Takdir mempertemukan Deanda Federer yang hanya seorang gadis miskin dengan seorang Putra Mahkota Alvero Adalvino dari Kerajaan Gracetian. Negara dengan sistem pemerintahan monarki absolut, di mana ucapan Raja adalah hukum mutlak.
Alvero dikenal tampan, cerdas, sekaligus sosok pengusaha hebat, namun juga dikenal keras, arogan, dingin, sekaligus dikenal playboy karena tidak pernah bersama dengan gadis yang sama lebih dari satu bulan. Namun beberapa rumor juga menyebutkan bahwa Alvero seorang gay. Untuk meredam rumor dan mempertahankan posisinya sebagai calon Raja sekaligus untuk dapat membalas dendam, Alvero sengaja menjebak Deanda untuk menikah dengannya.
Bagaimanakah perjalanan cinta mereka? Kenapa harus Deanda yang dipilih oleh Alvero? Dan apakah Deanda bisa menerima Alvero dan jatuh cinta padanya dengan perbedaan status yang begitu jauh? Ikuti perjalanan cinta mereka yang penuh perjuangan sekaligus romantis.
Cerita ini hanya fiksi semata, maaf jika ada kesamaan tokoh, nama, dll
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JE270608, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYARAT KONTRAK KERJASAMA
Bagaimana nasibku bisa sesial ini? Harusnya sebagai orang yang mengidolakan Putra Mahkota Alvero aku tahu benar bahwa mata hazel Tuan Alvi sama dengan milik Putra Mahkota Alvero. Mata hazel…, seperti mata amberku, tidak banyak orang yang memiliki warna mata seperti kami. Bodohnya aku…. Deanda, kamu benar-benar bodoh, Deanda mengutuki dirinya sendiri dalam hati sambil memukul-mukul kepalanya sendiri dengan tangan kanannya yang tergenggam.
Ahh…. Ini benar-benar membuatku gila. Bagaimana bisa selama ini aku memperlakukan Tuan Alvi dengan begitu kasar? Dan bagaimana bisa Putra Mahkota Alvero tiba-tiba menginginkanku untuk menjadi istrinya? Padahal kami tidak saling mengenal? Bahkan pertemuan kamu hanya sebuah insiden karena pencopet waktu itu. Apa sebenarnya yang diinginkan Putra Mahkota Alvero dariku? Aku tidak yakin Putra Mahkota Alvero melakukan ini karena benar-benar sudah jatuh cinta padaku. Itu sangat tidak mungkin! Sangat mustahil! Dia seorang Putra Mahkota negara Gracetian yang begitu tampan, hebat dan kaya raya. Kalaupun tidak ada gadis di negara ini yang bisa menarik perhatiannya, di luar sana, banyak gadis cantik dari negara lain, bahkan putri-putri cantik dari negara lain pasti dengan senang hati akan menerima lamarannya. Dia bisa mendapatkan gadis manapun yang dia inginkan, lagi-lagi Deanda berkata dalam hati dengan wajah benar-benar bingung dan tertekan.
“Deanda!” Mendengar teriakan Lilian, Deanda yang sedang melamun di kamar dengan duduk bersila di lantai kamarnya langsung bangkit dari duduknya, berencana untuk keluar dari kamarnya.
“Ya Nyonya Lilian, aku datang,” Dengan gerakan terburu-buru Deanda keluar dari kamarnya. Begitu dia membuka pintu kamarnya, tangan Lilian langsung bergerak ke arah lengan Deanda dan mendorongnya ke samping, setelah itu dengan buru-buru Lilian dan Olivia masuk ke dalam kamar yang biasa ditempati oleh Olivia dan Deanda dengan formasi Olivia tidur di kasur besar yang dulunya merupakan kasur Deanda ketika ibunya masih hidup, sedang Deanda tidur di lantai dengan beralaskan selembar karpet.
