Seorang wanita mendatangi klinik bersalin di tengah malam buta. Wanita itu meringis menahan rasa sakit. Sepertinya dia ingin melahirkan.
Setelah mendapatkan pertolongan dari Bidan, kini wanita itu menunggu jalan lahir terbuka sempurna. Namun, siapa sangka ia akan di pertemukan oleh lelaki yang sengaja ia hindari selama ini.
"Lepas, Dok! Aku tidak butuh rasa kasihan darimu, tolong jangan pernah menyakiti hatiku lagi. Sekarang aku tak butuh pria pengecut sepertimu!" sentak wanita itu dengan mata memerah menahan agar air mata tak jatuh dihadapannya.
"Alia, aku mohon tolong maafkan aku," lirih lelaki yang berprofesi sebagai seorang Dokter di sebuah klinik bersalin tempat Alia melahirkan. Lelaki itu menatap dengan penuh harap. Namun, sepertinya hati wanita itu telah mati rasa sehingga tak terusik sedikitpun oleh kata-kata menghibanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Resha
Setelah Hanan dan Hendra pergi, Resha berpapasan dengan Evi saat keluar dari kamar Alia. Wanita baya itu menyapa dengan ramah.
"Hai, kamu psikolog yang dibicarakan oleh Hanan kemarin ya," sapa wanita baya itu.
"Ah benar, Tante. Nama saya Resha," jawab Resha dengan ramah.
"Ya ya, apakah ada kemajuan tentang kondisi Alia?" tanyanya mencari informasi.
"Alhamdulillah sudah ada, Tan, sepertinya Alia sudah mulai bisa mengingat sedikit demi sedikit," jawab Resha jujur sekali.
"Ah syukurlah, yasudah, kalau begitu Tante ke belakang dulu. Kamu jangan sungkan ya, anggap saja rumah sendiri," balas wanita baya itu memasang sikap begitu baik dan manis.
"Baik, Tante, terimakasih."
Resha menemui Bibik untuk meminta sarapan untuk Alia. Namun, saat dia membawa bubur itu, Resha merasa curiga melihat tekstur buburnya, dan sedikit berbusa.
Resha tak lantas memberikan bubur itu pada Alia, tetapi ia mengambil alat toksikologi yang ada di dalam mobilnya. Resha merasa curiga bahwa makanan itu mengandung racun. Ya, selain seorang psikolog, Resha juga bertugas di bagian laboratorium.
Saat Resha ingin masuk kembali, ia melihat sebuah mobil mewah memasuki perkarangan rumah itu, terlihat seorang wanita cantik keluar dari mobilnya. Resha melihat Evi menyambut kedatangan wanita itu dengan sumringah.
Sedikit penasaran, Resha bersembunyi dibalik tiang teras rumah itu sembari mendengar obrolan mereka.
"Bagaimana Tante? Apakah kali ini Tante yakin akan berhasil?" tanya Nova
"Kamu tenang saja, kali ini rencana kita pasti berhasil," jawab Evi dengan tawa renyah.
Resha mengerutkan keningnya, rencana apa yang mereka maksud? Tapi kenapa mereka mengukir senyum jahat? Ah sayang sekali dia tak dapat mendengar pembicaraan mereka, karena keduanya menuju taman belakang.
Seketika Resha teringat rencana awalnya untuk mengambil sedikit sampel makanan itu akan memeriksanya. Resha segera menuju kamar Alia.
Resha melihat Alia masih meringkuk di atas tempat tidur. Ia mengeluarkan makanan tadi dari laci, sengaja ia simpan karena takut Alia akan memakan tanpa sepengetahuannya. Sebenarnya merasa berlebihan untuk melakukan pemeriksaan pada makanan Alia, karena melihat orang-orang dirumah itu semua baik dan ramah, dan rasanya tak mungkin mereka berbuat jahat. Namun, hati kecilnya merasa curiga. sebagai orang Labor Resha dapat mencurigai bahwa makanan itu berbahaya.
Resha mengambil sedikit sampel makanan itu, lalu mengujinya dengan alat medis yang sengaja ia bawa kemana-mana. Seketika Resha membekap mulutnya saat melihat hasilnya. Seratus persen makanan itu mengandung racun tikus.
Resha menyimpan hasil pemeriksaannya, lalu dengan cepat ia membuang bubur ayam itu di kamar mandi. Resha akan menyelidiki siapa orang yang berniat untuk meracuni Alia.
Resha membawa mangkok kotor itu ke dapur, kembali ia berpapasan dengan Evi dan wanita cantik yang tadi ia dengar bernama Nova.
"Eh, sudah selesai Alia makan?" tanya Evi sembari menatap mangkok kosong yang ada di tangan Resha.
"Ah ya, baru saja selesai, Tan," jawab Resha berbohong, ia segera meneruskan langkahnya menuju dapur, sekilas ia melihat kedua wanita itu tersenyum. Dan timbullah kecurigaan dihatinya pada mereka.
"Apakah benar orangtuanya Mas Hanan ada niat buruk pada Alia?" batin Resha bertanya-tanya.
Resha kembali ke kamar, ia segera membangunkan Alia untuk membawanya keluar. Ia harus membawa Alia sarapan diluar, karena ia tidak ingin mereka curiga bila harus membuatkan sarapan kembali.
