Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa.
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata.
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 24
"Apa! Saya kesana sekarang, Dok,'' ucap Erinna langsung mematikan sambungan teleponnya.
Dia merapikan semua berkas yang ada di atas meja dengan air mata yang bercucuran, tidak jarang berkas itu jatuh dari tempatnya dan berserakan di lantai. Dia menarik napasnya pelan dan berusaha mengontrol diri, tetapi sekuat apapun dia berusaha pikirannya terus tertuju pada keadaan Denis.
Dia menatap beberapa lembar berkas yang basah karena tetesan air matanya, tentu hal itu membuatnya panik, bahkan ada yang telah rusak karena kecerobohannya. Apa yang harus dia lakukan? padahal berkas itu sangat penting dan harus selesai secepatnya. Baru saja dia mendapatkan pekerjaan yang layak, tetapi dia malah mengacaukan semuanya.
Apa mungkin dia akan segera di pecat karena kecerobohannya? Kenapa Erinna selalu mendapatkan cobaan yang tidak ada henti-hentinya. Padahal dia juga ingin mendapatkan ketenangan hidup. Namun, dia saat dia mulai putus as, tiba-tiba dia merasakan sebuah tangan kekar yang menyentuh bahunya. Dia langsung mengangkat kepalanya dan melihat Yoga menatapnya dengan lekat.
"Ma_maaf, Tuan! Saya akan mencoba memperbaiki berkasnya," ucap Erinna gugup sambil memisahkan lembaran kertas yang basah karena air matanya.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Yoga menghentikan Erinna.
Dia menggenggam kedua tangan wanita itu dan membantunya untuk berdiri, dengan penuh kelembutan Yoga mendudukkan Erinna di kursi lalu memberikan segelas air putih kepada wanita itu. "Minumlah, tenangkan pikiranmu."
Erinna hanya mengangguk kecil lalu menerima gelas yang di berikan Yoga. Tanpa rasa ragu, Yoga langsung berjongkok dan merapikan kertas yang berserakan di lantai dengan tangannya sendiri. Tidak perduli dengan tatapan karyawan lain, dia merapikan kertas itu tanpa memerintahkan siapapun.
"Alta! Salin ulang berkas ini,'' perintah Yoga memberikan beberapa lembar kertas yang rusak kepada Alta.
"Baik, Tuan!" Alta langsung menerima lembaran kertas itu dan kembali ke meja kerjanya yang berada di sebelah Erinna.
Yoga kembali ke Erinna, dia menatap wanita itu dengan tatapan penuh kehangatan. Tanpa ada rasa segan, dia mengelus lembut puncak kepala Erinna, seperti ingin menunjukkan kepada seisi kantor jika wanita itu adalah miliknya.
"Ada apa?" tanya Yoga dengan lembut.
"Denis!" Tanpa bisa berkata apapun, Erinna hanya bisa meneteskan air matanya mengingat keadaan sang putra yang tiba-tiba semakin kritis.
"Ayo, kita ke rumah sakit sekarang." Tanpa banyak bicara, Yoga langsung merapikan barang-barang Erinna lalu mengandeng wanita itu keluar.
Keduanya melewati koridor dengan begitu tergesa-gesa dengan tangan yang terus saling mengenggam untuk memberikan kekuatan satu sama lain. Bukan hanya Erinna yang menangis, tetapi pria itu juga tak sanggup memendung air matanya, seakan tidak rela jika bocah itu pergi begitu cepat. Dia juga memerintahkan Alta untuk menghubungi pihak ruamh sakit agar melakukan yang terbaik kepada bocah itu, tanpa perduli berapapun biaya yang harus dia keluarkan.
Tentu melihat itu seisi kantor langsung heboh seketika. Semua desas-desus tentang kehadiran Erinna telah terbukti nyata. Tidak ada lagi yang menyangkal, karena mereka tahu betul bagaimana bos mereka itu, dia tidak akan perduli dengan siapapun, kecuali orang itu berati untuknya.
Sesampainya di mobil, Yoga dengan sigap membukakan pintu untuk Erinna, tidak lupa dia juga membantu wanita itu memasang sabuk pengaman. Sebelum melangkah ke kursi pengemudi, dia mengusap air mata Erinna dengan tangannya terlebih dahulu.
"Kamu tenang saja, putra kita pasti baik-baik saja," ucap Yoga tersenyum kecil lalu mencium lembut kening Erinna.
