Vira, terkejut ketika kartu undangan pernikahan kekasihnya Alby (rekan kerja) tersebar di kantor. Setelah 4 tahun hubungan, Alby akan menikahi wanita lain—membuatnya tertekan, apalagi dengan tuntutan kerja ketat dari William, Art Director yang dijuluki "Duda Killer".
Vira membawa surat pengunduran diri ke ruangan William, tapi bosnya malah merobeknya dan tiba-tiba melamar, "Kita menikah."
Bos-nya yang mendesaknya untuk menerima lamarannya dan Alby yang meminta hubungan mereka kembali setelah di khianati istrinya. Membuat Vira terjebak dalam dua obsesi pria yang menginginkannya.
Lalu apakah Vira mau menerima lamaran William pada akhirnya? Ataukah ia akan kembali dengan Alby?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Drezzlle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Orang Dalam Masalah Besar
Rambut panjang Vira tergerai indah— sebagian menutupi wajahnya. Saat ia mengangkat kedua tangannya untuk menyibak rambut itu ke belakang, leher jenjangnya membuat Alby tanpa sadar menelan salivanya berulang kali. Gerakan itu juga menyingkap lekuk pinggangnya yang ramping, menggoda imajinasi Alby.
“Sial, seindah ini aku ganti dengan Abella,” decaknya kesal.
Gerakan Vira saat mengenakan bathrobe membuat Alby menahan napas. Apalagi saat ia berpose di depan kamera tersembunyi itu. Belahan dadanya yang ranum hampir menyembul dari balik bra renda saat Vira menarik tali bathrobe dengan gerakan perlahan.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan di jendela mobil membuyarkan fantasinya yang mulai liar.
“Selalu saja mengacaukan hidupku,” batin Alby kesal, segera mematikan ponselnya. Menekan auto down—perlahan kaca jendela mobil itu turun.
Wanita yang tak diinginkan dalam hidup Alby berdiri di luar mobil. Wanita dengan Midi dress maroon—gaya rambut curly ash brown yang dulu memikat kini membuatnya muak
“Ck…” decak Alby, mengamati tubuh Abella istrinya. Perutnya yang membesar dan wajahnya tirus. Kontras dengan penampilan Vira.
“Apalagi?!” pekik Alby.
“Kenapa kamu masih di dalam mobil? Jangan bikin masalah lagi. Semua orang di apartemen ini sudah muak dengan kelakuanmu,” ujar Abella.
Alby meneguk habis minumannya. Lalu keluar dari mobil dengan langkah gontai, ia berjalan menuju lobi. Abella mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarah dan rasa malu mengikuti suaminya.
Di dalam kamar apartemen mereka, Alby segera berbaring di ranjang tidur.
“Abella,” Alby memanggil istrinya.
“Abellaaaa!” panggilnya lagi dengan suara lebih tinggi.
Abella melempar bantal ke arah wajah suaminya. “Diam, bodoh!” ujarnya. Ia mendekat—berjongkok untuk melepas sepatu Alby.
BUGH!
Alby menggerakkan kakinya dengan kasar, hingga sepatunya mendorong Abella tepat di wajahnya. Membuat punggung Abella terbentur di pintu lemari.
“Lihat saja, secepatnya aku akan membalas tingkahmu ini. Breng.sek.”
Abella meremas kedua tangannya, menahan kekesalan. Ia mendekat lagi, mencoba melepaskan sepatu Alby dengan cepat.
“Aku sudah mengurus surat resign mu, jangan datang lagi ke kantor,” kata Alby.
Mendengar itu Abella sontak segera bangun dan melempar wajah Alby dengan sepatu yang sebelumnya di tangan Abella.
“Apa maksudmu?! Kenapa seenaknya?” pekik Abella.
Alby bangun—duduk di tepi ranjang. Lalu menarik tangan Abella. “Kamu berani denganku,” mata Alby terbelalak, mencekik leher Abella.
“A…a…” Abella mengerang kesakitan, napasnya tercekat. tangannya terus memukul Alby.
