"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH 26
Soraya membanting sendok cukup keras karena merasa geram dengan kehadiran Devi yang begitu tiba-tiba. Apalagi, gadis itu sudah menghilangkan selera makannya. Walaupun ia sudah melayangkan tatapan tajam, tetapi Devi justru bersikap tidak acuh dan memutar bola matanya malas. Makin menambah kekesalan Soraya.
"Siapa kamu? Berani sekali menggangguku!" bentak Soraya.
"Aku tidak ada urusan denganmu, Nona." Devi membalas santai tanpa rasa takut sedikit pun.
"Tentu saja ini ada urusannya denganku. Kamu sudah mengganggu ketenangan makan siangku," ujar Soraya. Terlihat sekali kalau ia sedang berusaha keras menahan emosi.
"Memangnya kenapa? Setidaknya aku lebih baik daripada mengganggu hubungan orang lain apalagi sampai merebut suami orang!" Devi benar-benar emosi. Bahkan ia sudah menunjuk-nunjuk wajah Soraya tanpa rasa takut.
Melihat Soraya sudah mengepalkan tangan, Roger yang sejak tadi terlihat sangat tenang dan berusaha bersikap tidak acuh pun, dengan segera menyuruh Devi agar pergi dari sana. Ia tidak ingin ada keributan.
Awalnya Devi menolak dan tetap menuntut penjelasan dari Roger, tetapi ketika melihat sorot mata lelaki itu, Devi pun memilih pergi dengan penuh kekesalan. Ia sudah berjanji dalam hati akan membuat siapa pun yang menyakiti Nazura, hidup dalam penderitaan.
"Roger, katakan padaku. Apakah wanita itu memang sudah pergi darimu?" tanya Soraya penasaran.
"Ya." Roger menjawab singkat.
Pantas saja sudah seminggu ini aku tidak melihatnya. Batin Soraya.
"Sudah. Aku mau kembali ke kantor. Kalau kamu masih mau di sini, aku pergi dulu karena pekerjaanku masih banyak." Roger beranjak bangun dan berjalan pergi. Soraya pun dengan gegas menyusul langkah Roger karena ia tidak ingin ditinggal sendirian.
***
Ketika membuka pintu apartemen, Roger hanya bisa mendes*hkan napas ke udara secara kasar. Sekarang ia hanya berteman dengan kehampaan dan jujur Roger sangat merindukan suasana di apartemen beberapa waktu lalu di mana setiap kali pulang kerja, Roger akan disambut oleh Nazura.
Hah!
Roger memilih bergegas masuk ke kamar sebelum pikiran tentang Nazura makin menghantuinya. Ia tidak ingin lemah dan terperdaya oleh wanita. Namun, ketika melewati ruang makan, Roger dibuat terheran dengan beberapa hidangan yang tersaji di atas meja. Padahal ia tidak merasa memesan makanan apalagi menyuruh pelayan untuk memasak. Lagi pula, tidak ada yang tahu sandi apartemennya kecuali dirinya, Soraya, dan Nazura.
"Siapa yang menaruh makanan di sini?" gumamnya lirih.
Sungguh, ia tidak menyangka akan mendapat kiriman seperti ini. Ketika sedang dilanda kebingungan, pandangan Roger teralihkan ke arah secarik kertas yang tergeletak di samping tempat nasi. Roger mengerutkan kening saat dirinya merasa tidak asing dengan tulisan tangan tersebut.
Maaf, Tuan.
Hari ini saya masak sangat banyak dan tidak mungkin bisa menghabiskan sendiri. Jadi, daripada terbuang sia-sia maka dari itu saya kirim ke apartemen Anda. Kalau semisal Anda tidak suka, lebih baik berikan kepada gelandangan atau siapa pun, asal jangan dibuang, Tuan. Tidak baik membuang makanan.
Ya, Roger sangat bisa mengingat jelas kalau tulisan tangan itu adalah milik Nazura. Ia tidak akan pernah melupakannya. Roger pun segera merogoh saku celana dan mengambil ponsel dari dalam sana. Lalu berusaha menghubungi Nazura. Akan tetapi, semua percuma. Nomor Nazura tidak bisa dihubungi sama sekali.
Dengan gerakan cukup kasar, Roger menghempaskan bokongnya ke atas kursi lalu mengusap wajahnya berkali-kali. Ia benar-benar seperti orang yang sedang frustrasi. Roger pun mengambil sendok dan mencicipi makanan tersebut.
Benar! Ini masakan Nazura. Tidak salah lagi karena Roger sudah hafal rasa masakan istrinya.
Roger berusaha menghubungi Nazura kembali, tetapi masih tidak bisa terhubung. Dengan terpaksa, Roger meminta anak buahnya agar mencari informasi tentang Nazura. Apa pun dan bagaimanapun caranya, ia harus bisa menemukan Nazura.
Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja, Na. Kalau aku sudah berhasil menemukanmu maka lihat saja, aku akan memberi hukuman untukmu!
Dengan antusias, Roger memakan makanan tersebut. Selera makan yang sempat hilang beberapa hari ini pun kini kembali. Ia begitu rakus seperti orang yang sedang sangat kelaparan.
suka nih peran cewe begini