Enam Tahun yang lalu,Bagaskara seorang CEO muda yang tampan menjalin kasih dengan seorang perempuan bernama Indah karyawan disebuah Butik.
Aryo Hadiningrat yang tak lain adalah Ayah dari Bagaskara menentang hubungan mereka,kisah asmara Bagas dan Indah yang berlangsung Enam Bulan itu menghasilkan benih yang berumur "8"Minggu,karena tidak direstui itulah mereka menikah diam-diam yang disaksikan oleh Kakek,Adik dan "2"sahabatnya.Saat melahirkan bodyguard Aryo membawa pergi Bagas dan bayinya,namun yang tidak mereka ketahui adalah bayi itu kembar.
Saat usia anak itu 3 Tahun Indah di bunuh oleh Aryo dirumahnya saat tengah malam.
"Apakah nanti saudara kembar itu akan bisa bertemu?
"Apakah nanti pembunuhan demi pembunuhan yang sudah terjadi akan terungkap?
Simak dan pantau terus Novel aku ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meninggalnya Kakek Iskandar
Tepat jam satu siang Zayn sampai di gedung A tempat diselenggarakannya sebuah meeting akbar. Banyak orang penting yang hadir termasuk para pemilik Hotel-hotel ternama dan perwakilan dari pedagang UMKM. Hotel milik Zavier memang letaknya agak jauh dari pesisir pantai namun bisa dibilang cukup ternama dan juga banyak dari orang penting yang menginap diHotel milik Zavier selain ada yang berkepentingan untuk bisnis ataupun juga untuk liburan karena letaknya yang strategis.
"Bagaskara." Sapa Aryo ketik melihat Bagaskara berjalan masuk ke dalam ruangan.
''Oh, Ayah." Sapa Bagas seadanya.
"Ke arah sini." Ajak Aryo agar duduk disebelahnya.
"Nggak Ayah Aku duduk disana saja itu Jenno asistenku disana sudah menunggu, Aku ke sana ya Yah." Kata Bagas dengan maksud menghindari Aryo.
Bagaskara yang sudah mengetahui keburukan Ayahnya kini mulai merasa risih dan jijik apalagi Ia juga dengan tega menggauli Melisa yang statusnya istri dari Bagaskara Anaknya sendiri meskipun hanya istri diatas kertas. Kalaupun Bagaskara bisa memilih Ia ingin bercerai dan hidup dengan nyaman bersama kedua Anak-anak nya saja, namun keinginan hanya tinggal keinginan saja untuk saat ini.
"Silahkan duduk Tuan." Asistennya mempersilahkan.
"Iya, Tuanmu mana Akbar?" Tanya Bagas sambil membanting bokongnya ke sebuah kursi.
"Masih Otewe kesini Yah, tapi seharusnya sudah sampai sih.... Oh itu Dia Tuan!" Jawab Akbar sambil mengedarkan pandangan ke arah pintu masuk dan berteriak serta melambaikan tangan ketika melihat Zayn.
Zayn masuk keruangan dengan gaya yang cool banyak pasang mata yang melihatnya dengan kagum apalagi kaum perempuan.
"Itu Anaknya Bagaskara, masih muda udah sukses benar-benar impian." Ucap pengusaha A.
"Betul, gantengnya sama dengan Ayahnya." Pemilik Hotel Xx buka suara.
Zayn kemudian duduk bersama Ayah Bagas dan asistennya, kemudian meeting dimulai semua mendengarkan dengan seksama. Setengah jam berlalu dan handphone milik asisten Zavier berbunyi, mendengar berita yang di sampaikan Akbar terkejut dan dengan nada yang rendah dan pelan memberitahukan kepada Tuannya dan Zavier pun seketika terkejut dan bulir bening mengalir dengan derasnya Ia sangat terkejut mendengar bahwa Kakek Iskandar ditemukan sudah tidak bernyawa di atas ranjang tempat tidurnya, lalu Bagaskara juga tak kalah terkejutnya saat diberitahukan berita oleh Jenno lewat sebuah pesan singkat.
