Cadar Yang Ternoda Almayira

    "Kalau lo pada gak percaya ya sudah" Bara mengangkat bahunya acuh, ia kembali memandang hamparan langit biru disana.

Arya masih tidak habis pikri, kalau wanita bercadar itu anaknya penegak geng motor. Dan parahnya lagi adalah istri seorang Bara yang minus ahlak, sangat kontras dengan Mayira.

Evans juga sepemikiran dengan Arya, sangat tidak masuk akal bara sudah menikah? kapan laki_laki itu menikah, tanpa memberitahu teman_temannya.

Rafhael terdiam sejenak tangannya mengetuk dagu, Evans, Arya dan daniel memandang was_was pada sahabat mereka. Sangat aneh, jika seorang Rafhael tiba_tiba terdiam.

    "Hem, gue tau nih!.. Rafhael menatap lekat kearah Bara yang masih rebahan, ia tersenyum jahil.

  Bara yang memiliki kepekaan yang tinggi, tentu menyadari ratapan Rafhael. Ia menunggu apa yang akan dikatakan, oleh sahabatnya itu.

     "Menurut novel yang pernah gue baca, biasanya kalau nikah saat SMA pasti nikah kontrak. iya kan?" Todong Rafhael pada Bara, ia merasa senang karena bisa menebak situasi bangga pada diri sendiri.

  Perkataan Rafhael membuat teman_temannya terdiam, ternganga benar juga apa yang dikatakan cowok itu. Bisa jadi, Bara dan Mayira menikah kontrak.

     "Lalu Setelah lulus sekolah lo bakal cerai, ya kan? Dengan pedenya Rafhael mengatakan itu. Karena menurutnya itu betul, yang merasa dirinya seperti Roy Kiyosi perpaduan dukun dan tukang berhayal.

  Penuturan Rafhael berhasil membuat teman_temannya beralih pandang, kearah Bara yang masih terlihat acuh. Pandangan yang berbeda_beda, kebingungan dan keridakpercayaan.

    "Bener kek gitu? Tanya Evans terdengar lirih, ia tetap menampilkan wajah datar.

  Bara berdecih, ia bangun mendudukan dirinya dengan tegap. Matanya terarah sempurna pada Rafhael, yang ikut lesehan dibawah.

   Mata tajam Bara seakan mampu menusuk kedalam relung Rafhael, "Karangan lo kek sampah" Kata Bara. "Gila aja gua cerai ama bini gua, nasib ucul gimana coba?" Bara bertanya dengan nada geram.

"Hah" Suara kebingungan itu kompak dari teman_temannya, "Siapa ucul" Tanya mereka tentu dengan kompak juga.

Bara menaikan alisnya, "Kompak bener lu pada, Ciee tumben" Laki_laki itu terkekeh. "Ucul itu anak gue" dengan santainya Bara mengatakan hal itu.

Dalam hitungan kurang satu detik suara gelak tawa pecah, terdengar menggema diseluruh penjuru rooftop.

"Busyet Hahaha" Arya sampai kepalanya membentur kursi, karena posisinya dekat dengan kursi. Tawanya tidak bisa berhenti, sampai kerongkongannya kering.

Daniel sama halnya dengan Arya, ia tertawa begitu keras sampai matanya berair.

"Hahahaha"

Rafharl memukul_mukul punggung Arya sebagai pelampiasan tawanya, tangan itu memang tidak bisa tidak memukul sesuatu kalau sedang tertawa. Nasib Arya saja yang kurang beruntung, jadi korbannya Rafhael.

Evans membuang muka, mengalihkan pandang kearah kiri hingga terlihat atap_atap rumah_rumah dan gedung_gedung. Ia meraup udara sebanyak_banyaknya, wajahnya sudah memerah menahan tawa.

"Sksksk"... Evans yang menahan tawa, tapi tawanya tetap terdengar meskipun mulutnya tertutup. Terdengar cukup aneh, karena tawa Evans yang terasa aneh. Serentak teman\_temannya menghentikan tawanya, dan langsung menatap heran kearah Evans.

"Emang ya kalau orang dingin tawanya berbeza sekaleh" Ucap Arya.

Bara menatap bingung pada teman_temannya, "Apa ada yang lucu? Tanyanya. "Kalian receh"

"Ya elu gaya aja keren, nama anak ucul apa kata teman\_temannya nanti?" Celetuk Rafhael.

