Season ketiga dari novel (Psycho CEO) When the devil falls in love.
Dendam, Amarah, Putus asa, Cinta dan Pengkhianatan terus di rasakan oleh pria tampan itu hingga menjadikan nya penguasa dunia gelap dan pengendali di balik layar yang tak mengenal rasa ampun dan kasihan.
Saat tak lagi percaya dengan 'Cinta' pria itu bertemu dengan gadis yang mampu menggoyahkan hati nya.
Namun apa jadinya jika gadis yang mengisi hati nya tersebut ternyata memiliki hubungan dengan orang yang menjadi sasaran balas dendam nya?
...
"Gila! Kau pikir kau akan bisa membunyikan ku berapa lama?!" umpat gadis itu menatap tajam wajah datar pria di depan nya.
"Entahlah, Mungkin...
Selamanya?" jawab pria itu tanpa ekspresi sembari menyentuh wajah gadis yang sudah ia klaim sebagai milik nya.
"Aku akan membunuh mu! Sungguh!" balas gadis itu dengan amarah yang menumpuk di mata nya.
"Do it! I'll be waiting for that," pria itu mengeluarkan smirk licik nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku hamil?
4 Hari kemudian.
Setelah kembali dari kemah yang ia inginkan, gadis itu mendapat pertanyaan yang aneh dari pria nya.
Tumben dia tanya periode datang bulan ku?
Gadis itu pun kembali memakai riasan nya, karna hari ini ia ingin ke RS menemui sang kakak.
......................
JBS Hospital.
Setelah pertemuan yang di janjikan untuk pembahasan bisnis pria itu mengulurkan tangan nya untuk menjabat Louis.
"Anda masih muda namun sangat berbakat," puji nya dengan tersenyum.
Louis diam sejenak namun menampilkan secarik senyuman kecil, "Saya rasa anda sedang memuji diri anda sendiri."
Setelah itu ia pun segera keluar dari ruangan sembari dengan sengaja meninggalkan salah satu barang nya agar bisa memiliki alasan untuk kembali.
...
Louise yang sudah sampai di JBS Hospital pun beranjak ke lift agar segera ke ruangan sang kakak.
"Tunggu!"
Gadis itu tersentak saat seseorang yang tiba-tiba datang ke lift nya dengan tergesa, ia mengernyit karna lift yang ia gunakan bukanlah lift yang bisa di gunakan untuk umum namun hanya untuk orang-orang penting di JBS Hospital.
"Anda salah lift?" tanya nya saat pintu lift tersebut tak jadi tertutup.
Deg!
Ia mengernyit rasanya pernah melihat pria itu entah dimana namun ia tak bisa mengingat nya.
"Salah? Tapi tadi saya naik lift ini juga," jawab pria itu sembari melihat ke arah sekeliling lift.
"Anda mau kemana?" tanya Louise lagi.
"Ruangan Presdir, setelah negoisasi saya meninggalkan dompet saya." jawab nya pada gadis itu.
Louise pun diam dan membiarkan pria itu masuk, tak ada pembicaraan apapun dan hanya ia dan pria itu lah yang berada di lift.
Pria itu sesekali melirik ke arah nya, ia dapat merasakan nya walau tak melihat langsung.
"Kita pernah bertemu?" tanya gadis itu dan membuat pria tampan itu tersentak.
"Saya rasa tidak, apa nona rasa pernah bertemu dengan saya?" tanya pria itu sekali lagi.
"Entahlah," jawab Louise singkat.
"Alex," ucap pria itu memperkenalkan diri nya sembari mengulurkan tangan nya.
Louise melirik wajah nya masih tak menunjukkan ekspresi apapun, walaupun ia merasa enggan namun ia tau jika pria itu mungkin saja akan menjadi rekan bisnis JBS group.
"Louise," jawab gadis itu sembari membalas jabatan tangan nya.
Secarik smirk tertarik di ujung bibir pria itu, ia seakan mendapat jackpot dengan pertemuan yang di luar rencana nya.
...
Setelah Alex mengambil dompet nya, kini di ruangan yang memiliki design klasik mewah itu hanya tersisa dua saudara kembar dengan sang adik yang terus menatap tajam pada kakak nya.
"Apa? Kalau mau ada yang di tanyakan, tanya saja! Aku merinding kalau di lihat begitu," ucap Louis yang mulai risih karna adik nya yang terus memperhatikan.
"Akses JBS farmasi kenapa aku tidak boleh akses? Bukan lebih tepat nya aku tidak bisa akses sama sekali," tanya gadis itu yang semakin sulit mengakses data perusahaan nya sendiri.
"Tidak tau, mungkin karna kau memarahi mesin nya." jawab pria itu mengelak.
"Apa hubungan nya?!" tanya Louise kesal.
"Iya, sistem nya cuma mau terbuka kalau yang akses gak cerewet, kau kan suka marah-marah jadi sistem gak mau terbuka." jawab pria itu asal.
Gadis itu kesal mendengar jawaban tak masuk akal dari sang kakak, namun ia berusaha meredam nya.
"Kalau begitu pinjam akses mu," ucap Louise.
Louis mengentikan tinjauan data nya sejenak, dan kembali berusaha tetap tenang lagi agar sang adik tak bisa mengakses sebagain data yang berisi tentang eksperimen manusia yang di lakukan sang ayah.