"Alia, ayo ikut aku," ucap Resha membangunkan Alia yang kembali ketiduran.
"Kamu mau bawa aku kemana?" tanya Alia menatap bingung.
"Kita jalan-jalan, mau nggak?" tanya Resha.
"Apakah ingin bertemu dengan anakku?"
"No, kita lihat bunga dan kupu-kupu di taman, bagaimana, apakah kamu mau?"
"Kupu-kupu? Bunga?" tanya wanita itu dengan netra berbinar.
"Ya, kamu pasti suka 'kan?"
Alia hanya mengangguk dan tersenyum senang. Ia segera berdiri saat Resha membimbingnya untuk keluar kamar.
"Lepaskan aku, kenapa kamu membimbingku, aku tidak buta," celoteh wanita itu melepaskan pegangan tangan Resha.
"Hahaha... Baiklah, ayo cepat ikut aku." Resha terkekeh mendengar ucapan Alia yang begitu polos.
"Loh, kalian mau kemana?" tanya Evi saat melihat Resha dan Alia ingin keluar.
"Ah, aku ingin membawa Alia ke RS, karena hari ini ada jadwal Alia untuk bertemu dengan psikiater," jawab Resha beralasan.
Terlihat wanita baya itu menatap heran pada Alia. "Apakah Alia baik-baik saja?" tanyanya memastikan, karena tak melihat adanya tanda-tanda keracunan pada Alia.
"Ya, Alia baik-baik saja. Emang ada apa, Tan?" tanya Resha curiga.
"Ah tidak apa-apa. Ya pergilah, nanti kalian terlambat," ucap Evi berusaha untuk tetap tenang.
Resha segera mengendarai mobilnya menuju sebuah Cafe, ia menemani Alia sarapan, setelah itu memberi obat. Wanita itu sudah seperti seorang Kakak yang sedang merawat sang adik yang terkena gangguan mental.
"Resha, mana kupu-kupunya?" tanya Alia menuntut janji Resha padanya.
"Ya baiklah, ayo kita pergi sekarang." Resha segera membawa Alia menuju sebuah taman, kebetulan hari masih pagi, sepertinya ini momen bagus untuk membawa Alia bicara.
Setibanya di taman, Resha membawa Alia duduk disebuah bangku panjang sembari menikmati sinar mentari pagi.
"Alia, apa harapanmu?" tanya Resha yang membuat Alia menoleh menatap dirinya.
Sesaat tatapan mereka bertemu, Alia menunduk, ia tak menjawab pertanyaan Resha. Tatapannya lurus kedepan.
"Aku ingin bayiku," ucapnya lirih dengan netra berkaca-kaca.
Resha menggengam tangan Alia dengan lembut. "Alia, lihat aku. Kamu harus bisa bangkit dari keterpurukanmu. Ingatlah Alia, masa depanmu masih panjang. Ikhlaskan segala yang pernah terjadi. Sekarang kamu memiliki suami yang begitu menyayangimu. Ikhlaskan, maafkan, agar semua beban dihatimu sirna, dan mulailah dengan kehidupan barumu," ucap Resha dengan lembut sehingga membuat jiwa wanita itu tersentuh.
Alia kembali menatap Resha. Ada sesuatu yang ingin ia katakan, tetapi lidahnya terasa kelu. Ia berusaha melawan segala bisikan demi bisikan dihatinya untuk membuat pikirannya tak stabil.
"Ada apa Alia? Ayo katakanlah," ucap Resha menanti kata-kata yang akan diutarakan oleh Alia.
Alia hanya menggelengkan kepala. Hatinya belum cukup kuat untuk menerima kenyataan . Namun, ia akan berusaha untuk meyakinkan hatinya.
"Baiklah, ayo sekarang kita jalan-jalan kesana untuk melihat kupu-kupu," ajak Resha, ia tak ingin memaksa Alia untuk berpikir lebih keras, tetapi ia percaya Alia pasti bisa keluar dari kesakitan mentalnya.
Setelah cukup bermain di taman, Resha kembali membawa Alia pulang kerumah orangtua Hanan. Resha masih penasaran tentang racun yang ada di makanan Alia, ia harus menyelidiki, setelah tahu ia akan mengatakan pada Hanan. Tapi untuk saat ini ia belum bisa, karena belum mengetahui siapa pelakunya.
Setibanya di rumah, Resha membawa Alia ngobrol di pinggir kolam, Resha mencatat segala cerita Alia, ia berusaha untuk menjadi konseling terbaik untuk Alia.
"Alia, kamu tunggu disini dulu ya, aku mau ambil ponselku di dalam tas," ucap Resha yang dijawab anggukan oleh Alia.
Saat Resha sudah beranjak, Nova datang menghampiri Alia. Wanita itu menatap benci padanya.
"Dasar wanita gila! Kau benar-benar mempunyai nyawa seribu," ucap Resha menatap muak. Ia menarik tangan Alia untuk mendorongnya masuk kedalam kolam.
"Kamu mau apa?" tanya Resha yang telah berdiri di belakangnya.
Bersambung....
Happy reading🥰
fix no debat