Abdi, pemulung digital di Medan, hidup miskin tanpa harapan. Suatu hari ia menemukan tablet misterius bernama Sistem Clara yang memberinya misi untuk mengubah dunia virtual menjadi nyata. Setiap tugas yang ia selesaikan langsung memberi efek di dunia nyata, mulai dari toko online yang laris, robot inovatif, hingga proyek teknologi untuk warga kumuh. Dalam waktu singkat, Abdi berubah dari pemulung menjadi pengusaha sukses dan pengubah kota, membuktikan bahwa keberanian, strategi, dan sistem yang tepat bisa mengubah hidup siapa pun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenAbdi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep.16
Tik...
Tik..
Hujan rintik masih menempel di kaca jendela saat Abdi menyalakan tablet. Clara muncul seperti biasa dalam hologram kecil di sudut ruangan. Wajahnya tenang tapi tatapnya tajam.
"Abdi kita punya masalah baru" ujar Clara
"Masalah apa sekarang" tanya Abdi sambil menarik napas
"Ada virus yang menyerang infrastruktur internet kota Medan. Trafik anjlok, bank lokal terganggu, layanan publik terhambat. Pihak swasta menawar hadiah sepuluh juta kalau virus itu ditemukan dan ditumpas" jelas Clara
Abdi langsung duduk tegak. "Sepuluh juta bukan tujuan utama. Aku ingin tahu siapa yang di balik ini. Siapa yang mau mengacak kota"
"Aku sedang melacak jejak paket data. Sinyal awal datang dari node tak berlabel di kawasan pusat. Tapi pola enkripsinya aneh. Mirip malware negara namun dimodifikasi" kata Clara
"Baik. Kita mulai dari pusat. Aku mau ke kantor pusat provider lokal" jawab Abdi
Di jalan Medan lalu lintas padat. Lampu rem dan payung mengaburkan cahaya. Abdi tiba di gedung provider, masuk lewat pintu layanan. Di meja resepsionis ia bertanya lalu diarahkan ke ruang operasi. Ruang operasi sepi kecuali beberapa teknisi yang menatap layar.
"Permisi saya Abdi. Saya datang mewakili komunitas keamanan kota" kata Abdi
Seorang teknisi berdiri dan menyalakan monitor. "Jika memang dari komunitas, Anda harus daftar. Tapi ada banyak gangguan hari ini. Apa yang Anda temukan"
Abdi membuka tablet lalu membagi akses layar. Clara langsung menyisir log. "Periksa port delapan puluh delapan ribu delapan ratus delapan puluh delapan" ujar Clara cepat
Teknisi itu mengernyit. "Port itu seharusnya tertutup" katanya
"Ada paket yang berulang menuju node di kawasan barat. Node itu mengalihkan lalu lintas ke alamat bayangan" kata Abdi
"Jadi mereka memakai redirect" ujar teknisi lain
"Benar. Kita perlu isolasi node itu. Tapi jika kita lakukan sembarangan, banyak layanan akan down total" kata Abdi
Clara memberi saran. "Buat pemblokiran sementara pada subnet kecil lalu lakukan trap untuk mengumpulkan sampel virus"
"Mengerti" jawab teknisi
Abdi menatap layar. "Clara apa pola serangannya berasal dari dalam atau luar negeri"
"Dua arah. Sebagian besar kode ditulis ulang lokal sehingga menutupi asal luar. Ada tanda tangan yang mengarah ke kelompok kriminal yang biasa jual data di pasar gelap" jawab Clara
"Kalau begitu kita jebak mereka. Siapkan decoy lalu pantau respon" perintah Abdi
Teknisi menekan beberapa tombol. Dalam hitungan menit jaringan kecil di lab berubah menjadi umpan. Lalu lintas palsu mengalir, port jebakan aktif, perekam paket menyala. Semuanya berlangsung cepat.
"Umpan aktif" kata teknisi
Clara menempelkan sensor digital. "Ada respons. Sampel dikirim balik ke node bayangan. Aku mengekstrak header enkripsi" ujarnya
Abdi menatap layar. "Kirimi sampel itu ke server analisis cepat kita. Kita perlu memecah pola enkripsi"
"Sedang diproses" kata Clara
Di luar gedung Abdi berjalan cepat. Pikiran berkutat pada motif. Sepuluh juta hadiah membuat banyak pihak tertarik. Ada kemungkinan tangan internal terlibat atau kelompok bayaran yang ingin membuat chaos agar harga saham jatuh lalu beli murah.