Mata Lilian langsung terbeliak melihat tumpukan kotak yang terlihat mewah pemberian dari Alvero kepada Deanda. Marcello yang datang ke rumah mengantarkan Deanda bersama dengan para pengawal yang membawa kotak-kotak hadiah dari Alvero tadi sudah sempat membuat Lilian tidak tahan untuk segera melihat apa isi dari kotak-kotak tersebut, namun karena keberadaan Marcello membuat Lilian menahan keinginannya. Dan sekarang saat Marcello sudah kembali ke rumahnya, rasa ingin tahunya tentang kotak itu tidak dapat lagi ditahannya, apalagi Marcello sudah menceritakan tentang siapa sebenarnya laki-laki bermasker yang diperkenalkannya sebagai Tuan Alvi tadi.
Ada rasa menyesal di hati Lilian mengingat bagaimana tadi dia sudah bersikap tidak sopan kepada Alvero saat di rumah Marcello. Untung saja Alvero tidak mempermasalahkan hal itu, jika tidak, Lilian tidak berani membayangkan hukuman apa yang akan diberikan oleh Alvero yang dikenal arogan dan keras itu.
Tanpa memperdulikan keberadaan Deanda yang masih berdiri di dekat pintu kamar, Lilian dan Olivia langsung masuk dan membuka semua kotak yang ada di lantai dekat tempat Deanda berbaring. Mata Lilian dan Olivia langsung terbeliak dan berbinar-binar begitu melihat isi dari masing-masing kotak itu. Mereka berdua saling berpandangan dengan mulut terbuka karena tidak menyangka dengan apa yang mereka lihat di depannya.
“Ma, ini indah sekali,” Olivia berkata sambil mengelus-elus secara bergantian barang-barang mewah yang berada di dalam kotak tersebut.
“Deanda! Katakan padaku! Bagaimana bisa kamu mendapatkan barang-barang semewah ini! Ilmu apa yang kamu pakai untuk membuat Putra Mahkota Alvero pikirannya menjadi tidak waras?” Deanda menarik nafas dalam-dalam mendengar pertanyaan sinis dari Lilian.
“Tidak ada Nyonya, saya tidak melakukan apa-apa kepada Putra Mahkota Alvero,” Deanda berkata dengan mata melirik ke arah Olivia yang sibuk mencoba satu persatu barang-barang di kotak tersebut.
“Ma, lihat ini! Cocok sekali dipakai untukku,” Mendengar perkataan Olivia, Lilian mengalihkan pandangan matanya dari Deanda ke arah Olivia.
“Tentu saja kamu jauh lebih cocok memakai semua barang-barang itu dibandingkan dengan Deanda. Mungkin Putra Mahkota Alvero harus melihatmu memakainya sehingga matanya bisa terbuka sehingga tahu bahwa kamu adalah gadis tercantik di negeri ini,” Setelah mengatakan itu, Lilian langsung berjalan ke arah Deanda.
“Kamu belum lama bertemu secara langsung dengan Putra Mahkota. Betul kan?” Deanda langsung mengangguk mendengar pertanyaan Lilian.
“Kalau begitu, tentu Putra Mahkota tidak tahu bahwa sudah menjadi kebiasaan di keluarga Federer biasanya anak gadis yang lebih tua akan menikah lebih dahulu sebelum adiknya. Betul tidak?” Lagi-lagi Deanda hanya bisa menganggukkan kepalanya, toh bagi dia tidak akan keberatan sama sekali jika dia bisa terhindar dari rencana Alvero untuk menikahinya.
Bagi Deanda akan lebih baik jika Alvero pada akhirnya tertarik pada Olivia. Dan dari awal tadi Deanda sudah bisa melihat bagaimana Olivia begitu ingin memiliki semua hadiah yang sudah diberikan Alvero padanya.
“Kalau Nona Olivia menginginkan barang-barang itu, Nona boleh memilikinya,” Olivia yang sedang mencoba memakai jepit berlian di rambutnya itu langsung terbeliak mendengar penawaran dari Deanda.
“Betulkah? Aku boleh memilihnya beberapa?” Deanda langsung mengangguk pasti mendengar pertanyaan dari Olivia.
“Tapi…, semuanya begitu indah dan cocok untukku, bolehkah semuanya untukku?” Lilian sedikit melotot mendengar permintaan Olivia, bagaimanapun yang memberikan semua hadiah itu adalah Alvero, bagaimana kalau tiba-tiba saja Deanda memberitahukan kepada Alvero bahwa Olivia merebut semua hadiah itu? Pasti Alvero tidak akan tinggal diam.
