Contain Adult Story // Mengandung Cerita Dewasa🔞‼️
Vanya tidak punya pilihan lain ketika ayahnya menyuruh dia menikah dengan Lucas, seorang pewaris tahta Glory Holy Group.
Lucas sebagai pewaris tahta GH Group merasa posisinya sangat tidak aman. Bagaimana tidak, tujuh adiknya juga mengincar posisi itu. Hanya satu hal yang dapat menyelamatkan Lucas, yaitu menikah dan memiliki anak untuk memperkuat posisinya sebagai pewaris tahta.
Vanya dan Lucas terpaksa menikah demi kepentingan sendiri. Seiring berjalannya waktu, tumbuh benih-benih cinta Lucas tetapi Vanya malah meminta cerai.
Kenapa Vanya malah meminta cerai? Apa yang dilakukan Lucas saat Vanya meminta cerai? Akankah mereka bercerai? Bagaimana kehidupan mereka setelah bercerai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elvina Stephanie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam Pertama
"80% selama di sana aku makan salad." jawab Vanya.
"Pantes cantik." sahut Lucas.
"HAH?!"
"Eh maksudku, salad itu kan buah sama sayuran makanya kulit kamu putih, mulus gitu." kata Lucas.
"Oohhh begitu.. Tapi kata kamu benar juga, sih." kata Vanya.
"???"
"Aku cantik." kata Vanya.
"Uhuk.. uhuk.. uhuk.." Lucas tersedak saat memanggang daging.
Vanya segera menuangkan air ke gelas untuk Lucas.
"Makan saja tidak. Bisa-bisanya kamu batuk." kata Vanya.
"Asapnya masuk ke tenggorokanku." Lucas membela diri.
"Emmm.. daging yang ini enak sekali. Cobain deh." kata Vanya sambil menyuapi Lucas.
Lucas menatap daging yang berada di sumpit yang diberikan Vanya. Dia menyuapiku?
"Cepat dong a.. pegel nih." kata Vanya.
Lucas akhirnya memakan daging yang diberikan Vanya.
"Ngomong-ngomong, Vanya. Kamu tidak mau honeymoon?" tanya Lucas.
"Iya." jawab Vanya.
"Kenapa?" tanya Lucas.
"Kenapa? Kenapa katamu? Nih, Lucas. Coba kamu pikirkan. Yang pertama, apa kita punya waktu untuk itu? Kamu seorang dokter dengan jadwal yang penuh operasi. Aku seorang asisten pengacara yang baru bekerja. Pekerjaan kita sama-sama tidak memungkinkan kita untuk mengambil cuti. Rumah sakit membutuhkan kamu, begitu juga atasanku pasti membutuhkan aku." jawab Vanya.
"Lalu, yang kedua?" tanya Lucas.
"Yang kedua, pernikahan kita kan pernikahan pura-pura, pernikahan di atas kertas perjanjian, untuk apa harus ada honeymoon seperti pernikahan pada umumnya?" kata Vanya.
"Pernikahan di atas kertas perjanjian yaa.. benar juga.. baiklah.. tidak usah ada honeymoon." ucap Lucas.
"Iya. Oh ya tadi kamu nanya tempat destinasi yang ingin aku kunjungi apa? Aku ingin ke Maldives, menghabiskan waktu di sana, hidup di sekitar air yang mengalir dengan tenang, menghirup udara segar. Atau ke Korea, menikmati berbagai macam makanan Korea, BBQ-an, ramen, minum soju sampai aku tidak sadarkan diri. Uhh, senangnya." ucap Vanya sambil mengkhayal bak putri halu.
"Sayangnya kamu tidak mau ada honeymoon. Aku bisa saja membawamu ke sana kalau kamu mau." kata Lucas.
Mata Vanya melotot tajam ketika mendengar ucapan Lucas barusan. Penyesalan terbesar di hidup Vanya karena menolak adanya honeymoon.
Bodoh, Vanya. Kenapa kamu menolak honeymoon? Harusnya kamu mau saja! Ah, tapi mau bagaimana lagi? Pernikahan ini kan hanya pernikahan di atas kertas. Untuk apa ada honeymoon segala? batin Vanya.
"Mau bagaimana lagi? Tapi kapan-kapan kita pasti bisa honeymoon kan?" ucap Vanya yang membuat Lucas terdiam.
Lucas terdiam, Vanya pun bingung.
"Hmm, maksudku.. kita pasti bisa honeymoon dengan orang lain yang menikah dengan kita nantinya. Setelah pernikahan ini berakhir kita pasti akan menikah sungguhan dengan orang yang kita cintai kan? Jadi, maksudku bukan kita honeymoon bersama-sama.." timpal Vanya.
"Ooh.. tentu.." jawab Lucas.
Huh, hampir saja. Hampir saja kamu membuat Lucas salah paham. batin Vanya dengan mengusap dadanya.
———
Selesai makan malam bersama, Vanya dan Lucas pulang ke rumah mereka. Makan malam tadi merupakan makan malam pertama mereka setelah bertemu dan akhirnya memutuskan untuk menikah.
Tentu saja makan malam tadi memiliki kesan tersendiri bagi keduanya. Vanya yang untuk pertama kalinya dimasakin daging bahkan oleh seorang laki-laki, dan Lucas yang untuk pertama kalinya memasakkan daging bahkan untuk seorang wanita.
