NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:939
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Menyakitkan

Sudah seminggu sejak surat resmi pisah Radella terima, selama itu pula kehidupannya jauh dari kata bahagia. Fokusnya sedikit menghilang, lebih sering termenung dengan sakit di dadanya yang tak kunjung reda. Namun, dia harus tetap terlihat baik-baik saja di depan keluarganya, karena ini adalah konsekuensi yang harus dia terima atas keputusannya.

Terhitung satu minggu lebih dari hari persidangan, dirinya tidak menemui Reno sama sekali. Padahal, kekasihnya itu setiap hari mengirim pesan bermaksud mengajak keluar, tapi dia selalu memiliki alasan. Dari sekian alasan, paling banyak adalah karena dia kurang enak badan.

Tentu saja, hal itu malah semakin membuat Reno khawatir dan berusaha keras untuk datang ke rumahnya. Sekeras itu juga Radella mencegah, dan meyakinkan kalau dia tetap baik-baik saja. Dia saat ini hanya ingin sendiri untuk menenangkan diri, menjernihkan otaknya agar bisa melupakan tentang dirinya yang pernah menjadi bagian dari Delan.

Nyatanya, itu tidak semudah hanya memikirkan karena setiap malam selama seminggu ini, dia malah memimpikan kenangan mereka. Mimpi yang sangat manis dan berkesan, tapi tidak saat membuka mata. Mimpi manis itu langsung berubah menyakitkan dan terus menyerang dadanya.

Sekarang, perempuan itu berada di butik tantenya. Memaksakan diri untuk keluar dari rumah, agar merasakan angin luar. Karena, satu minggu lebih ini dirinya hanya datang dua kali ke butik tantenya. Harinya hanya diisi dengan merenung dan terpuruk, ternyata berpisah dari orang yang dicintai adalah hal yang begitu menyakitkan.

"Pulanglah!" seru seorang wanita dengan wajah kalem dan penuh kasih sayang.

"Tante?" Radella mendongak, wanita itu adalah tantenya atau pemilik butik ini. Dia terkejut mendapati tantenya di tempat tersebut, karena memang jarang sekali wanita itu datang. Dirinya pun belajar bersama pegawai yang telah bibinya percayakan.

"Pulanglah, dan kembali jika perasaan Kamu benar-benar sudah sangat baik," ujarnya dengan nada menasihati.

Radella menggeleng lemah, berdiam diri di rumah hanya semakin menambah beban karena terus terbayang kebersamaan dengan Delan. Namun, untuk melakukan kegiatan seperti sekarang juga begitu sulit karena dirinya yang kehilangan fokus. Dia merasa seperti orang yang tidak waras hanya karena perpisahan dengan Delan, sungguh ternyata Delan sepengaruh itu dengan hidupnya.

"Tidak, Tan. Maafkan Radella, Radella akan fokus untuk belajar lagi," jawabnya menolak perintah sang bibi.

Tantenya tersenyum, senyumannya cukup mirip dengan sang ayah. Setiap memandang bibinya, Radella bisa melihat gambaran sang ayah dari sana. Ayah dan saudara-saudaranya memiliki kemiripan yang cukup jelas di beberapa sisi.

"Yasudah, ayo ikut Tante saja. Kita belanja!" seru sang bibi untuk menghibur keponakannya.

Keluarganya sudah tahu keadaan rumah tangga Radella, mereka menyayangkan apa yang dua anak muda itu lakukan. Namun, mereka juga tidak bisa melakukan apapun karena keduanya sudah memutuskan. Sekarang, dirinya malah melihat keponakannya itu terus melamun dengan wajah suram sejak kedatangannya.

"Ayo!" ajaknya yang tidak bisa Radella tolak.

Mereka bergegas keluar dari tempat itu, dengan mobil mewah milik tantenya mereka menuju pusat pembelanjaan yang cukup besar di kawasan tersebut. Hanya butuh lima belas menit, hingga sampai di parkiran dan mereka segera turun. Cuaca yang biasanya mendung meski tidak selalu hujan, kali ini lebih cerah dan terkesan panas padahal sudah masuk musim hujan.

"Kita perawatan dulu sebelum belanja, gimana!" ajak sang bibi yang hanya mampu diangguki Radella.

Perempuan itu merasa sudah lama tidak menginjakkan kaki ke tempat perawatan, karena sibuk dengan kehidupan konyolnya. Tangan sang bibi setia memegangi lengannya, seolah dirinya anak kecil yang akan hilang atau orang lansia yang butuh pegangan. Ingin menolak, tapi dia merasa sungkan dan akhirnya membiarkan saja.

"Kalau bundamu tahu, pasti akan mengoceh karena tidak diajak," ujar sang bibi sambil terkekeh.

