NovelToon NovelToon
From Hell To Absolute

From Hell To Absolute

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.

Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.

Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Aura yang mengamuk di dalam ruang administrasi perlahan mereda, namun suasana tetap mencekam. Orang-orang yang tadi berlarian dan bersembunyi kini masih gemetar di sudut ruangan, tak berani bersuara.

Alexander—Hunter Rank S Amerika—berdiri di depan Jinwoo dengan wajah menegang. Emosi yang hampir meledak tampak jelas dari mata emasnya, urat di pelipisnya tampak menonjol. Ia hampir tak mampu menahan amarah yang membara di dalam dadanya.

Namun… bayangan Dorian, yang memberikan peringatan tiba-tiba muncul dalam pikirannya.

Napas Alexander tersengal-sengal. Tangan yang mengepal kuat perlahan terkulai. Dia menutup mata sejenak, mencoba meredakan gejolak dalam dadanya.

“Haaah…”

Tarikan napas panjang terdengar, kemudian ia membuka mata dengan tatapan tajam.

“Baiklah…” ucapnya, suara dingin seperti baja yang digoreskan ke batu.

“Kau duluan… jelata.”

Nada suaranya penuh hinaan, namun tak ada lagi ledakan aura seperti sebelumnya.

Jinwoo hanya menggeleng pelan, seakan kalimat Alexander tak lebih dari gonggongan anjing liar di pinggir jalan.

Dalam hatinya ia bergumam lirih, “Baik dulu maupun sekarang… sifat dasar manusia tidak pernah berubah. Mereka hanya akan terus merasa di atas sampai mereka melihat neraka yang sebenarnya.”

Dia lalu berbalik menuju resepsionis yang masih gemetar ketakutan. Suster itu hampir menjatuhkan pena di tangannya ketika Jinwoo berdiri di depannya.

“Permisi,” ucap Jinwoo tenang, suaranya menenangkan namun tetap menggetarkan hati.

“Maaf… aku mau membayar biaya pengobatan pasien.”

Suster itu mengangguk cepat, mencoba meredakan ketakutannya.

“A-atas nama siapa, Pak?”

“Pertama… atas nama Ethan,” jawab Jinwoo.

“Dan kedua… atas nama Lily.”

Namun begitu nama Ethan disebut, Alexander yang tadinya hanya berdiri dengan tangan terlipat berubah ekspresinya. Matanya menyipit, aura samar kembali bergetar. Ia lalu menepuk pundak Jinwoo dari belakang dengan sedikit kasar.

“Hei,” katanya, suaranya kali ini terdengar penuh tekanan.

“Bisa kita bicara sebentar di luar? Ada yang perlu aku tanyakan.”

Jinwoo bahkan tidak menoleh.

“Aku sibuk,” jawabnya dingin.

“Bertanya saja pada orang lain. Dan… lepaskan tanganmu itu.”

Urat di pelipis Alexander meledak, wajahnya berubah merah oleh amarah.

“Kau memang tidak tahu diuntung!” geramnya.

Dia segera mengerahkan kekuatan fisiknya, mencoba menghempaskan Jinwoo ke samping seperti mengusir serangga. Tapi begitu tangannya mendorong tubuh Jinwoo…

…dia terdiam, matanya melebar.

Tubuh Jinwoo tidak bergeming sedikit pun, seperti mendorong dinding gunung yang tak tergeser.

Alexander mengucek matanya, tak percaya.

“Ap… apa-apaan ini?” gumamnya.

Ia mencoba lagi, kali ini dengan lebih banyak kekuatan, bahkan sedikit mengaktifkan aura pedangnya.

Namun hasilnya tetap sama.

Jinwoo berdiri tegak, tak bergerak sama sekali, seolah Alexander hanyalah angin sepoi-sepoi.

Jinwoo menoleh sedikit, tatapannya dingin dan penuh kejengkelan.

“Sudah selesai?” tanyanya datar.

Alexander mundur selangkah, wajahnya memerah.

“Apa maksudmu, dasar sialan?!” pekiknya.

“Aku… aku hanya tidak serius tadi!”

Namun di dalam hatinya, ia tercengang. “Aku sudah menggunakan setengah kekuatanku… tapi dia bahkan tidak bergerak sedikit pun. Siapa sebenarnya orang ini?!”

Suster resepsionis kembali dengan tangan gemetar, membawa selembar kertas.

“P… Pembayarannya sudah lunas, Tuan,” katanya.

Jinwoo menerima cek itu, lalu mengangguk kecil.

“Terima kasih.”

Dia berbalik, hendak meninggalkan tempat itu.

Namun Alexander kembali menghalangi jalannya, kali ini dengan wajah serius.

“Aku tidak main-main lagi,” katanya, suaranya dalam dan tegas.

“Ikut aku sekarang keluar. Aku ingin tahu apa hubunganmu dengan Ethan.”

Langkah Jinwoo terhenti.

Keheningan menyelimuti ruangan, dan aura yang sebelumnya tenang kini berubah dingin dan mengancam.

Perlahan, Jinwoo mengangkat kepalanya, mata hitamnya berkilat tajam seperti pedang yang baru ditarik dari sarungnya.

