Soraya Kusuma, Gadis Yang Akrab Di Sapa Raya Anak Dari Wijaya Kusuma Dan Naraya Sekar Sari, sejak Ia Lahir Hidupnya Sudah Penuh pantangan. Ada Beberapa Pantangan Yang Tidak Boleh Di Lakukan Oleh Raya Yaitu Pergi Ke Air Terjun.
Larangan Itu Sudah Di Beritahukan Oleh Ibunya Raya. Saat Usianya Genap Sepuluh Tahun.
Namun Saat Raya Menginjak Usia Sembilan Belas Tahun Ia Diam-Diam Pergi Ke Sebuah Curug Bersama Kedua Teman Nya. Karena Mereka Membangun Sebuah Komunitas Untuk Di Unggah Di Sosial Media Nya. Hanya Untuk Memecahkan Sebuah Misteri Yang Sudah Di percaya Oleh Ibunya.
"Yang Sudah Di Takdirkaan Akan terus Membersamai" Ujar Arya Narendra
Sosok Laki-Laki Tampan Yang Membuat Mata Raya Terazimat Saat Pertama Kali Melihat Nya.
( Sambungan Kisah dari Cinta beda Alam )
" Happy Reading "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Sailendra Berteriak, Rahang nya Mengetat, Sorot Matanya Tajam Penuh Dengan Kebencian.
"Apa Hak Mu Mencintai Nya?....." Suara Sinta Bergeming, Mendatangi Sailendra Yang Sedang Berada Di Ruangan Luas
Sailendra Menoleh kearah Sumber Suara, tatapan Nya Masih Sama Penuh Dengan Kebencian, Di Dalam Ruangan Yang Gelap Terdengar Suara Langkah Mendekati Nya.
"Aku Tahu itu Adalah Kau Sinta..." Dengus Sailendra, Masih Dengan Suara Datar Nya.
Sinta terdiam, Dalam Gelap Ia Mengeja Rasa, Ada Sedikit Rasa Senang Dalam Diri nya. Karena Sailendra Mampu Mengenali Nya.
"Tidak kah Kau Merasakan Kesalahan mu, Dalam Perasaan Nihil Mu itu?....." Ucap Sinta Seolah Mengejek.
"Apa Maksud Mu Bertanya Demikian?" Mereka Sekarang Berdiri Berhadapan, Hanya Saja Tersekat Oleh Pekat Nya Gelap.
"Cek... Sadarkah Engkau Sailendra, Kau Dan Raya Memiliki Alam Yang Berbeda, tidak Akan Mungkin Kalian Akan Bersama, Lihatlah Dirimu....Dan ingat Lihat Juga Aku, Aku Tetap Berada Tingal Disini Karena Aku Mengharapkan Perasaan Lebih Dari Mu." Suara Sinta tercekat, oleh Air Mata Yang Tiba-Tiba Saja Jatuh.
Dengan Sadar Sinta Mengungkapkan Semua perasaan Nya Langsung Kepada Sailendra, Tidak perduli Seberapa Luka Di Hatinya, Saat Melihat Sorot Mata Sailendra Yang Nampak Sangat Mencintai Raya.
"Dan pranikah Mu Dan Raya, itu Hanyalah tipuan untuk Memancing Kekasih Raja Arya Narendra Datang Ke Sini."
Mendengar ucapan Sinta, Sailendra Semakin Gama, tentu Saja ia Masih Tidak Bisa terima.
"Dan ingat Satuhal Lagi Sailendra, Semua Yang Kita Lakukan Adalah wujud Bakti Kita Kepada Raja Arya Narendra. Jadi Kau Tidak Perlu Melihat nya Lagi, Apa Lagi Berusaha Menaruh Cinta Pada nya."
"Aku Tidak Akan Perduli.... Dan Jangan Kau harap Aku Akan Membalas Perasan Mu Itu." Ucapan Sailendra Langsung Melukai Sinta.
Sinta terdiam, Tentu Saja Hatinya Terluka Karena Penolakan Sailendra Yang Langsung Terang-Terangan. Dalam Gelap Sinta Langsung Membisu, Bersamaan Dengan Sailendra Yang Langsung Hilang Dari ruangan.
Sementara itu, Bu Nara Tidak Bisa Memejamkan mata nya, Bahkan Saat Sedang Berbaring ia Masih Miring Kana Dan Ke Kiri Karena Gelisah. "Apakah ini Sudah Hampir Pagi..." Bu Nara Memandang Ke Langit-Langit Luar Yang Masih Pekat dengan Kegelapan, Serta Cahaya Bulan yang Nampak Sempurna.
Bu Nara yang tidak merasa Tenaga, ia Langsung Beranjak Dari Tempat nya Berbaring. "Kenapa perasaan ku Tidak tenang yah?... Apakah Jasad Ku telah Di Kubur?" Bu Nara Langsung Berprasangka. karena ia Merasakan Kulit nya yang Semakin Lama Semakin Dingin.
Bersedih Pun tidak Ada Guna Nya, karena ia Merasa Hidup nya Begitu rumit, tidak Bisa Seperti Manusia Normal Pada umum Nya.
"Ternyata perasaan yang Tidak Bisa Berpaling Juga Membuat Jiwa Selalu terikat,,, Sungguh Cinta Memang Tidak Pernah main-Main..." Bu Nara Sedikit terkekeh Mengingat Perjalanan hidup nya yang Begitu Konyol.
.
.
waktu yang Di Tunggu Datang, Setelah Semuanya Selesai Shalat Subuh, Mereka Langsung Bergegas Membawa Tubuh Bu Nara Ke Sebuah Jurug.