"Clara apakah ini soal keuntungan pasar" tanya Abdi
"Kemungkinan ada motif spekulasi. Aku juga mendeteksi koneksi ke beberapa dompet kripto yang dipakai grup kriminal. Mereka sering memanfaatkan gangguan untuk memanipulasi nilai" jawab Clara
Abdi menggeleng. "Kita harus cegat sebelum mereka tarik keuntungan"
"Setuju" ujar Clara
Mereka bergerak ke node barat. Jalan sempit, gudang bekas, laki laki dan truk lewat. Node yang dicurigai terletak di ruko lama. Abdi menyelinap masuk saat penjaga lengah. Kamera pengawas berputar namun Clara sudah menutup feed itu.
"Masuk perlahan" bisik Clara
Abdi menyelidik rak server kecil yang dipasang di belakang gerai. Kotak hitam berderit kecil, lampu indikator berkedip tak beraturan. Ia sambungkan port ke tablet lalu Clara langsung membaca.
"Ini bukan server komersial murni. Ada modul remote yang menjadikan node sebagai pivot. Kode berlapis dan ada proses yang memicu payload berdasarkan waktu" lapor Clara
"Kalau kita reset, payloadnya aktif" kata Abdi
"Kita gunakan sandbox virtual. Aku akan memuat salinan lingkungan dan jalankan payload di sana. Jangan sentuh hardware langsung" usul Clara
Abdi menyetujui. Ia memulai proses sandox. Proses berjalan dan layar memantulkan pola kode seperti orkestra. Clara memecah modul menjadi bagian. Ia menyorot bagian yang berbahaya.
"Ada fungsi self propagate yang menggunakan protokol lokal untuk menyamarkan asal" kata Clara. "Tapi ada juga modul kontrol yang berasal dari sebuah server tersembunyi di daerah pelabuhan"
"Pelabuhan lagi" gumam Abdi. "Kita sudah menangani banyak hal di pelabuhan ini"
"Ada tiga alamat IP yang aktif. Satu nampak sebagai relay, dua lainnya sebagai operator manual" jelas Clara
"Kita butuh bukti kuat. Kita perlu tahu operatornya" tegas Abdi
"Ambil sampel log yang mengandung fingerprint pengguna. Aku bisa mengekstrak pola input manusia dari jitter pada paket" Clara menjelaskan
Abdi menunggu saat Clara bekerja. Napasnya berirama. Hujan di luar makin deras. Setelah beberapa menit Clara memproses dan memunculkan nama akun serta pola pergerakan.
"Salah satu operator memakai VPN dari kafe internet di seberang pelabuhan. Aku bisa panggil kamera publik untuk verifikasi" ujar Clara
"Baik. Kita ke sana" kata Abdi
Kafe di tepi dermaga penuh dengan tukang, sopir truk, pekerja. Abdi masuk berpura pura minum kopi. Clara mengaktifkan feed CCTV yang dihapus sebagian oleh pemilik. Di layar tampak seorang pria muda duduk di pojok dengan laptop.
"Itu dia" bisik Clara
Abdi mengamati gerak tangan pria itu. Jari lincah mengetik. Ia memakai jaket panjang. Di layar, tanda koneksi ke node yang ada di ruko tadi muncul berulang berulang. Abdi tahu ini operatornya. Sambil memantau, ia menyeruput kopi, lalu berdiri dan berjalan ke meja pria itu.
"Masih ada kursi kosong" ujar Abdi santai
Pria itu menatap singkat. "Iya" jawabnya
Abdi duduk dekat dan pura pura menanyakan jaringan. "Di sini sinyal suka putus ya"
Pria itu mendengus. "Biasa. Banyak yang ganggu"
Clara berbisik dalam kepala Abdi. "Dia men-trigger koneksi ke relay. Aku bisa ambil fingerprint fisik dari touchscreen tapi aku perlu detik saat dia menyentuh layar"
Abdi pura pura menjatuhkan sendok. Saat pria itu membungkuk, Abdi meraih sedikit bagian laptop dan menyentuhnya dengan kain yang sudah ia siapkan. Tangan pria itu cepat tapi anggap saja biasa.
