Nayara Kirana seorang wanita muda berusia 28 tahun. Bekerja sebagai asisten pribadi dari seorang pria matang, dan masih bujang, berusia 35 tahun, bernama Elvano Natha Prawira.
Selama 3 tahun Nayara menjadi asisten pria itu, ia pun sudah dikenal baik oleh keluarga sang atasan.
Suatu malam di sebuah pesta, Nayara tanpa sengaja menghilangkan cincin berlian senilai 500 juta rupiah, milik dari Madam Giselle -- Ibu Elvano yang dititipkan pada gadis itu.
Madam Gi meminta Nayara untuk bertanggung jawab, mengembalikan dalam bentuk uang tunai senilai 500 Juta rupiah.
Namun Nayara tidak memiliki uang sebanyak itu. Sehingga Madam Gi memberikan sebuah penawaran.
"Buat Elvano jatuh cinta sama kamu. Atau saya laporkan kamu ke polisi, dengan tuduhan pencurian?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Rasanya Aku Ingin Merobek Gaun..
Nayara tidak mengerti dengan sikap Elvano yang kembali berubah. Dalam perjalanan menuju Hotel Dinata, tempat acara resepsi di selenggarakan. Pria itu hanya diam saja.
Entah karena terlalu fokus menyetir atau karena terganggu dengan penampilan Nayara.
Bukankah selama ini kita tau, jika pria itu merasa mual saat melihat wanita memakai gaun kekurangan bahan.
Nah, saat ini Nayara meyakini hal itu. Elvano merasa terganggu. Namun tidak mau mendepak gadis itu.
Namun, yang sebenarnya terjadi adalah, Elvano sedang mati - matian menjaga pikirannya tetap waras, agar tidak membungkus Nayara saat itu juga.
Bagaimana pun, Elvano pria yang seratus persen normal. Disuguhkan keindahan seperti ini, tentu saja jiwa lelakinya meronta. Apalagi, selama ini Elvano belum pernah melakukan sesuatu yang menyenangkan itu.
‘Si-al. Hilangkan pikiran kotor mu itu, Elvano.’ Umpat batin pria dewasa itu.
“Bapak baik - baik saja?” Tanya Nayara saat Elvano menggelengkan kepalanya.
“Ya.”
Nayara menghela nafas. Ia pun tak lagi bertanya. Sepertinya Elvano memang tidak ingin berbicara dengannya.
Sampai di tempat acara, kedatangan mereka di sambut oleh dua orang pria paruh baya, yang kini telah menjadi besan. Siapa lagi kalau bukan Bapak Richard Wijaya dan Bapak Arthur Dinata.
Elvano pun memberikan ucapan selamat. Selagi menunggu giliran untuk mengucapkan selamat kepada kedua mempelai di atas pelaminan, Bapak Richard Wijaya mengenalkan Elvano kepada keponakan pria itu. Gyantara Wijaya, yang akan menjadi pemimpin Wijaya Group nantinya.
Nayara tetap berdiri di samping Elvano, toh keberadaannya hanya sebagai pendamping pria itu.
Namun, ucapan Bapak Arthur Dinata tiba - tiba mengalihkan fokus Nayara.
"Omong - omong, kapan kita mendapatkan undangan resepsi dari pak Elvano?" Pria paruh baya itu juga melirik Nayara, dan membuat gadis itu merasa canggung.
“Dia asisten pribadi saya, pak Arthur.” Ucap Elvano sembari menoleh ke arah Nayara.
"Asisten pribadi? Kami kira pasangan pak Elvano. Kalian terlihat serasi sekali." Timpal Bapak Richard Wijaya.
Bagaimana tidak terlihat serasi? Bahkan mereka pun menggunakan pakaian senada, meski tanpa di rencanakan.
Pria bernama lengkap Elvano Natha Prawira itu pun menyunggingkan senyuman tipis.
"Banyak yang mengira begitu, pak Rich. Saya tidak pernah menanggapinya. Tetapi karena pak Rich yang mengatakannya, saya mungkin akan mempertimbangkan." Elvano kembali melirik asisten pribadinya, namun gadis itu mengacuhkannya.
Nayara memalingkan wajahnya. Ia berdecak pelan.
Elvano mengatakan akan mempertimbangkan gadis itu untuk menjadi pasangannya? Apakah begitu maksud ucapan pria itu?
Obrolan berlanjut, yang Nayara tangkap calon CEO Wijaya Group akan menikah dengan sekretarisnya. Dan Elvano terlihat begitu tertarik mendengar kisah keduanya.
Apa pria itu berniat menjalin hubungan dengan Dewi? Pikiran Nayara menjadi kemana - mana.
Setelah selesai berbincang, Elvano dan Nayara pun mendapatkan giliran memberikan ucapan selamat kepada para pengantin.
“Kamu mau makan, Ra?” Tanya pria itu.
