bagaimana jadinya jika putri seorang pengedar narkoba terpaksa harus bersembunyi dipesantren karna bandar narkoba terobsesi kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aqilaarumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab14
Pagi harinya Risa menatap dirinya didalam Pantulan cermin dan memperbaiki hijabnya.
Ia sangat tidak sabar menantikan kedatangan Gus Zai yang beberapa hari ini sangat dirindukannya.
Suara deru mobil terparkir dipekarangan rumah kiAi Jaffar membuatnya berlari kecil.
Ia sudah yakin itu pasti mobil Gus Zai.
Terlihat Gus Zai turun dari mobil dengan kemeja putihnya yang ia gulung sampai siku dengan kacamata hitam yang dipakainya semakin membuatnya begitu berkarisma.
Nampak semuanya sudah menunggu Gus Zai sedari tadi.
" Assalamualaikum"
" Waalaikum salam" Jawab mereka secara serempak.
" Masya Allah keponakannya bude kamu makin ganteng aja"
" Hehehe bude bisa aja".
"Ini oleh oleh buat bude"
Gus Zai memberikan dua paper bag kepada bude Sarah.
"Makasih nak, kalau begitu bude balik kerumah dulu"
"Lo ngak masuk dulu mbak"
"Aku kesini tujuan memang cuma ini" ucap nya sambil mengangkat oleh oleh yang diberikan Gus Zai kepadanya.
Bude Sarah melangkah menjauhi mereka kebetulan rumah bude Sarah terletak dibelakang pesantren.
"Untuk ummi mana Zai"
" Ada ummi tenag aja ngak mungkin Zai lupa sama ummi'
Risa menatap Gus Zai dengan sorot yang penuh akan kerinduan, untuk sesaat kedua manik mereka saling bertemu.namun tatapan Zai kerisa biasa saja seakan membetangkan jarak diantara mereka yang begitu jauh.
Saat Gus Zai membagikan paper bag untuk ummi Fatimah dan kiai Jaffar tersisalah empat paperbag lagi ditangan Gus Zai.
Risa berfikir itu untuknya.hanya menunggu momen Gus Zai memberikan untuknya.
Gus Zai meneteng paper baq itu masuk ke kamar nya dan meletakkannya diatas nakas.
Ia merasa aneh dengan Risa yang sedari tadi mengekorinya dibelakang.
"Ada apa?" Tanyanya dengan penuh selidik.
"Ngak apa apa aku hanya ingin tahu pengalaman kamu dari Surabaya"
"Aku tuh pernah kekota itu dan destinasi pariwisata disana indah indah sih"
Gus Zai tidak mengubris apapun yang dikatakan Risa ia tetap melanjutkan aktivitas nya merapikan baju baju nya dan memasukan beberapa baju kotornya didalam keranjang pakaian.
Sekarang ia tampak sudah terbiasa dengan kecerewetan perempuan tersebut, yang akan bercerita apapun itu tanpa ditanya dan tanpa diminta.
" Waktu aku kesana semua makanan khasnya sih aku cobain mulai dari rawon ,pecelele,sampai rujak cingur dan mama pasti akan menertawakan aku kalau timbangan aku naik..."
Dadanya tiba tiba sesak mengingat mama sita yang entah sekarang ada dimana.
Gus Zai mengerutkan Alis mendegar perkataan risa yang terhenti namun setelahnya ia melanjutkan lagi aktivitas nya.
Sejenak hening.
"Gus aku mau..."
"Sudah bicaranya aku mau mandi"
Ia lalu menyambar handuk ya dan pakaian nya dan meningalkan Risa yang terdiam.
Pandangan mereka saling bertemu sampai akhirnya terhalangi oleh pintu kamar mandi.
"Aku mau belajar ngaji Gus" ucapnya melanjutkan kata katanya yang mengantung namunTidak bisa lagi didengar oleh Gus Zai.
Ia menghelai nafas kasarnya dan menghempaskan tubuhnya kekasur.
Didalam kamar mandi Gus Zai mengukur suhu airnya lalu menegelamkan dirinya didalam bathtub berwarna putih.
Untuk sesaat ia merasa rileks karna setumpuk pekerjaanya akhirnya bisa terselesaikan juga.
