Jiwa Tertukar Istri Terhina Dengan Gadis Bar-Bar Kaya

Di Mansion Osmond, setelah berhari-hari tak bisa bersama sang putra malam itu Arsy kembali bisa memeluk Galaxy. Karena Galaxy ingin tidur dengan sang Mommy, akhirnya Pamela ikut tidur di ranjang yang sama. Kini mereka bertiga berbaring tidur di kamar Pamela, mata Galaxy sudah terpejam membuat Arsy berkesempatan memeluk putranya dengan puas.

"Pamela, katamu kamu mengetahui di paviliun mana Galaxy berada dari Sandra?"

"Iya, wanita itu memuntahkan semua informasi tentang Killian, sampai sekertaris Killian di kantor yang bernama Steffi ikut terseret. Ucapan nya sungguh kotor, dia bertanya pada Killian apa jepitan Steffi lebih nikmat dari punyanya! Heh, dasar sund@l!" Pamela terkekeh.

"Aku sudah bilang kan, Sandra itu siapa. Bahkan saat dia menjadi temanku di kampus dulu, dia lah yang sering memanasi ku untuk membully orang-orang yang hidupnya sepertimu. Yatim piatu atau orang-orang tak mampu. Aku yang masih labil dan memang mudah dipengaruhi waktu itu jadi ikut-ikutan, bahkan karena satu kesalahanku itu setiap ada pembullyan, mereka mengatas namakan aku." Pamela menjeda ucapannya, menghela nafas sejenak.

"Ketika mereka membawa-bawa namaku, orang-orang yang dibully akan gentar dan ketakutan, mereka akhirnya hanya diam saja saat dibully. Itu semua berawal karena aku terpengaruh hasutan Sandra, bahkan ada satu peristiwa yang membuatku berbulan-bulan tak bisa tidur dengan nyenyak." Pamela tersenyum kecut.

"Apa?" tanya Arsy dengan sabar mendengarkan curhatan Pamela, kini gilirannya menjadi pendengar yang baik.

"Ada satu mahasiswa bun_nuh di_rii, saat itu semua mengatakan jika mahasiswa itu aku bully tapi aku nggak pernah merasa membully orang itu. Namun karena setiap ada pembullyan, namaku lah yang selalu mereka sebut untuk menakuti... akhirnya aku tak sanggup membela diriku sendiri. Bahkan topik itu menjadi berita terhangat di setiap media, sampai Perusahaan Daddy sempat goyang tapi untung saja melalui pengacara-pengacara milik keluarga Osmond semua bisa terkendali hanya dalam tiga hari." Pamela menggigit bibirnya.

"Sejak itu, aku tak berani lagi menghina orang lain dengan mudah. Aku berusaha menjaga lisanku, berusaha menjadi pribadi angkuh dan terlihat kejam agar orang lain tak berani mendekat. Bahkan selama 4 bulan aku kabur ke Paris, untuk menenangkan diri. Setelah kembali kesini, aku bahkan menjadi penyendiri dan hanya memikirkan pekerjaan demi menjadi wanita pebisnis paling ternama. Baru setahun ini, aku kembali bertemu teman-temanku termasuk Sandra."

Arsy mengelus kepala Pamela, "Terima kasih kamu sudah berusaha berubah, sekarang kamu menjadi pribadi baik luar biasa bahkan menjadi malaikat untukku."

"Ta-tapi aku jahat bukan? Meskipun orang itu meninggal bukan karena aku, tapi aku juga ikut bertanggung jawab karena nggak pernah menghentikan pembullyan-pembullyan itu dan membiarkan para pembully memakai namaku semau mereka. Harusnya aku--" Pamela tak sanggup melanjutkan, dia masih mengutuk perbuatannya yang labil di usia 20-an nya dulu.

"Semua sudah terjadi, yang terpenting perubahan mu menjadi lebih baik. Setiap orang pasti mempunyai kesalahan, dengan yakin aku katakan kamu sudah berubah lebih baik." Arsy menguatkan.

"Benarkah? Kau nggak bohong, kan?"

"Aku nggak suka bohong kalau emang nggak terdesak, tapi tentangmu aku berkata sejujurnya." Arsy berusaha meyakinkan Pamela.

"Ada satu lagi kehidupan gelap ku, mungkin saat kau mendengar cerita mengenaskan ini kau akan mengutukku, Arsy."

"Pendapatku akan netral, baik atau salah kamu di masa lalu itu adalah dulu bukan kamu yang sekarang. Aku bilang kamu sudah berhasil memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang luar biasa. Hanya orang munafik yang men-jugje dirimu sok suci, karena memang nggak ada yang benar-benar suci di dunia ini. Selalu ada setitik noda dalam hidup, entah itu rasa iri, dengki pada orang lain itu sama saja bukan?" Arsy berusaha membuka pemikiran Pamela tentang dia yang tak berhak dipanggil orang baik.

Pamela mengangguk mencoba menerima perkataan Arsy.

"Kau tau, Arsy. Lima tahun lalu saat kabur ke Paris, aku mengakibatkan beberapa orang meninggal dunia. Itu adalah kecelakaan masal, sumber kecelakaan nya adalah aku. Aku mengemudi sambil mabuk, membuat mobil ku oleng dan bertabrakan dengan beberapa mobil dan motor. Kabarnya ada 5 orang meninggal dunia akibat ulahku, sedangkan aku dilindungi hukum karena pengaruh Kakekku."