“Kan tujuan utama ke kondangan itu untuk makan, pak.” Jawab Nayara asal. Ia sangat kesal didiamkan sejak tadi oleh pria itu.
“Ya sudah, ayo kita makan dulu. Setelah itu, kita harus ke klub untuk menemui Mr. Justin.” Ucap Elvano.
Mereka pun menuju tempat makanan, mengambil beberapa hidangan, kemudian duduk di salah satu meja.
“Pestanya meriah sekali ya, pak.” Nayara mencoba untuk mencairkan suasana. Berharap Elvano melihat ke arah dirinya lebih lama.
“Hmm. Namanya pernikahan dua anak pengusaha. Sudah pasti meriah.” Elvano berbicara tanpa menoleh ke arah gadis itu.
“Apa kalau bapak menikah akan membuat pesta semeriah ini?” Tanya Nayara lagi.
Elvano hanya mengedikan bahu pelan. “Saya belum berpikir untuk menikah, Ra.”
Nayara menghela nafas pelan. Ia tak lagi mengajukan pertanyaan.
“Pak, saya ijin ke toilet sebentar.” Ucap Nayara setelah mereka selesai menikmati makanannya.
Elvano pun menganggukkan kepalanya. Nayara beranjak pergi, dan pandangan pria itu tak terlepas sedikit pun dari tubuh sang asisten.
“Rasanya aku ingin merobek gaun yang dia gunakan.” Gerutu Elvano dengan tangan terkepal sempurna.
Tidaklah Nayara tau, betapa tersiksanya pria itu berada disampingnya, dan tidak bisa melakukan apapun?
.
.
.
Dua puluh menit berlalu, Nayara tak kunjung kembali ke meja itu. Elvano pun mulai uring - uringan. Ia pun mencoba menghubungi sang asisten pribadi, namun sayang dompet yang gadis itu bawa tertinggal di atas meja.
“Dia sangat teledor. Pantas saja berlian mami bisa hilang. Meninggalkan tas sembarang tempat.” Gerutu Elvano. Pria itu meraih tas tangan tanpa tali itu. Kemudian menyusul sang asisten pribadi ke arah toilet.
“Si-al. Kenapa sekarang jadi sering bertemu dengan asisntennya Angga Pratama itu?”
Pria dewasa itu mengumpat pelan, ketika melihat Nayara sedang mengobrol dengan Adrian. Ia pun melangkah lebar mendekati keduanya. Sembari melepaskan jas yang ia gunakan.
Tidak ada pria yang boleh melihat keindahan bentuk tubuh Nayara, selain dirinya.
“Nara.” Panggilnya, sontak membuat Nayara menoleh.
“Pak El —
Ucapannya Nayara terpotong karena Elvano menyampirkan jas mahalnya pada pundak gadis itu.
Nayara terkejut dengan perlakuan sang atasan. Begitu pula dengan Adrian, kening pria itu sedikit berkerut melihatnya.
“Saya kira terjadi suatu sama kamu di toilet, sampai hampir setengah jam tidak kembali.” Ucap Elvano.
“Maaf, pak Elvano. Saya yang mengajak Nayara mengobrol sebentar.” Sela Adrian yang tidak ingin Nayara terkena amarah.
“Sebentar, ya.” Ulang Elvano sembari menganggukkan kepalanya.
“Pak El —
“Kita harus segera pergi, Ra. Mr. Justin sudah menunggu kita di klubnya.” Potong Elvano.
Gadis itu menganggukkan kepalanya. Ia kemudian pamit pada Adrian.
“Pak, saya mau ambil dompet —
Sebelum Nayara selesai bicara, Elvano pun menyerahkan benda itu pada pemiliknya.
Mata Nayara membulat sempurna. “Bapak membawa dompet saya dari meja makan sampai disini?” Tanyanya tak percaya.
“Lalu kamu pikir itu muat di dalam saku jas saya?” Elvano berbalik melempar tanya. Namun sebelum Nayara menjawab, ia sudah melangkah lebih dulu.
“Pak, bukan begitu maksud saya.” Nayara pun mengejarnya.
Apa pria itu tidak merasa malu di lihat oleh orang lain, membawa tas wanita?
Tiba di samping mobil Elvano, Nayara pun melepaskan jas pria itu.
“Tetap pakai, atau saya akan merobek gaun kamu itu.” Ancam Elvano dengan bola mata yang hampir melompat dari tempatnya.
Nayara menelan ludah dengan kasar. Ia pun memakai kembali jas itu.
‘Dia benar - benar mual melihat aku memakai gaun ini, ya? Jadi misi aku malam ini gagal lagi?’
“Nara. Kamu mau saya tinggal?” Teriak Elvano dari dalam mobil.
“Tidak, pak.”
nungguin si el bucin sama si nay..
ayok kak hari ini upny double 🤭