"Aku mau seperti Bibi tidak menikah saja," ucap ku yang pasti akan membuat bibi nya marah
"Kau ini jangan bicara sembarangan! bagaimana kalau di dengar oleh mama mu!"
"Aku tidak secantik Bibi dan tidak punya tubuh sebagus tubuh Bibi yang seorang model, mana ada cowok yang tertarik dengan orang sejelek aku ini, gadis pendek dan berkacamata tebal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon waini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demam
“Mereka sudah tidak berhubungan lagi” Val menjelaskannya.
“Kau bilang mantan pacar...lalu pacar Ian sekarang siapa? Sama siapa? Apa kalian adalah salah satu-
“Kau mau ngomong apa hah? Apanya yang salah satu? Kami ini masih normal tahu!” ucap Mike yang sudah bisa menebak jalan pikiran Agatha.
“Lebih baik kau turuti saja apa yang dikatakan Ian padamu, untuk menjauhi Brian” Val memperingatkannya pada Agatha.
“Kenapa? Apa dia sangat berbahaya?” desak Agatha.
“Kau tidak perlu tahu banyak, turuti saja omongan kami” Mike ikut memperingatkannya.
“Sebenarnya apa yang terjadi?” batin Agatha jadi bingung karena Val dan Mike tidak mau mengatakan apa yang terjadi antara Ian dan Brian hingga ia jadi bertanya-tanya sendiri.
Sudah jam delapan malam, Ian masih belum keluar dari kamarnya. Agatha mendatangi kamarnya sambil membawa makan malam, karena sejak tadi Ian belum makan.
“Ian” panggil Agatha sambil mengetuk pintu kamarnya, tidak ada jawaban.
“Ian aku membawa makan malammu, apa kau tidak lapar? Bukankah sejak siang tadi kau belum makan?” karena tidak ada jawaban, Agatha mencoba membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Ia perlahan-lahan masuk dan menghampiri Ian yang sedang terbaring di tempat tidur.
“Kau baik-baik saja?” tanya Agatha cemas.
Ian tampak lesu dan wajahnya pucat.
“Kau sakit?” Agatha menyentuh dahi Ian dan ternyata Ian memang demam karena suhu tubuhnya sangat panas.
“Kenapa kau bisa tiba-tiba jadi begini?”
“Aku baik-baik saja” ucap Ian lemah.
“Tunggu sebentar” Agatha segera keluar dari kamar Ian dan Val yang melihat Agatha baru saja keluar dari kamar Ian dengan tergesa-gesa pun ingin tahu.
“Ada apa?"
“Ian sakit, aku akan ke dapur mengambil obat untuknya” sahut Agatha.
“Sakit?” Val tertegun lalu masuk ke kamar Ian.
Tak berapa lama kemudian, Agatha datang dengan sebaskom es batu, handuk, obat dan semangkuk sup panas untuk Ian.
“Sudah berapa lama ia seperti ini?” tanya Val pada Agatha.
“Aku tidak tahu, aku baru saja mengetahuinya ketika ingin mengantarkan makan malamnya tadi” Agatha lalu mengompres dengan es batu dan meletakkannya di dahi Ian.
“Kenapa bisa jadi seperti ini?” batin Val.
“Ian apa kau bisa bangun sebentar? Kau harus makan dulu sebelum makan obat” Ian mencoba bangun dibantu oleh Val yang membetulkan bantalnya. Agatha mengambil semangkuk sup dan duduk di sisi tempat tidur Ian.
“Mau ku suapi?” tanya Agatha.
Val mengambil sup itu dari tangan Agatha. “Biar aku saja, kau pergi istirahat saja”
“Ingat, setelah selesai kau harus memberikan obat padanya” Agatha meletakkan satu papan obat ke meja kecil di samping tempat tidur Ian.
“Ya aku tau, cepat pergi sana” usir Val.
“Aneh, ada apa dengannya?” Agatha mendengus kecil dan melangkah keluar.
Sudah dua hari Ian tidak datang ke kampus dengan alasan sakit padahal sebenarnya ia ingin menghindari dari Brian. Tapi hari ini Ian memutuskan untuk pergi ke kampus bersama mereka dan di dalam mobil, Agatha terus memperhatikan Ian yang duduk di sampingnya. Ian tahu Agatha terus meliriknya dan ia merasa risih.
“Kau lihat apa?” ucap Ian ketus sambil melotot pada Agatha.
“Hari ini kau diam sekali, biasanya kau tiap hari sangat berisik”
“Jadi kau ingin aku mengganggumu terus tiap hari?” Ian mendekatkan wajahnya dengan mata tetap melotot.
“Tidak, maaf” ucap Agatha segera.