"Jika diberi kesempatan, dia akan melakukan segala cara untuk tidak pernah bergaul dengan mereka yang menghancurkan hidupnya dan mendorongnya ke ambang kematian. Dia akan menjalani hidup yang damai dan meraih mimpinya," adalah kata-katanya sebelum dia menyerah pada kegelapan, merangkul kehancurannya.
*****
Eveline Miller, seorang gadis yang sederhana, baik, dan penyayang, mencintai Gabriel Winston, kekasih masa kecilnya, sepanjang hidupnya. Namun, yang dilakukannya sebagai balasan hanyalah membencinya.
Pada suatu malam yang menentukan, dia mendapati dirinya tidur di sebelahnya dan Gabriel akhirnya menyatakannya sebagai pembohong yang memanfaatkan keadaan mabuknya.
Meskipun telah menikah selama tiga tahun, Eveline berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan ketidakbersalahannya dan membuka jalan menuju hatinya, hanya untuk mengetahui bahwa suaminya telah berselingkuh secara rahasia.
Hari-hari ketika dia memutuskan untuk menghadapinya adalah hari ketika dia didorong mati oleh sahabatnya, Tiffany.
Saat itulah dia menyadari bahwa wanita yang diselingkuhi suaminya adalah apa yang disebut sebagai temannya.
Tapi apa selanjutnya? Saat dia mengira hidupnya sudah berakhir, dia terbangun di saat dia belum menikah dan sejak saat itu, dia bersumpah untuk membuat hidupnya berarti dan mengabaikan mereka yang tidak pantas mendapatkan cintanya.
Tapi tunggu, mengapa Gabriel tiba-tiba tertarik padanya padahal dia bahkan tidak berkedip saat dia didorong hingga mati.
Ayo bergabung denganku dalam perjalanan Eveline dan Gabriel dan nikmati lika-liku yang mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon krisanggeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Permintaan maaf
Gabriel merasa seperti seseorang baru saja meremas hatinya.
Perkataan Eveline begitu kasar hingga dia merasakan beratnya kata-kata yang dia gunakan padanya pada hari dia menghadapinya.
"Kupikir kau masih naif, tapi ternyata kau seperti gadis-gadis yang akan menyerang pria mana pun untuk mendapatkan perhatian mereka. Kupikir kita berteman, tapi kau salah mengartikan persahabatan itu. Kau telah membuat kami berdua dalam masalah dengan aksi bodoh ini. Bagaimana kami akan menghadapi tatapan menjijikkan dari para siswa?"
Gabriel memejamkan matanya, berharap dia tidak kehilangan ketenangannya hari itu, tetapi dia terlalu terguncang untuk mengetahui bahwa Eveline telah mengarang rasa suka padanya hanya untuk mendapatkan perhatiannya.
Gabriel terus berpikir kembali pada tindakannya sampai saat ini dan bertanya-tanya, 'Bagaimana mungkin aku berpikir Eveline akan melakukan hal seperti itu?'
Gabriel berhenti sejenak, menenangkan pikirannya, dan membuka matanya untuk melihat Eveline menyeringai padanya.
Dengan ekspresi kosong di matanya, Eveline merasa hancur dan berkata, "Aku tahu kamu tidak perlu mengulanginya."
Selama bertahun-tahun Eveline mencintainya, untuk pertama kalinya ia ingin melihat kilatan cinta dan kekaguman di mata Gabriel, tetapi yang ia lihat hanyalah kekosongan. Ia bertanya-tanya sejenak apakah Gabriel pernah merasakan sesuatu, tetapi ia membuang kecurigaannya setelah mengetahui perselingkuhannya.
Sebaliknya, Gabriel merasa bingung dengan jawaban yang diberikan wanita itu. Ia ingin meminta maaf atas apa yang telah dikatakannya hari itu, tetapi wanita itu menolak untuk mendengarkannya dan terus mengolok-olok dirinya sendiri.
Eveline mengalihkan pandangannya, menatap pemandangan yang berlalu di depan matanya. Dia tidak menyadari saat kabut terbentuk di matanya, tetapi dia mengerjapkan matanya.
Setelah menyaksikan yang terburuk, dia tidak punya keinginan untuk merenungkan harapan-harapan itu.
Tak lama kemudian, perjalanan mereka menuju Miller's Mansion berakhir dan Eveline keluar.
Tepat saat Eveline mengira Gabriel akan pergi, dia mendengar suara pintu mobil ditutup dari belakang, membuatnya berhenti dan menoleh ke sampingnya.
"Hawa," Gabriel memanggilnya namun terhenti saat menyadari Hawa menoleh ke arahnya.