Bara menggelengkan kepalanya. "Ucul keren kok, anti mainstream, aesthetic"

"Semerdeka lo deh bar" Ucap Daniel "btw lo seriusan gak mau ceraiin wanita bertopeng hitam itu" Sambungnya.

Jika ditanya seperti itu, Bara merasa seperti dihantam pertanyaan yang berat. Bara menghela nafas pelan, "Gue gak tau"

Rafhael kembali duduk disofa, karena tadi dia lesehan dilantai. Pria itu menepuk pelan paha Bara, mereka sudah lama bersama. Walaupun Bara susah untuk diterka, tapi teman_temannya berusaha memahami.

"Ngga biasanya lo kek gini bar, biasanya juga lo

ngga pernah serius sama cewek" Ucap Rafhael yang sudah kembali ke mode serius, walau raut mukanya tetap mengesalkan.

"Ya beda cerita lah, kan Mayira istri gue" Bara masih tetep santai menanggapi, walaupun teman_temannya semakin tidak mengerti.

"Bara, lo ingat kan seringkali lo bilang kalo ngga mau nikah" Ucap Evans.

Bara angkat bahu, "Ya mau bagaimana lagi, dia udah hamil anak gue"

Mereka semua kenal Bara, Laki_laki itu tidak akan membiarkan masalah berlama_lama dalam hidupnya. Jelas saja Mayira adalah sebuah masalah, Bara itu bukan orang yang suka berbaik hati. Pada orang lain, bahkan bisa sangat kejam pada peganggu.

Jika Bara tidak suka maka dia akan bilang tidak suka, laki_laki itu sangat tidak menyukai seorang wanita yang menurutnya sok alim. Seoerti berhijab apalagi bercadar, tapi dia juga tidak pernah suka pada cewe manapun kecuali mamanya. Intinya dia tidak menyukai wanita, sampai pernah dikasih kabel homo oleh orang_orang.

Bara sangat sulit menerima orang baru dalam hidupnya, apalagi Mayira yang mendadak jadi istri.

"Lo yakin gak mau cerai, ngga usah muna deh Bara. Li paling gak suka sama cewe cadaran, dan sekarang lo malah punya istri bercadar. Gimana ceritanya lo bisa bertahan" Ucap Daniel, bukan berniat untuk mengompori hanya saja itu kenyataan.

Bara tidak menyangkal, benar apa yang dikatakan Daniel. Tapi ada hal yang bersembunyi dihati Bara, sesuatu yang sempet memberikan tekanan pada dirinya. Agar mempertahankan, hubungan rumah tangganya.

"Dia anak Bang Rendra, gue gak mungkin ngelakuin hal semena\_mena" Ucap Bara, dia menunduk saat mengatakan hal itu jelas sekali dia berbohong. Jika masalah Rendra ia bisa dengan mudah menyelesaikan, bisa menentang meskipun begitu hubungannya dengan Bara pasti akan baik\_baik saja.

Bodohnya teman_teman Bara mengangguk setelah mengerti situasi, memang benar menyakiti anaknya sama saja manyakiti Rendra.

Evans menatap intens kearah Bara, dia tau jika saat ini sahabatnya sedang berbohong. Atau mungkin setengahnya benar atau tidak, diantara mereka Evans lah yang paling handal meniliti.

Evans berteman sejak kecil dengan Bara, telah paham seluk beluk kehidupan laki_laki itu. Bara memang tidak pernah menutupi kehidupannya, pada anggota inti tiger.

Tapi ada begitu banyak hal misterius yang masih abu_abu, yang tidak bisa mereka tafsirkan. Dan Evans bisa menafsirkan semua itu, Arya beranjak dari duduknya.

"Kayaknya udah bel ngantin yuk" ajsknya.

Tentu saja mereka menyerukan kembali ajakan Arya, ya begitulah hidup mereka. Datang ke sekolah hanya untuk memperindah absen, ke kantin dan tawuran.

Tawuran dalam artian kata bagi mereka, adalah sebuah tindakan dalam penyelamatan orang lain. Ataupun diri sendiri, tawuran adalah hobi membela harga diri.

Saat Daniel, Arya dan Rafhael sudah meninggalkan tempat sebelumnya. Bara hendak menyusul mereka, tapi tangannya segera ditahan oleh Evans.

"Apa yang sebenarnya terjadi malam itu? Tanya Evans tiba_tiba.

___Tbc___