“Nona bisa memiliki semua itu jika Nona Olivia menginginkannya,” Deanda berkata dengan santai, membuat Olivia langsung mengembangkan senyum lebar di bibirnya.
“Ah, benarkah? Kalau begitu untuk malam ini kamu boleh tidur di kasur lipat, dan di depan Putra Mahkota Alvero kamu boleh memanggilku Kakak,” Deanda hanya tersenyum tipis mendengar perkataan Olivia, baginya jika saja bisa mendapatkan sedikit kasih sayang dari Lilian dan Olivia, dia tidak akan pernah merasa keberatan memberikan apa yang dia miliki, asal mereka berdua senang dan mau menganggapnya sebagai bagian dari keluarga mereka.
# # # # # # #
“Deanda,” Deanda baru saja selesai mengganti pakaiannya dengan seragam kerjanya ketika didengarnya suara Abella memanggilnya.
“Hai, kenapa kamu tiba-tiba di sini? Bukannya harusnya kamu di ruang produksi roti?” Deanda berkata sambil memakai topi kerjanya di kepalanya.
“Tuan Logan dan Nyonya Reyna memanggilmu,” Begitu mendengar penjelasan Abella, Deanda segera berjalan ke arah kantor Logan.
Begitu masuk ke dalam kantor Logan, Deanda langsung disambut sebuah senyum manis oleh Logan. Reyna tampak duduk di samping Logan yang memegang sebuah map bewarna biru tua dengan logo Kerajaan Gracetian di depannya, yang sekaligus juga merupakan logo dari perusahaan Adalvino. Melihat itu mau tidak mau Deanda kembali teringat dengan sosok Putra Mahkota dan Alvi yang ternyata adalah orang yang sama, membuat hatinya kembali merasa tidak tenang.
“Selamat pagi Tuan Logan, Nyonya Reyna,” Deanda langsung menyapa kedua majikannya itu dengan senyum di bibirnya.
“Ayolah, duduklah dulu Deanda,” Logan langsung memerintahkan kepada Deanda untuk duduk di kursi yang ada di depan mereka.
Begitu Deanda duduk, Logan langsung meletakkan map berwarna biru yang tadi sempat dilihat oleh Deanda. Reyna memandang ke arah Deanda dengan wajah keibuannya yang lembut.
“Ya Tuan, ada apa memanggil saya sepagi ini?”
“Ah, kamu benar-benar bintang keberuntungan bagi toko rotiku Deanda. Sejak bergabungnya kamu di toko ini, penjualan roti semakin meningkat, pelanggan semakin banyak. Bahkan kemarin siang kontrak kerjasama toko kita dengan Perusahaan Adalvino sudah ditandatangani,” Deanda hanya mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penjelasan dari Logan, walaupun dalam hati dia sungguh tidak mengerti kenapa dia harus dipanggil untuk mendengar cerita tentang kontrak kerjasama itu, yang jelas tidak ada hubungannya dengan dia yang hanya merupakan pegawai rendahan dari toko roti ini.
“Dan Deanda, mulai sekarang, kamu yang harus bertugas mengantarkan kue pesanan ke perusahaan Adalvino setiap paginya,” Deanda sedikit mengernyitkan alisnya mendengar perkataan Logan.
“Kenapa harus saya Tuan? Bukannya bagian pengantar pesanan bukan hanya saya?” Logan tertawa kecil mendengar itu.
“Itu adalah salah satu persyaratan kontrak yang diajukan ke kita, selain itu ada satu poin lagi, karena Yang Mulia Putra Mahkota Alvero cukup rewel dalam hal makanan terutama kue, dia minta agar kue khusus untuknya kamu yang harus membuatnya sendiri. Tuan Avitus sudah mengaturkan agar setiap hari kamu bisa membuat roti untuk Putra Mahkota Alvero di dapur yang ada perusahaan Adalvino. Jadi mulai hari ini setiap pagi sembari mengantarkan roti kamu akan membuat roti juga di sana sampai selesai, setelah itu baru kamu kembali bekerja di toko,” Kali ini mata Deanda benar-benar terbeliak kaget mendengar apa yang diinginkan oleh pihak perusahaan Adalvino.