Bulir bening menetes dengan derasnya di kedua matanya, Zavier dan Ayah Bagas serta asistennya perlahan meninggalkan ruangan dengan langkah yang lunglai.
"Tes-tes" Air mata Zayn dan Bagaskara menetes dengan derasnya.
"Kakek...." Ucap Zayn lirih sambil perlahan berjalan dipapah Asistennya.
"Kakek...." Bagas berkata dengan lirih juga Ia berjalan terhuyung-huyung.
Semua peserta meeting berdiri berbalut dengan rasa penasaran karena Isak tangis Bagas dan Zayn dan meeting nya berhenti sejenak, panitia memberi informasi dan semua terkejut dan bersedih termasuk Aryo.
"Innalilahi wainailaihi rojiun." Hampir serempak mengatakan.
"Ayah!" Teriak Aryo dan berjalan keluar.
Lalu....
Lima belas menit kemudian Zayn dan Bagaskara beserta Asistennya sampai di mansion Bagaskara, Isak tangis kembali terdengar termasuk Melisa yang menangis buaya.
"Kemana saja Kamu sehingga Kau sampai tidak tahu kalau Kakek sudah terbujur kaku begini!!" Bagas berteriak dengan suara yang menggelegar Ia terlihat syok melihat jenasah Kakek Iskandar terbujur kaku.
"Kakek buyut....." Zayn terisak.
"Ma-maafkan Saya Tu-tuan...Saya hanya meninggalkannya sebentar sekitar sepuluh menit ke kamar mandi perut Saya sakit, dan tadi Tuan Iskandar beranjak tidur setelah minum vitamin ya Ia tampak beberapa kali menguap." Asisten menjelaskan dengan tangan bergetar dan raut wajah penuh ketakutan.
"Kakek... Hugh-hughs...brugh." Melisa masuk kekamar dengan tangisan buayanya Ia menjatuhkan tubuhnya kejenasah yang telah terbujur kaku itu.
"Huft...drama lagi, Sudah segera saja Kita urus jenasah Kakek Buyut." Ucap Zayn spontan kemudian berlalu pergi.
Berita duka telah tersebar ke seluruh Kota karena Kakek Iskandar adalah orang yang terpandang mitra bisnisnya ada dimana-mana Iskandar termasuk juga orang yang berpengaruh. Di hotel milik Zavier pun saat ini semua karyawan merasa bersedih perihal berita duka yang telah mereka dengar.
Zavier pun yang saat ini sedang berada di Apartemen milik Zayn terkejut Ia terisak bulir bening terus berjatuhan membasahi wajahnya.
"Zavier...Kakek Buyut meninggal, Ia terbujur kaku dikamarnya saat di temukan Asistennya, setelah pemakaman nanti biar Akbar menyelidikinya." Pesan singkat dari Zayn.
"Hah!!! Kakek Buyut.... hugh-hughs...aaaa..huhuhuhu." Zavier terisak.
Satu jam kemudian banyak pelayat yang berdatangan kemansion Bagaskara, banyak yang merasa kehilangan sosok Kakek Iskandar. Aryo sendiri juga merasa kehilangan meskipun hubungan mereka sekarang renggang tapi biar bagaimanapun Iskandar adalah Ayahnya sendiri.
"Kakek...Aku bersedih untukmu bagaimanapun Aku besar karenamu, namun Aku juga turut senang tanpa Aku turun tangan Kamu sudah pergi dengan sendirinya." Ucap Aryo dalam hatinya sambil tangannya mengusap wajah jenasah Kakek Iskandar yang sudah terbungkus kain putih dengan seulas senyum smirk tipis tanpa ada siapapun yang mengetahuinya.
Sore Harinya jenasah Kakek Iskandar diantar ke peristirahatan nya yang terakhir, di sebuah pemakaman keluarga di pinggir Kota. Banyak juga pelayat yang mengantar dengan hati yang berduka dan tetesan air mata.Zavier sendiri juga melihat saat jenasah di kebumikan dari jauh dengan masker dan kacamata hitam yang menutupi wajahnya dan jubah hitam juga, dibalik kaca matanya bulir bening terus mengalir tanpa henti.