Cinta Istri Kedua

Di rumah sakit, Aurel mendapati Giska telah pulang, jadi Aurel memutuskan untuk mendatangi apartemen mereka.

Setelah sampai di depan pintu apartemen, Aurel menekan bel berulang kali, hingga lima belas menit wanita itu menunggu di depan pintu.

Davon awalnya tidak menghiraukan suara bel berbunyi, tetapi bel itu terus saja berbunyi membuat Davon mau tak mau harus membukakan pintu.

" Aurel. " Davon terkesiap melihat kedatangan Aurel.

" Hay Von. " sapa Aurel. " Boleh aku masuk? " tanya Aurel, karena Davon hanya diam saja, tidak ada niatan untuk mempersilahkan Aurel masuk.

Belum sempat Davon berbicara, Aurel masuk begitu saja menggiring tubuh Davon untuk minggir agar tubuhnya bisa masuk ke dalam apartemen.

" Rel.. please.. keadaan Giska masih belum membaik. " Davon meraih tangan Aurel, memperingati istri pertamanya itu agar tidak melakukan hal yang buruk pada Giska.

Aurel menyingkirkan tangan Davon yang memegang lengannya. " Von, aku hanya ingin menemui Giska. " ucapnya. " Dimana dia? "

Davon mengikuti langkah Aurel yang semakin masuk kedalam. " Rel, kamu mau ngapain? ngomong sama aku aja, nanti aku sampein. " Davon benar takut jika Aurel bertemu dengan Giska.

Aurel berbalik. " Aku gak akan ngapa-ngapain Giska. tenang aja! " serunya. " Dimana Giska? "

" Ada di kamar. " Davon menunjuk kamar mereka dengan dagunya. " Tapi janji ya, kamu gak bakal berantem. "

Aurel mengangguk, lalu melanjutkan melangkah menuju kamar Davon dan Giska. Dibukanya pintu kamar itu, Aurel dengan jelas bisa melihat potret Giska terpajang di sana, foto pernikahan Davon dan Giska pun ada di kamar itu. Aurel menyipitkan kedua matanya saat melihat salah satu foto Davon dan Giska sedang bersama sewaktu kuliah dulu, foto yang terlihat sangat dekat seperti layaknya sepasang kekasih.

Suara isakan tangisan terdengar, membuat Aurel berhenti mengamati foto itu. Langkahnya menuju ke arah balkon, dimana suara itu berasal.

Giska terisak dalam duduknya, memeluk kedua lututnya. Aurel melihat Giska merasa iba, Aurel tau rasanya saat kehilangan janin nya, karena Aurel pernah mengalami itu.

" Gis.. " Aurel duduk di samping Giska, meraih Giska ke dalam pelukannya. Bagaimana pun juga, mereka pernah dekat bahkan sangat dekat seperti saudara sendiri.

Giska semakin terisak saat di pelukan Aurel. Aurel mengelus punggung Giska memberikan ketenangan.

" Gis, semua akan baik-baik aja. Jangan sedih lagi, ada gue disini. " ucap Aurel yang tak berhenti memberikan ketenangan pada Giska.

" Maafin sikap gue selama ini yang selalu egois. " Aurel ikut menangis, mengingat kesalahannya dulu yang tidak terima melihat Davon bersama Giska.

Giska mengangguk dalam isakannya. Giska mengendurkan pelukannya dan menatap Aurel, " Maafin gue juga Rel.. "

Mereka sama-sama menangis dalam haru dengan pelukan. Davon yang kalau itu berniat memberikan minuman tersenyum saat melihat kedua wanita yang menjadi bagian hidupnya kembali bersatu.

Aurel membersihkan air mata yang mengalir di pipi Giska, begitu sebaliknya, Giska pun membersihkan air mata di pipi Aurel, kemudian mereka berdua sama-sama tersenyum.

" Sudah berpeluk-pelukannya? " suara Davon mengalihkan pandangan kedua wanita itu.

" Aku lapar.. kalian masaklah.. " seru Davon untuk mencairkan suasana.

" Oke.. " Giska.

" Siap bos! " Aurel.

Giska dan Aurel pun bergegas pergi ke dapur membuat makanan untuk makan malam.

" Gis, gimana kalo weekend besok kita pergi liburan? " ucap Aurel di saat mereka tengah menyiapkan bahan-bahan masakan.

Davon yang sedang duduk sembari memainkan ponselnya mendengarkan perbincangan kedua wanita itu.

" Liburan kemana? " tanya Giska.

" Em... ke dufan aja. " Aurel.

" Dufan? gak salah Rel? " Giska.

" Iya Dufan.. lo inget gak, dulu kita bertiga pernah ke Dufan sama-sama. " ucap Aurel yang mengingat kebersamaan mereka bertiga menghabiskan liburan di Dufan.

" Oh iya inget.. kita pergi ke Dufan buat perpisahan. " Giska mengingat, jika mereka bertiga ke Dufan untuk merayakan perpisahan dengan Aurel yang akan pergi ke luar negri.

" Ngomong-ngomong waktu itu lo pergi kemana Rel, ampe setaun ngilang gitu aja gak ada kabar. " tanya Giska yang penasaran dengan kepergian Aurel.

Aurel menghentikan sesaat kegiatannya saat mendengar pertanyaan Giska, " G-gue.. gue.. emm.. " Aurel terlihat gugup menjawab pertanyaan Giska.

" Gis, gosong! " pekik Aurel saat melihat masakan Giska banyak asap.

Dengan cepat Giska mengecilkan api dari kompor, " Untung aja belum gosong. " lirihnya. " Gini nih kalo masak kebanyakan ngobrol. "

" Hehe.. iya.. kita lanjut ngobrol nya ntar lagi. fokus masak dulu. " ucap Aurel.

Aurel sedikit lega, karena tidak perlu menjawab pertanyaan Giska yang sangat sulit ia jawab.

Kegiatan mereka berdua membuat Giska sedikit melupakan kesedihannya. Giska sangat senang saat Aurel datang kembali untuk menjadi sahabatnya. Dan berharap hubungannya kedepan akan baik-baik saja.

*

*

*

Jangan lupa berikan dukungan kalian.

Like. Komen. vote.

Bye.. bye..