Riris Ayumi Putri seorang gadis yang haus akan kasih sayang dan cinta dari keluarganya. Dan sialnya ia malah jatuh cinta pada kakak temannya sendiri yang umurnya terpaut jauh dengannya. Bukanya balasan cinta, justru malah luka yang selalu ia dapat.
Alkantara Adinata, malah mencintai wanita lain dan akan menikah. Ketika Riris ingin menyerah mengejarnya tiba-tiba Aira, adik dari Alkan menyuruhnya untuk menjadi pengantin pengganti kakaknya karena suatu hal. Riris pun akhirnya menikah dengan pria yang di cintainya dengan terpaksa. Ia pikir pernikahannya akan membawa kebahagiaan dengan saling mencintai. Nyatanya malah luka yang kembali ia dapat.
Orang selalu bilang cinta itu membuat bahagia. Namun, mengapa ia tidak bisa merasakannya? Apa sebenarnya cinta itu? Apakah cinta memiliki bentuk, aroma, atau warna? Ataukah cinta hanya perasaan yang sulit di jelaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
Setelah minum obat tadi, membuatnya mengantuk. Alkan sudah tertidur karena waktu sudah malam juga.
Sedangkan di sebuah dapur. Terlihat Riris yang sedang membuat segelas susu ibu hamil. Wanita itu berjalan menuju meja makan, lalu mulai meneguk susunya. Ia menundukkan mengelus lembut perutnya dengan senyuman mengembang di sudut bibirnya.
"Kamu senang kan bertemu ayahmu," ucapnya mengajak ngobrol bayi dalam kandungannya.
Setelah selesai meminum susunya. Riris berjalan menuju kamarnya berniat untuk tidur. Kebetulan kamar di rumahnya hanya satu. Terpaksa ia harus tidur bersama suaminya di ranjang kecil.
Riris mulai merebahkan tubuhnya membelakangi suaminya. Sudah sekitar setengah jam dirinya belum bisa tidur karena merasakan tidak enak pada perutnya. Perutnya sedikit keram yang membuatnya kesulitan untuk tidur.
Alkan menggeliat, lalu mulai membuka matanya perlahan. Ia menatap sekelilingnya, senyuman mengembang saat melihat wanita di sampingnya. Mengiranya sudah tertidur, Alkan melingkarkan kedua tangannya di pinggang istrinya. Tangannya mulai nakal mengelus-elus perutnya lembut.
Riris terdiam membeku merasakan pelukan hangat dan elusan lembut suaminya. Nyaman, dirinya merasa sangat nyaman dan perlahan matanya mulai terpejam.
Adzan subuh berkumandang saling bersahutan. Alkan terbangun dari tidurnya, senyuman mengembang melihat wajah cantik istrinya yang sangat dekat. Wanita itu masih tertidur sambil memeluknya erat.
Alkan dengan iseng menoel-noel hidungnya gemas hingga membuatnya terusik. Dengan perlahan Riris mulai membuka matanya. Pertama yang ia lihat adalah wajah tampan suaminya dengan di hiasi senyuman manisnya.
"Sholat subuh dulu yuk," ajaknya yang membuat Riris mengedip-ngedipkan matanya dengan gemas.
"Ayo sayang," godanya lembut.
Blush!
Pipi Riris bersemu merah. Sayang? Apa ia tidak salah dengar, untuk pertama kalinya Alkan memanggilnya sayang. Ia mencoba menjauhkan dirinya dan mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Sedangkan Alkan tersenyum gemas melihat istrinya tersipu malu.
"Mandinya mau kamu dulu atau aku dulu? Atau mau bareng?" tanya Alkan dengan sedikit menggodanya.
Riris semakin tersipu malu, pipinya sudah memerah. Namun, dengan cepat ia beranjak dari ranjang dan membelakanginya.
"Kamu aja," jawabnya singkat.
Alkan masih tersenyum memperhatikan istrinya yang salah tingkah. Lalu mulai beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi.
Tak berapa lama, Alkan keluar hanya bertelanjang dada dengan handuk istrinya melilit di pinggangnya. Rambutnya yang basah sesekali menetes pada perut kotak-kotaknya.
Riris yang tak sengaja melihat, langsung mengalihkan pandangannya dengan wajah memerah. (Author bilek: gak bisa lupain real life nya😩)
"Kamu kenapa gak pakai baju?" tanyanya tanpa menoleh.
Alkan malah mendekati istrinya sambil tersenyum. "Aku lupa bajunya ada di mobil."
Memang karena terburu-buru ingin bertemu istrinya, ia sampai lupa tidak membawa pakaian. Untung Alkan selalu siap sedia membawa baju ganti di mobil untuk jaga-jaga.
"Sini kuncinya biar aku ambilkan," ujar Riris sambil menyodorkan tangannya tanpa menoleh.
"Masih gelap sayang, kamu lagi hamil. Biar Mas saja," ucapnya lembut membuat pipi Riris semakin bersemu merah.
"Kamu mandi dulu gih," lanjutnya sambil mengulum senyum.
Setelah beberapa saat, keduanya telah melaksanakan sholat subuh bersama. Dengan Alkan yang menjadi imam untuk istrinya. Kini setelah sholat, Alkan sedang melantunkan ayat-ayat Alqur'an sambil mengelus lembut perut istrinya.