“Tapi Tuan…, terus terang saya merasa tidak nyaman dengan itu. Bisakah orang lain yang lebih ahli dari saya untuk membuat roti bagi Putra Mahkota Alvero? Masih ada Abella dan Adrian yang jauh lebih ahli dari saya,” Logan langsung mengernyitkan dahinya dengan bibir maju ke depan.
“Tidak bisa Deanda. Tuan Avitus mengatakan jika kamu menolak melakukan itu maka kontrak kerjasama ini akan dibatalkan. Kamu harus membantu kami Deanda. Kami mohon kamu mau menerima persyaratan ini,” Logan berkata dengan pandangan matanya yang memohon ke arah Deanda yang langsung menahan nafasnya.
Apalagi yang sedang direncanakan oleh Putra Mahkota Alvero. Ya Tuhan kenapa aku harus terjebak dalam situasi seperti ini? Benar-benar sebuah mimpi buruk yang panjang untukku, Deanda berkata dalam hati dengan wajah terlihat lesu, membuat Reyna langsung bangkit dari duduknya dan mengambil posisi duduk di samping Deanda, memegang salah satu lengan Deanda dengan lembut.
“Apa ini begitu menjadi beban untukmu? Kalau iya biarkan saja kontrak itu dibatalkan kalau kamu tidak rela melakukannya. Melayani seorang dengan kedudukan setinggi Putra Mahkota Alvero memang bukan sesuatu yang mudah. Apalagi beliau terkenal dengan karakternya yang arogan dan keras kepala, walaupun dia juga dikenal cerdas dan hebat dalam banyak hal,” Reyna berkata dengan lembut.
“Reyna! Kamu tidak boleh membiarkan kontrak itu batal! Kamu tahu berapa besar omzet yang akan kita dapat dari kontrak itu!” Logan langsung berteriak keras mendengar apa yang dikatakan Reyna kepada Deanda.
“Logan! Demi uang kita tidak bisa mengorbankan Deanda. Dia berhak menolak ini!” Deanda sedikit terkejut mendengar teriakan balasan dari Reyna yang selama ini dikenalnya sebagai sosok wanita yang begitu lembut dan keibuan walaupun mereka belum dikaruniai keturunan sampai sekarang.
“Tuan, Nyonya, jangan bertengkar karena itu. Jangan khawatir, saya akan mencoba memenuhi permintaan dari perusahaan Adalvino. Toh, saya hanya disuruh membuatkan kue untuk Putra Mahkota Alvero kan? Tidak ada perintah lain kan?” Logan langsung mengangguk dengan cepat mendengar pertanyaan dari Deanda sebelum Deanda berubah pikiran.
“Baiklah, kapan saya harus mulai melaksanakan kesepakatan itu?” Logan langsung tertawa senang mendengar itu, dengan cepat dibukanya map bewarna biru di depannya, dari dalamnya Logan menarik selembar kertas, lalu menyodorkannya ke depan Deanda.
“Lihat, ini jadwal menu roti dan kue yang akan kita kirim ke perusahaan Adalvino setiap harinya, dan kamu harus mengikutinya juga. Apapun yang dijadwalkan untuk snack para pegawai di perusahaan Adalvino, hari itu juga kamu harus membuat menu yang sama untuk Putra Mahkota Alvero. Soft copy jadwal itu akan aku kirimkan ke surelmu, sehingga kamu bisa membukanya setiap saat. Untuk resep pesanan itu yang sesuai dengan standar toko ini, aku juga akan mengirimkannya padamu. Jika kamu mengalami kesulitan pengerjaannya saat di sana, kamu bisa menghubungi Adrian atau Abella,” Pada akhirnya Deanda haya bisa mengangguk pasrah mendengar apa yang dikatakan oleh Logan.
Aku tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh Putra Mahkota Alvero, tapi perasaanku mengatakan ini bukan sesuatu yang menyenangkan. Tapi semoga saja tebakanku meleset, Deanda berkata dalam hati sambil menarik nafas dalam-dalam, berusaha untuk menenangkan dirinya dan berpikir positif.