"Keluargaku disini seperti Mommy, Daddy dan Kak Zayn, nggak pernah menutupi kesalahan dan kejahatanku. Tapi saat Kakek masih hidup lima tahun lalu, Beliau lah yang mengurus semua. Kejahatanku bisa lolos dari hukuman, tapi sampai saat ini aku masih merasa sesak karena merasa menjadi seseorang yang kejam tak bertanggung jawab. Tapi saat itu aku takut pada ancaman Kakek jika aku menyerahkan diri. Kakek tak perduli jika nama baik keluarga Osmond yang rusak, tapi Kakek mengecam jika nama baik marganya rusak. Kakekku dari pihak Mommy, keluarga Warner. Kakek mengancam akan mengasingkan ku dan seluruh keluarga Osmond akan dikucilkan. Keluarga Kakek dari pihak Ibuku itu sangat berkuasa, jaringan kekerabatannya sudah mengakar di wilayah Eropa dan Amerika."

Arsy lalu mendengar Pamela terisak menangis, dengan lembut dia mengelus punggung gadis yang di matanya adalah seorang malaikat dan gadis bahagia yang beruntung terlahir dari keturunan Osmond, namun nyatanya setiap orang mempunyai ceritanya sendiri. Betul kata orang bijak, setiap manusia pasti mempunyai masalah nya masing-masing jadi jangan selalu mengeluhkan hidupmu sendiri karena kau tidak sendiri.

.

.

Tiga hari Pamela dan Galaxy menginap di Mansion Osmond, canda tawa dan seringnya bertemu membuat Galaxy menjadi akrab dengan Zayn dan kedua orang tuanya. Bahkan Nyonya Elvina sudah menganggap Galaxy cucunya, sudah melabeli Galaxy sebagai cucu pertama.

Begitu pula dengan Arsy, meskipun dengan tubuh Pamela namun Galaxy lengket padanya semakin terlihat ikatan batin antara seorang anak dan ibu kandung. Bahkan Pamela yang fobia anak kecil, kini malah menyayangi dan ikut mengurus Galaxy.

"Uhhh, anak Mommy! Gemesin!" Pamela mencubit pipi chubby Galaxy.

"Mom! Pipiku nanti tambah gendut! No!" Galaxy melepas cubitan di pipi, dengan bibir cemberut.

Namun itu malah semakin terlihat menggemaskan, saat Pamela ingin mengunyel-unyel lagi pipi Galaxy suara keributan di depan Mansion terdengar.

"Ada apa!?" Pamela bangkit dari duduknya di lantai berkarpet, tempat Galaxy bermain. Dalam tiga hari, Zayn menyulap kamar khusus Galaxy dengan berbagai mainan anak laki-laki juga berbagai pakaian baru anak kecil di lemari. Begitu besar effort dan antusiasnya Zayn dengan keberadaan Galaxy, selain memang menyayangi anak itu dia juga ingin memikat hati Arsy.

"CEPAT SURUH TUAN-MU KELUAR!!! Beraninya membawa istri dan anak Tuan kami!" Seseorang berteriak di halaman depan Mansion.

Pamela menatap salah satu pengawal yang masuk, "Ada apa?"

"Nyonya Arsy, suami Anda dan para pengawal nya datang. Mereka juga bersenjata, dimana Nona Pamela? Kami harus menunggu keputusan Nona besar karena Tuan Zayn tidak bisa dihubungi."

Arsy datang dari arah dapur bersama Nyonya Elvina, mereka berdua sedang membuat dessert untuk makan malam nanti.

Saat melihat Arsy, pengawal itu menundukkan kepala memberi hormat. "Nona Pamela, Tuan Killian datang membawa banyak pengawal dan bersenjata."

Arsy melihat ke arah Pamela, "Keputusan berada di tangan Nyonya Arsy, kalian harus mendengarkan nya."

"Baik, jadi kami harus melakukan apa?" tanya si pengawal.

"Telepon terus Daddy dan Kakak, mereka pasti sedang meeting dan mematikan ponsel. Jika dalam 5 menit masih belum diangkat, perintahkan salah satu pengawal pergi ke Perusahaan untuk segera membawa Daddy dan Kak Zayn." Ujar Pamela, dia bertubuh Arsy namun memang sudah memanggil Daddy pada Tuan Liam.

"Baik."

"Aku akan mencoba bicara baik-baik dengan Killian, jangan ada yang mengangkat senjata tapi tetap berjaga-jaga." Ujar Pamela kembali.

"Baik."

Pamela menoleh pada Ibunya, "Mommy, pergilah ke kamar Galaxy bersama Bibi Wema. Tugas Mommy hanya berpikir tenang dan jangan khawatir." Ujar Pamela lagi.

"Arsy, hati-hati." Nyonya Elvina menggenggam tangan Pamela.

"Iya, Mom."

"Kamu juga, Pamela."

"Ya," jawab Arsy.

Tak menunggu lama, Arsy dan Pamela keluar Mansion. Berdiri di undakan tangga dikelilingi oleh para pengawal Pamela, mereka semua menatap was-was ke arah halaman yang berjejer para pengawal Killian, tentunya dengan Killian yang sudah berdiri tegak terlihat sehat namun wajahnya masih pucat dengan tatapan tajam ke arah mereka.