kesepian dulu, terjebak bersamaku yang dingin. Tapi sekarang, dia punya teman. Dia punya kamu."

Ren merasa dadanya hangat. Dia tidak merasa melakukan hal besar. Dia cuma mengajak orang makan ramen. Tapi ternyata, efeknya sebesar itu di masa depan.

"Itu karena Marika yang sekarang juga beda," kata Ren rendah hati. "Dia yang nyuruh aku masuk OSIS. Kalau aku nggak di sana, aku nggak bakal deket sama Sugawara."

"Mungkin," gumam Marika dewasa. "Atau mungkin karena kamu adalah matahari kecil yang nekat masuk ke gua es kami."

Ren tertawa, wajahnya memanas di kegelapan kamar. "Jangan mulai gombal deh. Nanti aku geer."

"Aku serius, Sayang."

Kata 'Sayang' itu meluncur begitu saja, alami dan penuh kasih. Jantung Ren berdegup kencang. Rasanya aneh dipanggil begitu oleh suara yang sama dengan ketua kelas galaknya, tapi dengan nada yang begitu intim.

"Marika-san," panggil Ren setelah jeda sejenak.

"Hm?"

"Kamu... bahagia nggak sekarang?"

Pertanyaan itu keluar begitu saja. Ren penasaran. Marika dewasa terdengar bijak, tenang, dan penyayang. Tapi kadang, ada nada kesepian yang terselip di suaranya.

Hening yang panjang. Ren mulai menyesal bertanya.

"Bahagia itu... rumit," jawab Marika dewasa akhirnya. Dia sepertinya sedang memilih kata-kata agar tidak membocorkan rahasia. "Ada hal-hal yang aku syukuri. Karirku bagus. Aku mandiri. Tapi... ada lubang besar yang tidak pernah bisa tertutup."

Ren mendengarkan dengan saksama.

"Selama sepuluh tahun ini, aku hidup dengan berpikir 'andaikan aku melakukan ini', 'andaikan aku tidak gengsi waktu itu'. Penyesalan itu... memakan kebahagiaanku sedikit demi sedikit."

Suara cangkir diletakkan di meja terdengar lagi.

"Tapi malam ini... bicara denganmu, mendengar kamu makan ramen sama Sugawara, mendengar kamu menghabiskan bekal Marika kecil... lubang itu rasanya tertambal. Sedikit demi sedikit. Aku merasa... harapan itu ada lagi."

Ren tersenyum dalam gelap. "Baguslah. Aku akan tambal terus lubang itu. Sampai penuh."

"Kamu benar-benar keras kepala," Marika dewasa terkekeh. "Sudah malam, Ren. Besok kamu sekolah. Jangan sampai telat, nanti Marika kecil ngomel lagi."

"Iya, iya. Kamu juga tidur. Jangan minum teh terus, nanti kembung."

"Siap, Pak Sekretaris."

Ada jeda sejenak sebelum panggilan berakhir. Momen di mana tak ada yang mau menutup duluan.

"Ren," bisik Marika dewasa.

"Ya?"

"Terima kasih sudah ada di sana. Tolong... jaga dirimu baik-baik ya. Jangan sakit lagi. Jangan ceroboh di jalan."

Nadanya terdengar sangat protektif, hampir seperti memohon. Tapi Ren yang mengantuk hanya menganggapnya sebagai perhatian istri yang manis.

"Tenang aja. Aku kuat kok. Good night, Marika."

"Selamat tidur, Cintaku."

KLIK.

Koneksi terputus.

Ren meletakkan MP3 player-nya di samping bantal. Dia menarik selimut sampai dagu, tersenyum lebar seperti orang bodoh.

"Cintaku, ya?" gumamnya. "Kalau Marika di sekolah denger itu, dia pasti bakal pingsan atau ngelempar aku pake stapler."

Ren memejamkan mata, membayangkan hari esok. Dia punya bekal makan siang yang (semoga) enak, dia punya teman robotik bernama Sugawara, dan dia punya misi untuk menjaga Takae agar tidak cedera.

Hidupnya sibuk. Hidupnya penuh warna. Dan dia menyukainya.

Sementara itu, di masa depan yang jauh...

Seorang wanita dewasa melepaskan headphone-nya. Dia duduk sendirian di apartemen mewah yang sunyi. Di depannya, ada sebuah bingkai foto tua. Foto sekelompok anak SMA saat festival budaya.

Di foto itu, Marika muda berdiri kaku, sementara Ren muda tersenyum lebar di sebelahnya.

Wanita itu mengusap wajah Ren di foto itu dengan jari telunjuknya. Air mata menetes, jatuh tepat di atas kaca bingkai.

"Aku tidak butuh kamu menambal lubang di hatiku, Ren," bisiknya pada ruangan kosong itu. "Aku cuma butuh kamu hidup. Tolong... tetaplah hidup."

Dia memeluk headphone itu erat-erat, seolah itu adalah satu-satunya jembatan yang menghubungkannya dengan nyawa yang paling dia cintai.

1
Celeste Banegas
Bikin nagih bacanya 😍
Starling04
Gemes banget sama karakternya, ketawa-ketiwi sendiri.
Murniyati Mommy
Asyik banget bacanya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!