Rasa nyaman ditubuhnya membuat matanya terpejam,wajah Ning Salwa dan bayangan dirinya kini bermujulan dibenaknya.
Ia reflek membuka matanya tidak ingin lebih terpengaruh lagi,bayangan itu mungkin hanya tipu daya setan atau perasaanya yang terlampau sangat rindu dengan perempuan itu.
Ia menertawakan dirinya yang begitu sangat bucin terhadap Ning salwa,namun semuanya belum selesai ia harus segera mengungkapkan keinginannya untuk melanjutkan rencana pernikahannya dengan Ning Salwa yang sempat tertunda karna fitnah yang dihadirkan oleh Risa.
_______
Sepulang nya dari butik ustadzah Halimah.
Semua santri membeli jajanan bakso dipekarangan pesantren yang membuat Risa ngiller karna mencium kuah bakso yang begitu menyengat.
Ia langsung merogoh uang dikantong celananya yang ternyata hanya lima ribu perak itupun dikasih oleh ustadzah halimah kembalian sewaktu ia membeli kain.
Ia menghelai nafas, hidupnya sekarang tidak seperti dulu lagi yang penuh dengan kemewahan. Mau beli satu mangkok bakso saja ia tidak punya uang.
" Eh aku kan punya suami kenapa aku tidak minta uang saja sama dia"
Risa lalu bergegas keruangan para pengajar dipesantren Al mukmin.
Namun baru beberapa langkah ia terhenti mana kala melihat Gus Zai memberikan paper bag kepada Ning Salwa.
"Jadi oleh oleh itu bukan untukku,kenapa aku begitu berharap"
RIsa memutar badanya dan segera berjalan menjauhi mereka dadanya bergemuruh begitu hebatnya.
" Kenapa rasanya sesak sekali melihat mereka bersama bukankah aku yang meminta mereka bersatu tapi kenapa sekarang hatiku begitu tidak terima"
"Assalamualaikum"
Risa segera menyeka air matanya yang sempat terjatuh lalu kemudian berbalik kesumber suara.
" Waalaikum salam"
"Lo anda kan"
" Ia saya ustadz Aiman sahabat sekaligus sekertaris Gus Zai"
" Ouwh" hanya itu kata yang terucap dari mulut Risa.
" Aku lagi neraktir para santri disini makan bakso kamu mau ikut ngak"
Risa menekan ludahnya dari tadi dia memang pengen makan bakso.
". Serius ustadz mau neraktir aku"
Ustadz Aiman mangut mangut.
"Terimakasih ustadz"
Risa langsung memesan satu mangkok bakso dan langsung melahapnya tanpa Jain sedikitpun.
Gus Aiman geleng geleng melihat kelakuan istri dari sahabatnya kalau biasanya perempuan akan memperlihatkan tingkah anggunnya ketika menyantap makananya namun hal itu berbeda dengan Risa.
"Kamu doyan apa lapar"
"Dua dua nya ustadz"
"Kalau kamu masih mau silahkan nambah"
"Ngak usah ustadz aku sudah kenyang terimakasih ya ustadz"
Ucapnya sekali lagi lalu berlalu meningalkan ustadz Aiman yang menatap punggung nya dengan tatapan yang begitu sulit diartikan.
"Fikiran Gus Zai apasih sampai istri speak bidadari kayak gitu dianggurin"
Glekkk
Suara pintu rumah terbuka.
Ummi Fatimah menoleh tampak Risa diambang pintu dengan wajah yang ditekuk.
" Risa"
"Ia ummi"
"Besok kamu sudah bisa belajar mengaji diustadzah Vina"
"Ia, terimakasih ummi" jawab nya singkat lalu berjalan melewati ummi Fatimah yang merasa aneh dengan menantunya itu.biasanya Risa akan banyak cerita tentang apapun itu namun sekarang ia tampak diam.
"Kenapa aku tiba tiba peduli dan merhatiin dia sih"ucap ummi bermologog pad diri sendiri.
semoga si salwa tul maut ke buka kebusuk an nya
udh gak sabar nih
baca dari episode 1-23 dan pas baca episode 4-23 banjir air mata karena sedih jadi risa
ning salwa masih ngarep suami orang aja kasian risa