Senja dan Langit harus terpisah karena orang tua Langit yang tidak menginginkan anaknya berhubungan dengan wanita miskin seperti Senja.
Langit dipindahkan ke luar negeri. Dua bulan perpisahan, Senja baru menyadari jika dia mengandung anak Langit. Orang tua Senja yang malu karena anaknya hamil di luar nikah, mengusir Senja dari rumah.
Enam tahun berpisah, Senja bertemu lagi dengan Langit yang telah memiliki istri. Bagaimana hubungan Senja dan Langit selanjutnya?
Selamat membaca, terima kasih.
Fb Reni Nofita
IG Reni_Nofita79
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Kepergian Senja
Setelah mengantar Senja dan Pelangi, Surya harus segera kembali ke kota lagi. Ada operasi yang tidak bisa dia tinggalkan. Pelangi tampak keberatan saat Surya akan pergi.
"Apa Daddy mau pergi lagi?" tanya Pelangi. Kedua tangan mungilnya melingkar di leher pria itu. Saat ini Pelangi berada di atas pangkuan Surya.
Setiap melihat kebersamaan Surya dan Pelangi ada rasa nyeri di hati Senja. Dia tahu putrinya itu sangat mendambakan dan merindukan kasih sayang seorang ayah sehingga begitu dekatnya dengan Surya, pria yang selalu ada sejak dia lahir.
Bukannya Senja egois jika tidak mau menerima lamaran Surya, padahal putrinya sangat mencintai pria itu sebagai sosok ayah. Namun, Senja tidak mungkin memaksakan hubungannya dengan Surya karena terhalang restu orang tua pria itu. Pasti Pelangi akan lebih tertekan jika tahu dia tidak bisa diterima keluarga Surya.
"Iya, Sayang. Daddy harus pergi karena ada operasi. Nanti Daddy usahakan minta cuti, biar kita bisa jalan bareng."
"Daddy janji, ya."
"Janji. Daddy akan berusaha untuk dapat izin secepatnya agar bisa membawa peri kecilnya Daddy jalan-jalan," ucap Surya.
"Aku sayang Daddy," ujar Pelangi dengan mencium kedua pipi Surya.
"Daddy pamit dulu. Semoga kamu dan bunda betah di sini."
Surya mengecup Pelangi sebelum pergi meninggalkan Villa. Senja dan Pelangi masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuhnya.
***
Langit mencari Senja ke kontrakannya, tapi wanita itu sudah tidak ada di tempat. Langit lalu menghubungi seseorang untuk mencari tahu keberadaan Senja.
Setelah itu dia kembali ke hotel tempatnya menginap. Beruntung hotel itu milik temannya sehingga Langit tidak perlu membayarnya.
Langit membaringkan tubuhnya yang terasa letih. Dia menghubungi semua teman-temannya meminta pekerjaan. Awalnya tiada yang percaya dengan keinginan pria itu, semua temannya mengira Langit hanya bercanda.
Setelah menghubungi sekian banyak temannya, akhirnya Langit dipercaya salah satu temannya buat memimpin usahanya yang sedang berkembang. Dia meminta Langit segera menemui dirinya di kantor.
Langit berjanji akan ke kantor keesokan harinya karena hari ini dia harus bertemu dengan orang suruhannya. Langit ingin tahu mengenai semua kehidupan Senja sejak mereka berpisah.
Sore hari, orang suruhan Langit menghubungi dirinya. Mereka ingin bertemu untuk membahas tentang apa yang mereka dapatkan dan ketahui mengenai kehidupan Senja selama 6 tahun lalu.
Langit meminta mereka menemuinya di kafe yang ada di hotel itu. Jam lima sore pria itu dan orang suruhannya bertemu. Dengan langkah pasti Langit memasuki kafe. Dia sudah tidak sabar ingin tahu keadaan Senja dan apa yang dialaminya sejak mereka berpisah. Terutama mengenai putri kecil yang memanggil Senja dengan sebutan Bunda. Putri siapa itu.
Ketika memasuki kafe, Langit melihat dua orang suruhannya telah duduk menunggu. Joni dan Alex, dua orang kepercayaan yang diminta Langit buat menyelidiki mengenai Senja. Langit menarik kursi dan duduk dihadapan kedua orang itu.
"Katakan semua yang kalian ketahui mengenai Senja! Terutama mengenai putri kecilnya," ucap Langit, tanpa basa-basi.
Mereka berdua saling pandang sebelum mengucapkan sesuatu. Saling berharap ada yang memulai laporan karena tidak tahu harus menjawab dari mana apa yang ingin Langit ketahui.
"Kenapa kalian berdua hanya saling pandang? Tidak ada yang ingin bicara!" ucap Langit dengan suara penuh penekanan.
"Kami tidak tahu harus memulai dari mana, Pak," ucap Joni.
"Apaan ini? Kalian mulai saja ceritanya dari awal Senja pergi dari kampungnya!"
"Baiklah, Pak. Senja pulang dari kampung ibunya setelah orang tuanya itu meninggal, saat itu Bapak telah pergi dari desa bersama orang tua Bapak. Setelah mengetahui Bapak tidak ada di desa lagi, Senja tidak mencoba mencari lagi. Mungkin dia berpikir hubungan Bapak dan dia memang hanya sampai di situ."
"Jadi Ibunya meninggal. Terus kenapa dia pergi dari kampung. Karena saat nenekku meninggal, tetangganya mengatakan jika dia ke kota merantau untuk mencari pekerjaan."
"Sebenarnya Senja pergi dari desa karena di usir ayahnya!" ucap Joni.
Langit kaget dan tidak percaya mendengar itu. Jadi Senja pergi bukan karena ingin marantau tapi di usir ayahnya. Langit ingat jika Senja pernah mengatakan jika pria itu bukan ayah kandungnya. Dalam pikiran pria itu, mungkin Senja di usir karena ayah tirinya sudah tidak ingin bertanggung jawab dengan Senja.
"Apakah Ayahnya mengusir Senja karena tidak ingin membiayai hidupnya lagi?" tanya Langit dengan lirih.
"Bukan karena itu, Pak. Ada alasan lain," ucap Alex. Baru saja pria itu akan melanjutkan ucapannya, tapi Langit langsung menyela.
"Alasan apa lagi? Jangan berbelit, bicara langsung!" ucap Langit mulai terbawa emosi karena penasaran.
Dalam hati Joni dan Alex berkata, bagaimana mereka bisa mengatakan secara langsung jika setiap ucapannya selalu dipotong dan dijawab Langit. Dia ingin pria itu hanya mendengar dulu semuanya tanpa menyela.
"Karena saat itu Senja sedang hamil dan ayahnya tidak mau malu, sehingga mengusirnya dari rumah," ucap Alex.
"Hamil ...?" tanya Langit dengan kaget.
...****************...