"Tidak! Mau kau apakan? Nanti kalau ada masalah aku juga yang kena!" jawab pria itu yang sebisa mungkin mengelak.
"Aku sudah buat yang aplikasi, jadi hanya perlu verifikasi sidik jari dan mata mu saja." jawab gadis itu sembari mengeluarkan ponsel nya dan mendekat ke arah kakak nya.
"Mau apa kau?" tanya pria itu menghindar.
"Sini tangan nya," jawab Louise sembari mengarahkan jari kakak nya ke arah layar ponsel nya.
"Ini nama nya pemaksaan!" ucap Louis yang tak mau memberikan verifikasi sidik jari nya.
Auch!
"Sakit! Aku kan bukan anak kecil lagi!" protes gadis itu saat telinga nya di tarik.
"Maka nya jan- Akh!" ucapan pria itu terpotong saat gadis itu berjinjit dan menarik rambut kakak nya.
"Kau jauh-jauh kesini mau bertengkar?" tanya pria itu yang semakin menjewer kedua teliga adik nya.
"Aku mau buka data bukan bertengkar!" jawab gadis itu berteriak.
"Kalau begitu jangan tarik rambut ku!" ucap Louis pada adik nya.
"Kau kan jewer telinga ku!" sentak gadis itu tak mau kalah.
"Nanti kalau kalah nangis!" ucap pria itu kesal.
"Nangislah!" jawab Louise yang juga sama kesal nya.
AKH!
Gadis itu berteriak saat telinga nya semakin di tarik oleh sang kakak.
15 menit kemudian.
"Cengeng!" ucap pria itu saat melihat adik nya yang mau menangis melihat telinga merah nya dari cermin.
Sedangkan ia mengibaskan rambut nya yang rontok karna tarikan yang di berikan adik nya tadi.
"Bisa botak ini," ucap Louis sembari ikut bercermin di samping adik nya.
"Rasain! Biar botak sekalian, biar Clara lupa sama suami nya terus cari suami baru!" ucap gadis itu kesal dan beranjak pergi.
Dulu setiap kali ia bertengkar dengan saudara kembar nya, ia bisa langsung mengadukan sang kakak pada ibu atau ayah nya namun kini ia tak bisa mengadukan apapun.
Dan sebagai ganti nya sang kakak akan di jewer oleh ibu nya karna membuat nya menangis.
"Ih marah! Nanti kakak beliin es krim waktu pulang! Jangan ngambek!" teriak Louis saat adik nya ingin meninggalkan ruangan nya.
Blam!
Tak ada sahutan namun terdengar pintu ruangan nya yang di tutup dengan keras.
Pria itu hanya menggeleng pelan sembari merapikan rambut nya lagi," Haduh, dasar anak nakal."
Setiap kali ia bertengkar dengan adik nya ia tak pernah benar-benar marah, karna baginya gadis itu masih selalu menjadi adik kecil kesayangan nya.
......................
Cafetaria.
"Kau bertengkar dengan Louis?" tanya Zayn saat melihat kedua telinga gadis itu memerah dan wajah yang terlihat sangat kesal.
"Iya! Masa kita gak bisa akses data? Aneh kan? Di jewer lagi telinga ku sampai kayak mau lepas!" jawab Louise kesal.
Zayn diam saja, sebenarnya ia sudah tau apa data yang berada di balik nya, namun karna Louis yang meminta nya untuk tetap merahasiakan dari Louise membuat nya tak mengatakan apapun.
Hoek!
Lagi, perut gadis itu kembali bergejolak tanpa sebab.
"Kenapa? Kau sakit?" tanya Zayn yang langsung mengambilkan air mineral alih-alih milkshake yang di minum gadis itu sebelum nya.
Louise menggeleng pelan, "Belakangan ini memang sering mual."
Zayn tersentak ia lupa tentang kehamilan gadis itu.
"Kau sudah pernah priksa?" tanya pria menatap gadis yang tengah mengusap bibir nya dengan tissu.
"Belum," jawab Louise singkat.
"Kau sudah datang bulan?" tanya pria itu yang mencoba mengalihkan.
"Kenapa aku selalu di tanya datang bulan sih?!" tanya Louise kesal.
"Bukan nya lebih baik kau tes kehamilan saja," tembak pria itu langsung.
Louise membelalak mendengar nya, "Kau diam saja, jadi kesal dengar nya."
"Itu...
Hanya saran ku, kita kan tidak pernah tau apa yang akan terjadi, lagi pula kau kan sering mual..." jawab pria lirih.
Walau hati nya sakit namun ia juga tak mau gadis itu terluka.
Louise diam mendengar nya, dari pada menjawab ia lebih memilih kembali meminum milkshake nya.
......................
Kediaman Rai.
Gadis itu menggoyangkan alat yang ia pegang, sedangkan jantung nya berdegup kencang dengan hasil yang ingin ia lihat.
Jemari nya masih menutup garis yang akan keluar, ia takut dan gugup dalam satu waktu bersamaan.
Deg...deg...deg...
Tangan nya menyingkir perlahan dan,
DEG!
Mata nya membulat sempurna, kaki nya terasa lemas, dan hampir terjatuh namun ia langsung bertumpu pada wastafel di depan nya.
"A-aku hamil?" gumam nya terbata tak percaya.