*
*
*
Azka menatap ponselnya yang terus berdering, sudah berapa kali ponsel itu berbunyi dan menunjukkan nama yang sama tercantum di layar. Namun, Azka memilih untuk mengabaikannya dan tetap fokus pada laptop yang ada di hadapannya. Dia ingin menenangkan pikirannya tanpa di ganggu oleh siapapun. Perlahan dia menatap ruangan mewah yang dia dapatkan saat ini, ruangan Direktur yang selama ini dia impikan dan akhirnya dia berhasil dia duduki.
Namun, bukannya merasa puas, tetapi dia merasakan sesuatu yang besar hilang dalam kehidupannya. Memang saat ini dia mendapatkan apa yang dia inginkan, jabatan bagus, kekuasaan dan juga semua fasilitas mewah yang dahulu membayangkannya saja dia tidak punya keberanian.
Akan tetapi, di balik kesuksesannya itu, dia kehilangan sosok yang selalu setia menopangnya dari belakang, sosok yang selalu memberikan semangat dan juga dukungan untuknya, dan yang paling besar adalah cinta yang begitu besar yang diberikan untuknya.
Semua terbuang sia-sia hanya karena mengejar ambisinya semata, walaupun memiliki segalanya, tapi dia kehilangan kehangatan dalam sebuah keluarga. Awalnya dia mengira semua akan baik-baik saja, tetapi ternyata dugaannya salah. Dia kehilangan cinta yang juga kehormatan yang selalu diberikan Erinna kepadanya. Namun, semuanya telah terjadi dan tidak akan mungkin di ulang lagi.
"Mas! Kamu ngapain aja? Aku sudah menunggu di rumah sakit, tapi kamu ngak datang-datang." Bella menerobos masuk sambil melipat kedua tangannya di dada, tidak lupa dengan tatapan kesal dan juga penuh amarah yang terlontar kepada Azka.
Melihat kedatangan Bella, Azka hanya bisa membuang napasnya kasar, dia memijit kepalanya pelan sambil berusaha menenangkan pikiran. "Maaf, mas lupa."
Mendengar alasan Azka, Bella hanya bis membuang napasnya kasar. Dia mencoba meredakan emosinya lalu berjalan mendekati Azka. Jari-jemarinya mulai bermain di tubuh pria itu dengan begitu lihai, sama seperti saat dia mencoba menggoda pria itu ketika pertama kali bertemu. Dia sadar, jika mengunakan emosi dia tidak akan bisa mendapatkan hati pria itu seutuhnya. Dia sudah mengorbankan banyak hal untuk pria itu, jadi tentu dia tidak ingin semuanya terbuang sia-sia begitu saja.
"Kamu pasti lelah, Sayang. Apa kamu tidak butuh sedikit sentuhan agar pikiranmu rileks kembali," ucap Bella dengan nada lemah gemulai, seakan ingin menarik mangsanya agar terjatuh lebih dalam lagi ke dalam pelukannya.
Azka hanya bisa menelan ludahnya kasar menerima setiap sentuhan yang di berikan Bella. Tanpa banyak berpikir, dia langsung menyingkirkan barang-barang yang ada di atas meja lalu mengendong tubuh Bella untuk duduk di sana. Bella memang tidak seperi Erinna yang selalu memberikan perhatian dan juga penurut, tetapi wanita itu memiliki satu kelebihan, yaitu ganas dalam urusan ranjang.
Azka langsung mengambil alih pekerjaan Bella, dia menjelajahi setiap inci tubuh wanita itu tanpa ketinggalan sedikitpun. Tidak perduli dengan perut wanita itu yang sudah membuncit, keduanya beradu tenaga di dengan deru napas yang berhembus tidak karuan. Namun, di tengah-tengah adegan panas itu, tiba-tiba ponsel Azka berbunyi dan memperlihatkan nama Erinna di sana.
Tidak biasanya istri pertamanya itu menghubunginya, apalagi setelah mendapat pekerjaan, jangankan menanyakan kabar, meminta bantuan untuk biaya pengobatan Denis saja tidak pernah lagi. Tidak mau larut dengan pertanyaan yang bercabang, Azka mencoba meraih ponsel itu. Namun, Bella langsung menghalangi dengan mencium pria itu dengan ganas.
"Sayang! Jika sedang bersamaku, lupakan yang lain. Ingat sayang, aku paling tidak suka di abaikan."
Bersambung....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