Radella ikut tertawa kecil dan mengangguk menyetujui. Dalam hatinya bersukur, hubungan saudara ayahnya dan sang bunda begitu akur juga sebaliknya. Tanpa sadar, pikirannya malah melayang kepada kedekatan dirinya dan Divina, adik Delan. Mereka begitu dekat dan tanpa memiliki rasa canggung saat bersama.

Selain Divina anaknya yang asik, adik ipar atau sekarang sudah menjadi mantan adik iparnya itu berteman baik dengan adiknya. Sebelum tahu kalau Divina adalah keluarga Delan, Divina sudah lebih dulu mengenal dirinya dan sering main ke rumah, lebih tepatnya bermain dengan Rasyafa sang adik.

Hubungannya dengan Divina juga tidak kalah manis dengan hubungan tante dan bundanya. Tanpa sadar, Radella mengulas senyum tipis saat kenangan dirinya bersama Divina mencuat di otaknya. Lima detik kemudian, dia tersadar dengan pikirannya sendiri dan segera memukul pelan kepalanya. Aksi reflek sesuai yang otaknya pikirkan, tapi tidak dengan orang yang melihat.

"Hey, ada apa?" seru bibinya terkejut melihat Radella yang tiba-tiba memukul kepalanya.

Radella meringis, lalu menggeleng dengan kaku. Bibinya hanya menggelengkan kepala, dan mereka sebentar lagi akan sampai di tempat tujuan. Salon yang berada di pusat pembelanjaan, sudah terlihat di depannya dan sang tante sudah masuk lebih dulu.

Dia yang akan mengikuti, seketika menghentikan langkah mendengar seruan dari seseorang yang memanggil namanya. Suara yang tidak lagi asing, tapi hubungan mereka masih terasa asing bagi Radella. Kepala perempuan itu menoleh, tanpa disadari bibirnya berdecak kesal dengan pelan saat melihat seseorang yang memanggil namanya dan tengah berjalan ke arahnya.

"Radella!" Seruan itu dari Tantri, seorang perempuan dengan wajah dewasa begitu pula dengan sikapnya.

Perempuan itu berjalan mendekat tak lupa senyuman setia menghiasi wajahnya. Radella tidak menyangka, perempuan itu terlihat begitu senang melihat dirinya dari pancaran mata saat menatap dirinya. Sebaliknya, dia malah semakin murung karena mengetahui siapa sosok cant ini.

"Hey, apa kabar? Lama sekali Kita tidak bertemu lagi. Padahal, sebelum kita saling kenal, kita malah sering ketemu," cerocos Tantri begitu sampai di hadapan Radella.

"Iya, Kamu benar," sahut Radella ala kadarnya.

"Oh ya, Kamu sama siapa di sini. Ayo gabung denganku dan Delan juga!" ajaknya yang langsung membuat Radella terdiam dengan hawa panas di sekitarnya.

"Apa Kamu sama Reno? Kita bisa double date lagi." Tantri terkekeh mendengar ucapannya sendiri tanpa memperhatikan bagaimana wajah Radella yang sudah memerah.

"Aku sama tanteku. Oh ya, aku duluan, tanteku sudah lebih dulu masuk ke salon. Pasti bingung karena aku tidak kunjung menyusul!" balas Radella memaksakan senyumannya.

"Sekali aku minta maaf, tidak bisa ikut gabung bersama Kalian. Have fun sama Delan!" pamitnya langsung berbalik begitu saja tanpa menunggu balasan Tantri.

Perempuan itu mengutuk dirinya, yang terus terjebak oleh rasa sakit dalam seminggu ini. Sedangkan, Delan masih bisa bersama Tantri, menikmati waktu berdua. "Tentu saja, mereka pasangan yang saling mencintai, Radella," bisik Radella menertawakan dirinya sendiri.

Niatnya yang akan masuk ke dalam salon, urung dan memilih mencari kamar mandi. Dia butuh menyegarkan wajahnya dari rasa panas yang menyebar ke seluruh tubuh dan perasaannya. Hari-hari menyakitkan, semakin diperjelas dengan hari ini saat mengetahui orang yang sibuk dia pikirkan ternyata masih bisa bersenang-senang dengan kekasihnya.

"Padahal, jelas Delan mencintai Tantri. Perpisahan ini hal yang ditunggu oleh Delan, dengan begitu dia bisa lebih leluasa dan serius kepada Tantri," lirihnya menatap kaca kamar mandi.

"Tapi, ini sangat menyakitkan untukku. Ini tidak adil!" seru Radella sambil kembali membasuh wajahnya dengan air tidak peduli bagaimana make upnya luntur dan dia tidak membawa alat makeupnya.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!