Luna Evelyn, gadis malang yang tidak diinginkan ayah kandungnya sendiri karena sang ayah memiliki anak dari wanita lain selain ibunya, membuat Luna menjadi gadis broken home.
Sejak memutuskan pergi dari rumah keluarga Sucipto, Luna harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga suatu malam ia bertemu dengan Arkana Wijaya, seorang pengusaha muda terkaya, pemilik perusahaan Arkanata Dinasty Corp.
Bukannya membaik, Arkana justru membuat Luna semakin terjatuh dalam jurang kegelapan. Tidak hanya menginjak harga dirinya, pria itu bahkan menjerat Luna dalam ikatan rumit yang ia ciptakan, sehingga membuat hidup Luna semakin kelam dan menyedihkan.
"Dua puluh milyar! Jumlah itu adalah hargamu yang terakhir kalinya, Luna."
-Arkana Wijaya-
Bagaimana Luna melewati kehidupan kelamnya? Dan apakah ia akan berhasil membalas dendam kepada keluarga Sucipto atau semakin tenggelam dalam kegelapan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidup ku Begitu Kacau
Luna dan Bagas tiba di sebuah perusahaan yang terbilang cukup besar. Perusahaan Nusa Dua yang bergerak di bidang konstruksi milik Pak Bagas.
Meski tidak sebesar Arkanata Dinasty Corp, tetapi perusahaan ini memiliki pengaruh bisnis yang lumayan, melebihi Namyra group milik Sucipto.
Karena itulah, Sucipto menjodohkan Luna dengan Pak Bagas, agar perusahaannya menjadi semakin kuat di kalangan bisnis karena menggandeng Nusa Dua milik Pak Bagas.
"Kamu yakin mau magang di sini?" tanya Pak Bagas.
"Boleh? Aku nggak ada tempat buat magang. Semua menolak ku, termasuk perusahaanmu."
Bagas mengernyit. Ia pun langsung menghubungi pihak HRD agar menyiapkan tempat untuk Luna.
"Masalah magang seperti itu tidak pernah sampai ke telingaku, Luna. Aku tidak pernah membatasi siapapun yang ingin magang di perusahaanku."
"Tapi kenapa kemarin bahkan perusahaan ini termasuk yang menolak ku?"
Pak Bagas membenarkan kacamatanya lalu menyentuh bahu Luna.
"Aku akan mencari tahu. Dan kau bisa mulai magang di sini. Jangan takut, selama enam bulan aku akan menunggumu hingga siap untuk menikah."
"Bagaimana jika setelah aku lulus kuliah saja?"
"Boleh, asal kau siap. Aku akan menunggu," sahut Pak Bagas.
Luna menatap Bagas dengan lekat. Ia mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya.
Hendri Sucipto, lihatlah, kau menjual ku kepada pria tua ini untuk keuntungan pribadi mu. Tapi aku pastikan, justru melalui dia lah, kau akan hancur, ayah.
Luna bergumam di dalam hatinya. Jika ia tidak bisa meminta bantuan pada pria terkaya seperti Arkana, maka Bagas pun tidak masalah.
Selama Luna bisa membalas dendam dan menghancurkan keluarga Sucipto, apapun akan Luna lakukan. Termasuk menikahi pria tua kaya di hadapannya itu.
Luna pun mengangguk dan pergi dari sana. Ia harus mempersiapkan berkas untuk diberikan kepada pihak kampus mengenai tempat pemagangan nya yang baru.
...----------------...
Luna baru saja tiba di apartemen, dan mendapati Radika sedang menunggunya di kursi lobi.
Sejenak Luna pun tertegun, lalu melangkahkan kaki mendekati pria tersebut.
"Kau menungguku?" sapa Luna.
Radika menoleh. Melihat sosok Luna di hadapannya, ia pun tersenyum. Ia beranjak dari duduknya dan berdiri berhadapan dengan Luna.
"Beberapa hari ini aku tidak menghubungimu, maaf ya Lun. Om ku memberikanku pekerjaan begitu banyak, sehingga waktuku tersita untuk mengerjakannya."
"Oh, tidak apa-apa Dika. Ayo kita ke apartemen ku," ucap Luna.
Radika pun mengangguk dan mengikuti Luna hingga ke unit apartemen nya.
"Jadi, apa semua pekerjaan yang diberikan Om mu sudah selesai?" tanya Luna seraya memberikan Radika minum.
"Hampir, dan sepertinya tidak memakan waktu banyak. Karena itu aku sempatkan mengunjungimu."
Luna mengangguk, lalu duduk di hadapan Radika pada meja makan segi empat estetik yang ada di apartemennya.
"Bagaimana magang mu? Apa sudah menemukan perusahaan yang baru?"
"Sudah, aku akan mulai sekitar dua hari lagi."
"Oh ya? Dimana?"
"Di perusahaan Nusa Dua, milik Bagaskoro."
"Oh aku tahu perusahaan itu. Pemiliknya teman alm kakek ku, ayah Om Arkana," sahut Radika.
Mendengar itu, Luna pun tersedak minumannya.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Radika khawatir.
Luna menggeleng, lalu minum kembali air putih di tangannya. Dalam hati, ia menertawakan dirinya sendiri.
Pria yang Radika katakan teman lama kakeknya itu, sebentar lagi akan menjadi suaminya. Miris sekali. Apa itu artinya Luna pantas menjadi ibunya atau bahkan neneknya Radika?
"Teman lama kakek mu?"
"Ya, setahuku begitu. Dia duda anak dua. Aku diceritakan ayahku."
Luna pun hanya tersenyum kecut mendengarnya.
"Oh iya Lun, sebenarnya apa yang dikatakan om ku saat interview denganmu? Apakah ada ucapannya yang menyinggung dirimu?"
"Tidak ada. Aku hanya merasa tidak cocok dengan om kamu Dik, jadi aku memilih berhenti."
"Kenapa? Dia jahat sama kamu?"
"Bukan. Dia adalah calon tunangan adik tiriku. Kau tahu kan bagaimana hubunganku dengan mereka? Aku merasa tidak nyaman saja jika harus berada di lingkungan Om mu yang merupakan bagian dari mereka."
Radika pun mengangguk, lalu menatap Luna dengan lekat.
"Apa besok malam kamu ada waktu?"
"Mau kemana?" tanya Luna.
"Aku ingin mengajakmu pergi," jawab Radika penuh harap.
Luna pun terdiam sejenak. Ia teringat akan ucapan Arkana yang bahkan merendahkan harga dirinya hanya agar Luna menjauh dari Radika.
Dan lagi, saat ini statusnya adalah calon istri Bagaskoro, tidak mungkin rasanya Luna pergi bersama pria lain.
"Maaf ya Dik, sepertinya aku akan sibuk untuk persiapan magangku."
"Baiklah tidak apa-apa. Mungkin lain kali kita bisa pergi bersama."
Luna mengangguk. Lalu Radika pun pamit untuk pulang.
Luna menghela nafasnya dan kembali duduk di kursi.
Hidupku begitu kacau Dik. Kamu nggak seharusnya masuk dalam kehidupanku yang kelam.
Apalagi Om kamu, adalah penyebab utama kelamnya hidupku saat ini.
Andai kamu tahu.
tekan kan juga sama arka kalau dia tidak boleh menikahkan maya selama kamu di sisi nya atau sampai kamu lulus kuliah...
dan buat Arkana mengejarmu sampe tergila2.