"Oh iya! Makanan atasanku belum kumakan. Nih, kamu saja yang makan." kata Vanya lalu memberikan kotak makan dan langsung naik ke kamar.
"Loh? Kok aku? Kan aku sudah makan." ucap Lucas.
Vanya memilih untuk diam dan masuk ke kamarnya. Vanya mandi dan setelah itu dia turun ke bawah. Ternyata Lucas sedang menonton tv di sofa.
"Memangnya kamu tidak ada pekerjaan lain selain menonton tv?" tanya Vanya sambil berjalan ke dapur untuk memanaskan makanan dari atasannya.
"Tidak. Lagian kenapa kamu marah-marah. Listrik juga aku yang bayar." jawab Lucas.
"Iya ya. Kenapa aku marah-marah ya." kata Vanya.
"Eh kamu tuh harusnya mandi, bukan nonton tv. Mandi malam itu tidak bagus buat tubuh. Kamu kan dokter harusnya kamu tahu itu." sambung Vanya.
"Bagaimana aku mau mandi kalau tadi kamu mandi? Santai saja bicaranya, tidak usah marah-marah begitu." ucap Lucas lalu beranjak dari sofa menuju kamar.
Ish. Kenapa juga dia harus marah-marah? Memangnya tidak bisa bilang baik-baik? Dia seperti emak-emak yang kerjaannya ngoceh mulu ke anaknya. Apa dia sedang ngoceh padaku? Karena jam segini aku belum mandi? Apa dia khawatir denganku? batin Lucas.
Setelah mandi, Lucas melihat Vanya tidak di kamar. Segera di keluar dan melihat Vanya sedang makan di sofa. Gila wanita itu. Baru beberapa menit yang lalu makan, sekarang makan lagi. Perutnya terbuat dari apa sebenarnya? Perasaan tadi dia sudah makan daging yang banyak. batin Lucas.
"Apa kamu tidak takut gemuk?" tanya Lucas.
"Tidak." jawab Vanya.
"Sini duduk. Nonton film itu lucu sekali." sambung Vanya.
"Film apa?" tanya Lucas.
"HAHAHAHAHAH!!!"
"BUAAHHAHHAHAH..!!!"
Bukan jawaban yang diterima oleh Lucas, melainkan Vanya yang tertawa dengan mulutnya terbuka lebar. Terkadang bahkan pundak, lengan, paha Lucas menjadi sasaran empuk Vanya saat tertawa.
"Lucu sekali.. HAAHAAAHHAH!!!"
Dasar wanita ini. Tertawa mulutnya sampai terbuka lebar begitu.. tidak seperti wanita lain yang menjaga image-nya yang kalem, anggun.. batin Lucas.
Tidak lama kemudian..
"Huhuhuhu.. hiks.. hiks.. huhuhuhu.." Vanya menangis tersedu-sedu.
"Eh kok menangis? Bukannya film lucu? Eh jangan menangis.." ucap Lucas menenangkan.
Bukannya berhenti menangis, tangisan Vanya malah makin menjadi. Air mata yang dikeluarkan pun mampu membanjiri pipinya.
"Huhuhuhuhuhuuhh... hiks.. hiks.."
"Film macam apa ini? Tadi lucu sekarang sedih..!" ucap Lucas.
Lucas memberikan bahunya sebagai tempat Vanya meluapkan kesedihannya. Cukup lama Vanya menangis sampai baju yang dikenakan Lucas pun basah.
"Kurasa aku.. hiks.. membasahi bajumu.. hiks.." kata Vanya.
"Ya, itu benar." ucap Lucas.
"Aku benci film ini. Aku tidak tahu akan ada adegan sedih di film ini.. huhuhuhuh.." Vanya melanjutkan menangisnya di bahu Lucas.
Haruskah aku usap pundaknya? Atau aku abaikan saja dia? batin Lucas.
Namun tangannya memilih untuk mengusap pundak Vanya dan mulutnya seraya berkata..
"Itu hanya film.. sudah jangan menangis.. nanti matamu bengkak lalu tidak cantik lagi.. nih, lanjut saja makannya."
"Suapin." ucap Vanya dengan manja.
"Haruskah?" tanya Lucas.
Vanya mengangguk.
"Baiklah.. Aaa.."
Vanya tidak lagi menangis karena mulutnya sudah disumpel makanan oleh Lucas. Memang benar kata orang, wanita akan senang kalau diberi makanan.
Sementara menyuapi Vanya menonton, Lucas membayangkan 1 hal. Bagaimana kalau tidak ada Vanya di rumah itu.. tidak ada suara ketawa yang menggemparkan seisi rumah, tidak ada suara tangisan yang mampu membuat orang ikut tersedih, tidak ada orang yang akan menangis di bahunya sampai membuat bajunya basah dan tidak ada orang yang merengek minta disuapi seperti anak kecil.
Bagaimana ini? Aku semakin tidak ingin kamu pergi dari rumah ini..
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca novel "Pengacara Cantik, Kamu Milikku!". Berikan dukunganmu kepada Author dengan memberikan like, tips, komentar, dan vote. Jangan lupa tambahkan novel ini ke favorite Anda agar mengetahui up episode terbaru.