Riris terus menatap suaminya tidak percaya, sambil tersenyum manis. Ternyata selama ini suaminya jago mengaji? Mengapa ia tidak tahu? Suaranya begitu merdu membuatnya candu.
Usai melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim. Kini Riris sedang asik memasak di dapur. Sedangkan suaminya sedang berada di halaman belakang. Sedang menikmati keindahan pedesaan.
Gelapnya malam yang mulai berganti terang. Matahari muncul dengan malu-malu. Rumput yang berembun, membuatnya sejuk. Alkan menatap danau di hadapannya, ia duduk di bawah pohon besar. Matanya terpejam mulai menikmati hembusan angin pagi yang menerpa wajahnya.
Karena merasa sangat dingin, Alkan memilih masuk ke dalam. Terlihat istrinya yang sedang asik di dapur. Ia tersenyum sambil diam-diam berjalan melangkah menghampirinya. Di peluknya lembut, membuat sang empu terlonjak kaget.
Riris menoleh melihat suaminya yang sedang tersenyum manis padanya. Pandangan mereka saling beradu dengan jarak yang sangat dekat. Namun, dengan cepat wanita itu segera mengalihkan pandangannya.
"Apaan sih ngagetin aja. Lepasin," ucapnya sedikit ketus.
Tak memperdulikan, Alkan malah mengeratkan pelukannya sambil menaruh wajahnya di pundak istrinya.
"Sedang apa sayang?" tanyanya lembut.
"Kamu gak lihat aku lagi ngapain?" bukannya menjawab Riris malah bertanya balik dengan sensi.
Mungkin karena efek hamil juga membuatnya selalu pengen marah-marah karena kesal dengan suaminya.
"Aku bantuin ya?"
"Gak usah kamu duduk aja tungguin," titahnya.
Tak ingin istrinya semakin kesal. Alkan pun memilih menurut, duduk diam di meja makan sambil memperhatikan istrinya dengan tangan menopang dagu.
Saat keduanya sedang asik masing-masing. Riris yang asik memasak, sedangkan Alkan sedang asik memperhatikannya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamualaikum."
Alkan mengerutkan keningnya. Ia melihat istrinya yang buru-buru menyelesaikan masaknya. Tidak ingin istrinya kerepotan, ia pun memilih beranjak berniat membukakan pintu.
"Biar Mas saja," ucapnya sambil berjalan keluar.
Pintu terbuka dan terlihat seorang gadis sedang berdiri dengan memegangi wadah makan. Keningnya berkerut melihat gadis itu terus menatapnya sambil melongo.
"Ada perlu apa?" tanya Alkan dengan wajah datarnya.
Gadis itu masih terdiam memaku, lalu menundukkan wajahnya sambil mengulum senyum. Sepertinya ia terpesona dengan ketampanan Alkan.
"Eh Lia, ada apa?" tanya Riris yang baru saja datang.
Sontak keduanya langsung menoleh. Alkan menatap istrinya sambil tersenyum.
"Ah ini ibuku menyuruhku mengantarkan makanan," ucapnya sambil memberikan kotak makan yang di pegangnya.
"Terimakasih, padahal gak usah repot-repot."
"Oh iya kenalin ini suamiku. Mas Alkan," ucap Riris mengenalkan suaminya.
Gadis itu mengulurkan tangannya pada Alkan sambil tersenyum. Namun, tak di gubris olehnya. Alkan hanya diam dengan wajah datarnya.
"Alkan," ucapnya singkat dengan pandangan terus menatap istrinya.
Hanya istrinya yang ingin dia lihat. Wanita cantik yang sudah membuatnya tergila-gila. Apalagi sekarang sedang hamil, istrinya terlihat semakin berisi membuatnya semakin terpesona.
"Ah kalau begitu aku pamit," Gadis itu kembali menarik tangannya dan buru-buru ingin pergi.
"Iya hati-hati, tolong sampaikan terimakasih pada ibumu," ucap Riris yang hanya di balas anggukan kecil.
Setelah kepergiannya, Alkan dan Riris kembali masuk untuk sarapan bersama.
"Siapa?" tanya Alkan tiba-tiba.
Riris mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Yang tadi?" tanyanya yang hanya di angguki.
"Anak tetangga, Ibunya baik selalu memberiku makanan. Karena kasihan lihat aku lagi hamil dan tinggal sendirian," jawabnya.
"Jangan sembarangan menerima makanan. Apalagi baru kenal."
"Dia bukan orang jahat kok," belanya.
"Tetap saja harus hati-hati, sayang. Apalagi kamu lagi hamil, demi kesehatanmu dan anak kita," nasihatnya lembut.
Riris hanya diam, benar juga apa yang di katakan suaminya. Mau bagaimana pun juga dia harus berhati-hati.
Mereka pun mulai menyantap makanan yang telah Riris masak tadi. Alkan makan begitu lahap karena sangat rindu dengan masakan istrinya.
"Hari ini kita kembali ke rumah ya?" ajaknya lembut.
baru pub chap 6 penulisan makin bagus, aku suka>< pertahankan! cemangattttt🫶