"Aku dapat jejak" lapor Clara. "Fingerprint jaringan tersembunyi. Aku cocokkan pola ke database kriminal. Ada kecocokan" lanjutnya
"Siapa dia" tanya Abdi
"Akun ini terkait dengan jaringan pemeras yang menggunakan nama kode Rawa. Mereka beroperasi di pelabuhan dan pasar gelap data" jawab Clara
Abdi menahan napas. "Jika kita tangkap sekarang, ada kemungkinan mereka matikan semua operasi dan virus meledak jadi payload penuh"
"Kita butuh bukti langsung dan tim yang aman. Aku bisa kirim lokasi presisi. Tapi serangan balik pasti datang" Clara memperingatkan
Abdi mengangguk. "Kita panggil otoritas lokal yang bisa dipercaya. Kita koordinasi. Jangan sampai mereka kabur"
Clara sudah menghubungkan ke satu perwira polisi yang selama ini bekerja di jaringan aman. Mereka membuat rencana mengepung kafe dan ruko relay. Waktu penting. Abdi menunggu detik yang tepat.
Tim bergerak cepat. Petugas menyelinap ke pelabuhan, tim siber menyiapkan isolasi jaringan. Saat operasi dimulai, pria di kafe terlihat panik. Ia mengetik cepat mencoba memindahkan kontrol. Drone kepolisian mengitari kawasan. Relay di ruko tiba tiba mengirim paket berbahaya mencoba mempropagasi ke simpul lain.
"Aku akan menahan paket di sandbox" ujar Clara tenang di telinga Abdi
Abdi fokus memantau. Ia mengirim perintah remote kepada tim untuk cut off secara fisik kabel penting. Polisi bertindak cepat dan menyergap. Di saat yang sama Clara memblokir jalur komunikasi dari relay sehingga operator tidak bisa mengarahkan payload.
Pria itu mencoba kabur keluar lewat belakang. Petugas mencegatnya. Mereka membawa dia ke mobil. Abdi melihat wajah operator itu. Ada rasa takut yang besar. Ia dibawa pergi.
Di laptop operator polisi menemukan bukti kuat. Log, skrip, dan tanda tangan enkripsi. Semua tergenggam. Di tempat ruko, petugas membersihkan perangkat. Node berbahaya dimatikan permanen.
Clara menghela napas digital. "Sampel lengkap sudah kita dapat. Koneksi ke alamat dompet kripto terputus. Mereka kehilangan kemampuan untuk exit scam"
Abdi menatap hujan dari jendela mobil. "Bagus. Sepuluh juta hadiah itu untuk siapa"
"Pengumuman akan diurus oleh pihak swasta. Tapi hadiahnya tidak penting. Yang penting kita hentikan penyebaran" jawab Clara
Abdi tersenyum tipis. "Tapi uang itu bisa bantu banyak orang di kampung. Kirim separuh ke yayasan lalu sisanya kita laporkan sesuai yang disepakati"
"Baik. Aku akan olah bukti untuk pemberian imbalan dan untuk proses hukum" kata Clara
1 minggu kemudian pengumuman resmi diumumkan. Operator utama jaringan Rawa ditahan. Perangkat dimusnahkan. Jaringan relay yang dipakai telah diungkap. Laporan menyebut motif ekonomi dan pemerasan. Pemerintah memberikan penghargaan pada tim yang bertindak cepat. Uang sepuluh juta dialirkan sesuai permintaan Abdi.
Di bawah tanah Medan, Abdi duduk di meja kerja. Clara memproyeksikan grafik lalu lintas kembali normal.
"Clara apakah kita aman sekarang" tanya Abdi
"Untuk saat ini aman. Tapi jaringan kriminal akan belajar dan beradaptasi. Kita harus terus siaga" jawab Clara
Abdi menatap peta kota. "Kita harus perkuat node cadangan, sebar guardian digital. Aku ingin Medan menjadi contoh bagaimana komunitas bisa melawan ancaman digital"
Clara mengangguk. "Aku akan mulai instal modul pelindung ke simpul penting. Kau akan jadi arsitek strategi. Kita akan latih tim lokal"
Abdi menarik napas. Hujan berhenti perlahan. Lampu kota kembali hangat. Mereka telah menumpas satu ancaman, mendapatkan imbalan, namun tugas sesungguhnya baru saja dimulai.
"Baik" kata Abdi tenang. "Kita lanjut. Dunia tidak menunggu"
Clara menjawab lembut. "Selalu bersamamu"
kalau boleh kasih saran gak thor?
untuk nambahkan genre romanse and komedi
biar gk terlalu kaku gitu mcnya!!