Tatapan mata birunya yang mengejutkan itu membuat jantungnya berdebar kencang. Kalau saja dia menyadari kecantikan gadis ini, mungkin dia tidak akan berjuang melawan perasaan.
Napas Eveline tercekat saat dia tiba-tiba menutup jarak di antara mereka hingga dia merasakan kehangatan yang dipancarkan tubuhnya yang tinggi.
Gabriel tidak pernah seputus asa ini, bahkan ketika dia merasakan perubahan perasaan Eveline padanya.
Dia selama ini hanya menganggapnya sebagai teman masa kecil, tetapi seiring bertambahnya usia, Eveline mulai berubah pikiran dan perlahan mulai memiliki perasaan terhadapnya, dan akhirnya menyadari betapa berartinya dia bagi dirinya.
Gabriel seharusnya tahu lebih baik daripada mengabaikan semua isyaratnya, tetapi dia merasa harus meminta maaf padanya setelah menyadari bagaimana ketidaktahuannya membangkitkan perasaan dalam dirinya.
"Saya minta maaf atas apa pun yang saya katakan hari itu." Dia meminta maaf sebesar-besarnya atas apa pun yang telah dikatakannya hari itu, yang membuat Eveline sangat terkejut.
Matanya membesar bagaikan bunga yang sedang mekar, dan seluruh tubuhnya membeku di tempatnya.
"Aku tahu aku seharusnya tidak mengucapkan kata-kata itu saat aku tahu kau tidak akan melakukan sesuatu yang konyol yang akan mempengaruhi hidup kita berdua," kata Gabriel, menyadari ekspresi terkejut di wajahnya.
Inilah pertama kalinya Gabriel tidak ingin ide-idenya tercampur dan membuatnya menyesal karena tidak mengatakan yang sebenarnya.
Ya, dia salah karena tidak memercayai Eveline sejak awal dan menyalahkannya atas sesuatu yang dipaksakan padanya, tetapi keputusannya berubah karena amarahnya setelah mendengar perkataan para siswa itu.
Sambil menarik napas dalam-dalam, Gabriel akhirnya memberanikan diri untuk menggenggam tangannya dan berkata, "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan dan itu menyakitkanku. Maafkan aku dan jangan mengejek dirimu sendiri."
"..."
Kata-kata Gabriel berputar-putar di kepalanya seperti awan delusi yang akan segera meledak, menampar punggungnya dengan kenyataan. Namun saat dia terus menatap matanya, dia akhirnya menyadari ketulusan di sana, yang membuatnya bingung dan bertanya-tanya apakah dia telah kehilangan sebagian penglihatannya.
Eveline butuh waktu untuk mencerna perkataan Gabriel, tetapi hatinya belum siap untuk luluh. Ia teringat kembali mengapa ia ada di sini dan mengapa ia tidak ingin berinteraksi dengannya.
Eveline menarik tangannya dari genggaman pria itu dan melangkah mundur, merasa gelisah tetapi memaksakan diri untuk melupakan tatapan menyakitkan di matanya saat dia berpisah.
"Apa pun itu, setidaknya aku tahu apa yang kau pikirkan tentangku. Jadi lebih baik kita tidak terlalu mempermasalahkannya karena aku tidak lagi menganggapmu lebih dari sekadar teman," kata Eveline sambil berbalik untuk pergi, membuat hati Gabriel hancur.
Gabriel berdiri mematung di tempat. Matanya berkaca-kaca saat mengingat kata-kata menyakitkan itu, dan ia merasakan sesuatu hancur di dalam hatinya.
Meskipun dia tidak mampu memahami mengapa kata-kata wanita itu menyakitinya begitu dalam, dia sadar bahwa dia tidak mampu memprosesnya begitu saja.
Eveline, bagaimanapun, bergegas masuk ke dalam rumah dan menaiki tangga ke kamarnya. Menutup pintu, dia melihat sekeliling dengan cemas sebelum menendang kakinya ke balkon, di mana dia melihat Gabriel tetap membeku di tempatnya.
Dia merasa gelisah dan bertanya-tanya mengapa Gabriel tidak pergi, tetapi kemudian dia menyadari bahwa Gabriel telah berbalik menghadapnya dan mata mereka bertemu.
Eveline merasakan emosi samar berputar di mata abu-abunya saat dia menahan napas dan mengepalkan telapak tangannya erat-erat. Itu mengingatkannya pada hari ketika dia tidak sengaja tertidur bersamanya.
Penderitaan yang ia rasakan dalam tatapan pria itu menyebabkan perutnya mual, tetapi sebelum ia bisa mencernanya, Gabriel berbalik, kembali ke mobilnya, dan pergi.
