After Married

"Nis, gue takut Faaz nangis. Udah yah, lo aja pergi sendiri," gumam Michele saat hendak turun dari mobil.

"Kampret lo ya, kita udah jalan sejauh ini. Gue juga udah izin sama laki gue, lo malah mau nyerah! lo niat gak sih mau nemuin si Rara! " cetus Nisa kesal.

"Faaz gak akan nangis Mah. Kan ada Victor, ada bunda juga sama papa dan ayah." jawab Chila membuat Nisa semakin menatap sahabat nya dengan tajam.

Rumah yang akan di tuju oleh Nisa dan Michele beserta dia tuyul itu terbilang cukup plosok. Menempuh hampir empat jam dari kota, dan masih memasuki perkampungan yang lumayan kumuh. Bahkan Michele dan Nisa sama sekali tidak pernah terpikir bahwa ada tempat seperti itu.

"Emang temen nya tante Nisa kaya gimana sih orang nya? Ken penasaran." gumam Ken sambil melihat lihat keluar mobil, mereka berempat masih berada di dalam mobil, berada di tepi jalan dan harus masuk ke dalam sebuah gang kecil, dan terpaksa harus meninggalkan mobil di sana.

"Tante Rara cantik kok, baik juga." kata Chila menjawab pertanyaan Ken.

"Sama kamu cantik kan mana?" tanya Ken menatap Chila gemas.

"Astaga bocah, jangan modus. Buruan ayo turun!" saut Michele memisahkan Ken dan Chila yang sejak tadi pada tebar pesona.

"Ya udah, lo disini aja. Biar gue yang masuk ke dalam! Ken tunggu disini sama tante Michele." kata Nisa nekat memilih keluar, "Satu lagi kamu jangan modus sama Chila. Dia udah ada yang punya!"

"Dih, siapa yang punya? " tanya Ken penasaran.

"Tentu saja ayah sama bunda nya!" jawab Nisa cuek lalu ia segera turun dari mobil dan pergi sendirian.

Nisa mengetuk pintu rumah satu persatu, menanyakan tentang alamat yang ia tuju. Hingga saat ia sampai di rumah paling ujung sana menurut nya paling kecil, ia berhenti nampak ragu lalu akhirnya ia mengetuk nya.

Cukup lama Nisa mengetuk pintu namun nyatanya hingga hampir setengah jam tidak ada yang membuka nya. Rumah itu paling terpencil, sedikit jauh dari para tetangga. Hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya kepada para tetangga di sekitar.

"Permisi Bu, maaf apa bener ini alamat Ibu Gina?" tanya Nisa sambil menunjukkan alamat rumah yang sudah ia catat.

"Iya bener mbak. Tapi bu Gina udah gak ada."

"Gak ada? maaf kalau boleh tahu pindah kemana ya Bu?"

"Orang nya sudah meninggal beberapa hari yang lalu mbak. Dan juga jasad nya sudah di kubur di Jakarta sana. Tidak di bawa pulang karena tidak memiliki biaya."

"Astaghfirullah!" Nisa langsung mengusap dada nya terkejut.

"Anak nya juga sampai sekarang belum pulang. Dia masih di jakarta. " jawab salah seorang ibu yang lainnya.

"Emm, anaknya apakah seperti ini?? " Nisa membuka galeri HP nya dan menunjukkan foto sahabat nya.

"Bukan mbak, ini mah menantu nya."

"Hah, me—menantu?" Nisa kembali terkejut setelah mendnegar fakta baru, "Dimana menantunya ini ya Bu?"

"Setau saya menantu nya sudah pergi mbak, lagian siapa yang tega sih sama suami pengangguran dan tukang mabuk begitu. Makanya istri dan anak nya kabur."

Nisa langsung terdiam setelah mendengar cerita dari beberapa orang yang tinggal di sana. Ia menyimpulkan bahwa ternyata Rara sudah menikah dan memiliki anak. Tapi orang yang ia temui waktu itu di rumah sakit siapa? ia yakin bahwa itu adalah Rara, tapi mengapa ibu ibu di sana bilang kalau Rara sudah lama pergi, sementara di jakarta ia baru saja bertemu beberapa hari yang lalu. Dan ternyata Rara mengantarkan ibu Gina itu makanya ia bisa tahu alamat yang di kampung ini.