Tatapan itu membuat Alexander berkeringat dingin tanpa sadar, nalurinya menjerit bahaya.

“Apakah kau…” suara Jinwoo terdengar rendah dan bergema.

“…orang Kevin?”

Alexander terkejut sesaat, lalu tersenyum miring.

“Tentu. Sepertinya aku tidak bodoh, hm?”

Jinwoo menghela napas berat, menatap sekeliling.

“Kalian terus berdatangan seperti hama yang mengganggu.”

Nada bicaranya penuh jijik.

“Apakah kalian tidak bisa melihat orang lain hidup tenang tanpa campur tangan kalian?”

Alexander tertawa kecil, tawa yang penuh kesombongan.

“Tenang?” Ia mendekat, wajahnya semakin angkuh.

“Seharusnya mereka berterima kasih padaku! Karena aku menjaga gate Rank S ini tidak menjadi gate breaker, kota ini tetap aman.”

Ia menunjuk dada Jinwoo dengan kasar.

“Dan kau… seharusnya merasa terhormat bisa bicara dengan orang sepertiku.”

Jinwoo hanya menatapnya seperti melihat anak kecil yang bicara tentang sesuatu yang tak dimengerti.

“Sungguh konyol.”

Alexander terdiam sepersekian detik, lalu wajahnya berubah menjadi marah besar.

“Cukup basa-basi!” teriaknya.

“Sekarang, ikut aku keluar!”

Keduanya berjalan keluar gedung menuju area parkir. Jinwoo tetap tenang, sedangkan Alexander berjalan cepat di depannya, aura pedag samar bergetar di sekeliling tubuhnya.

Di sisi lain, Elizabeth yang masih di parkiran hampir selesai menelpon kontraktor. Ketika ia melihat Alexander keluar dari gedung dengan wajah masam, ia segera mematikan panggilan dan hendak menghampirinya.

“Alex? Ada apa dengan—”

Namun kalimatnya terhenti ketika matanya melihat sosok pria yang berjalan di belakang Alexander.

Tubuh Elizabeth membeku, matanya melebar penuh ketakutan.

“Itu… bukankah itu…”

Suara Elizabeth bergetar.

“Gelandangan gila yang merusak salonku?!”

Kenangan tentang Jinwoo yang menghancurkan salonnya seperti badai kembali menghantam pikirannya. Napasnya tercekat, tubuhnya hampir goyah.

Alexander yang melihat Elizabeth hanya mengerutkan alis, sedikit kebingungan.

“Elizabeth! Tepat waktu. Aku sudah menemukan orang yang sepertinya memiliki informasi penting.”

Ia menepuk pundak Jinwoo, tersenyum penuh percaya diri.

“Dia bilang dia kenal Ethan. Bagus, kan? Aku tak perlu repot-repot menanyakan langsung pada orang yang sedang sekarat di ranjang rumah sakit.”

Elizabeth menatap Alexander dengan wajah yang semakin pucat.

“I… iya…” katanya tergagap.

“Kau… bagus sekali… Alex… luar biasa…”

Alexander memiringkan kepala, heran melihat sikap Elizabeth yang tak biasa.

“Kenapa kau terlihat aneh? Kau kedinginan karena terlalu lama di sini?”

“Bukan… apa-apa,” jawab Elizabeth cepat, berusaha tersenyum walau keringat dingin membasahi keningnya.

Sementara itu, Jinwoo hanya berdiri di belakang Alexander dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat.

Dia menatap Elizabeth sejenak dan memberikan isyarat halus dengan matanya.

Elizabeth langsung membeku, lalu mengangguk kecil sambil menggigit bibir, menahan ketakutan yang hampir membuatnya berteriak.

Alexander membuka pintu mobil hitam mewah yang diparkir di dekat mereka.

“Hei, jelata!” katanya sambil melirik Jinwoo.

“Cepat masuk. Tuan Leonard sudah tidak sabar untuk bertemu denganmu.”

Jinwoo tersenyum samar, senyum yang membuat Elizabeth semakin ketakutan.

Tanpa kata, dia masuk ke dalam mobil dan duduk dengan santai.

Elizabeth berdiri mematung, menggigit jarinya kuat-kuat.

“Sial… sial… sial…” gumamnya dalam hati.

“Kenapa aku harus bertemu orang sinting itu lagi?!”

Namun tiba-tiba pikirannya membeku.

Wajahnya memucat seperti kain putih.

“Jangan bilang…”

Dia menoleh perlahan ke arah mobil yang baru saja ditutup.

“…semua kejadian yang menimpa Kevin selama ini berhubungan dengan orang sinting itu…”

Tubuhnya bergetar hebat, napasnya tersengal.

“Kalau itu benar…”

Matanya melebar penuh teror.

“Alex… kau sedang membawa singa ke kandang kambing.”

1
Rudik Irawan
nanggung banget
RDXA: hehe/Blackmoon/
total 1 replies
Rudik Irawan
up terus Thor
Ilham bayu Saputr
mantap
Ilham bayu Saputr
crazy up thor
RDXA: insyaallah, terimakasih atas dukungannya 💪
total 1 replies
Rudik Irawan
sangat menarik
Rudik Irawan
lanjutan
mxxc
lanjut bg
Rudik Irawan
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!