Langit Masih terlihat Gelap, Namun Mereka Semua Tetap Nekad, Demi Kesembuhan Bu Nara, Suara Deru Mesin Mobil Mati. Tama Dan Maja Langsung Membawa Bu Nara Ke Sebuah Curug.
"ingat Jangan Ada Yang Berkeluh Lelah!" Pesan Anjani Saat Mereka Sudah Sampai Di Sebuah Curug.
Semuanya Mengangguk Faham, Bu Nara Langsung Di baringkan Di Sebuah Batu Besar, Bersamaan Dengan Anjani Yang Langsung Bersila Bersemedi.
Sampai-Sampai Mereka Semua Tidak Perduli Dengan Baju Mereka Yang Basah Karena Terkena Air.
Meskipun Gigi Mereka Sampai Bergemletuk Namun Mereka tetap Setia Menunggu Anjani Menyelesaikan Ritual nya.
"Disini Ada Yang Jago Berenang Kang?" Mata Anjani terbuka Saat Merasakan Ada Syarat Yang Kurang.
Maja Dan Tama Saling tatap, Karena Sebenarnya Mereka tidak Pandai Berenang. "Lu Ja Bisa Kan..."
"Lah... Sejak Kapan Gua Jago Renang" Protes Tama.
"Sudah tidak Perlu Ribut, Biar Saya Saja," Desta Menawarkan Diri. Anjani Tersenyum Tipis, Maja Dan Tama Merasa Malu.
"Jika Mendengar Suara Tepukan Tiga Kali Di Atas Air Segeralah Kau Keluar Dari Air... Desta " Ujar Anjani.
"Baik Mba...." Desta Langsung Menyeburkan Diri ke Dalam Air, Dan Anjani Kembali Bersemedi.
Semakin Lama Terpejam, Nafas Anjani Semakin Sesak, Namun Sekuat tenaga ia Menahan Agar Dirinya tidak Ambruk Kedalam Air, tangan Anjani Meraba, Sesaji Bunga tujuh rupa Yang Ada Di Samping Nya. Tampa tapi Anjani Langsung Menggenggam Dua pucuk Bunga Melati Dan perlahan Anjani Mengunyah nya, Dengan Mata Yang Masih Terpejam.
"Why.... udah Kaya Lagi Nonton Filem Horor..." Jiwa Lawak Maja Kembali Muncul, Saat Melihat Anjani Memakan Bunga.
"Dih... Lu Apan Sih Ja, Bisa Diem Ngak, orang Lagi Merinding Gini, Lihat Noh, Desta yang Sampai Sekarang Masih di Dalam Air, Harusnya Kan tadi Lu Aja yang Nyebur Bukan Desta!" Protes tama, Melirik Maja Sinis.
"udah-udah Kalian Jangan Ribut terus, Suasana nya Lagi Genting Gini Kok Kalian Bisa-Bisanya Malah Gaduh!" Bibi puspita tarik Nafas.
tidak Berselang Lama, Anjani Menepuk Permukaan Air tiga Kali, Desta Langsung Keluar Dari Dalam Air, Semuanya Sudah Basah Kuyup.
"Kalian Bisa Bantu Berdoa...." ucap Anjani.
Lalu tidak Lama Kemudian, Bu Nara Terbatuk, Dan Anjani Langsung Memberikan Minum pada Bu Nara. Desta yang Melihat Itu Langsung tersenyum Haru.
"Makasih ya Allah, Makasih..." Desta Mengusapkan Kedua tangan Ke wajah nya.
Karena Haru Bibi puspita Dan Desta Langsung Memeluk Bu Nara "Alhamdulilah Bude Sudah Sadar.... Alhamdulilah Mba Sudah Sadar" Desta Dan Bibi puspita Terharu.
Namun Tiba-Tiba Anjani Memuntahkan Cairan Merah Pekat. "Uuwweekk...." Anjani Langsung Terjatuh Ke Dalam Air ia Langsung pingsan. Dan Desta Segera Bergegas Menolong Nya.
Setelah itu Mereka Semua Langsung Bergegas Ke Rumah Anjani, Karena tubuh Mereka Semua Sekarang Basah Kuyup.
"Mba... Mba Ngak Papa Mba?" Desta Menepuk Pelan Pipi Anjani, Saat Anjani Mulai ada pergerakan.
"Ngak Papa Desta, Aku ke-habisan Ene-rgi Karena jiwa ku ter-lalu Jauh Berja-lan..." ucap Anjani Terbata.
"Maaf Yah Mba... karena Kami terlalu Menyusahkan." ucap Desta Pada Anjani.
"Tidak papa Desta.... Tugasku Adalah Menolong Jiwa Yang tersesat." ujar Anjani.
Setibanya Di Rumah Anjani, Mereka Semua Kembali Masuk Kedalam Rumah Bertamu. Anjani Langsung Sehat, Setelah Berganti Pakaian ia Bersiap Membuatkan Sarapan untuk Para tamu Nya.
"Wah.... Kamu Sudah Mendingan Neng, Langsung repot-repot Buat Sarapan." Bibi puspita Merasa Tidak enak Hati Karena terlalu Merepotkan Anjani.
"Tidak Papa Bibi... Sudah Kewajiban Saya Menjamu Para Tamu." Anjani tersenyum Simpul. Sambil Tangan Nya Menata Piring untuk Sarapan Pagi Ini.
"ibu Nara Gimana Badan nya Sudah Membaik?" ucap Anjani, pada Bu Nara Yang Sedang Duduk Bersila Memojok.