Alby melepaskan cengkeramannya, membuat tubuh Abella terhuyung—napasnya tersengal. Abella menyentuh lehernya yang kesakitan.
“Dengar ya Abella, jika kamu masih ingin jadi istriku. Jangan permalukan aku! Urus dirimu di rumah, wajahmu berantakan aku sampai muak melihatnya,” Alby mengambil sepatunya yang tergeletak di ranjang melempar nya ke arah Abella.
“Aku sedang hamil, bahkan uangku semua kamu pegang. Bagaimana aku bisa melakukan perawatan? Kembalikan uangku!” pekik Abella.
Alby merogoh saku celananya. Membuka dompet dan melempar kartu kredit ke arah Abella. “Pakai itu, urus dirimu. Setelah itu … temui orang tuaku. Aku tak mau tahu caranya, kamu harus bisa mengambil hati orang tuaku seperti apa yang Vira lakukan!” ia bangun dari ranjang, dengan tubuh limbung menuju kamar mandi.
Abella mengambil kartu itu, segera menyimpannya, sebelum suaminya berubah pikiran.
Sementara di rumah lain.
Keluarga besar— salah satu anggota loreng bintang satu yang bernama Antonius Suryono berkumpul di ruang keluarga dengan penuh ketegangan. Hampir sudah 2 minggu Ikmal, kakaknya Vira telah menunggu Alby dan keluarganya untuk meminta maaf—tapi nihil.
“Apa?!” suara Pak Suryo menggelegar memenuhi ruangan yang sebelumnya hening.
Brak!
Menggebrak meja dengan keras, hingga membuat Aina, istrinya tersentak—dadanya ingin melompat.
“Alby sudah menikah ayah,” kata Ikmal jujur, akhirnya menyampaikan berita ini kepada kedua orang tuanya.
“Kenapa keluarga mereka tidak datang?!” pekik Pak Suryo.
“Udah Yah, tenang… kita selesaikan dengan kepala dingin. Ayah baru saja keluar dari rumah sakit, ingat kata dokter jangan terlalu banyak stres,” timpal Aina, istrinya.
“Tidak stres bagaimana? Semua rekan kantor ayah tahu 6 Minggu lagi Vira akan menikah. Mau ditaruh mana nama keluarga kita?!” Napas Pak Suryo memburu, matanya berkilat merah.
“Lalu bagaimana Vira?” Aini mencoba mendinginkan suasana.
“Ikmal sudah menyuruhnya resign, tapi adikku itu memang sulit menurut,” ujar Ikmal, meremas kedua tangannya.
Brak!
Pak Suryono kembali menggebrak meja, ia mengambil senapan pemburu yang tergantung di dinding.
“Suruh Alby datang kesini!” Pak Suryono geram dengan tingkah Alby yang pecundang.
“Lalu… siapa wanita yang dinikahi Alby?” timpal Aina.
“Ikmal tidak terlalu mengenalnya, Bu. Roy, ayah Alby mengatakan wanita itu hamil. Karena itu melepaskan putranya untuk bertanggung jawab,” jawab Ikmal.
“Breng.sek. Roy. Orang tua macam apa dia?!” Pak Suryono semakin naik pitam.
“Dan… istri Alby mengatakan jika Vira juga akan menikahi pria lain,” tambah Ikmal, menggaruk tengkuknya karena juga merasa frustrasi dengan adik bungsunya.
“Pria lain?” Alis Aina naik ke atas, dahinya berkerut.
“Siapa pria itu?” tanya Pak Suryono, dadanya naik—turun, darahnya mulai mendidih mendengar berita lainnya.
“William… Ikmal masih mengingatnya,” jawab Ikmal, mengangguk pelan.
“Bawa Vira, Alby dan pria bernama William itu kesini! Kamu mengerti Ikmal!” titah sang ayah
Bersambung…
Wah bakal di kumpulin jadi satu. Asyik bakal seru.🤭🤭
Mungkinkah Bang Alby mau? Kalau Bang William sih Othor kira pasti malah seneng, jadi sekalian bisa melamar mbak Vira.
albi akh sudahlah
tapi di cintai sama bos gaskeun lah 😍