Salahkah Aku Selingkuh

Jasmine membuka matanya yang masih terasa begitu berat, disamping sebelah kirinya nampak Devan yang tertidur seraya menggenggam erat jemarinya.

"Pak Devan, kamu begitu baik dan sangat peduli padaku. Disaat sakit seperti ini aku merindukan sosok mamaku yang telah tiada, namun dengan kehadiranmu semua terobati, andai waktu bisa diulang kembali dan aku bisa memilih. Aku akan meminta dijodohkan denganmu saja pak Devan, bukan Dirga yang sama sekali tidak pernah peduli padaku." gumam Jasmine meremas lembut jemari Devan, namun hal ini membuat pria itu terbangun.

"Jasmine, kamu sudah sadar?"

"Ya, bapak kenapa masih disini? Kenapa belum pulang."

"Aku disini menjagamu, memangnya tidak boleh?" menatap Jasmine seraya menaikkan sebelah alisnya keatas.

"Tentu saja boleh, tapi ini sudah larut malam. Lagian besok bapak ada pertemuan penting dengan pak Nicolas dan Milka."

"Itu tidak penting, yang terpenting sekarang kamu harus segera pulih. Karena aku tidak akan mampu mengatasi semua pekerjaan ku sendirian jika tanpa ada kamu yang membantu ku, Jasmine." dusta Devan, karena mulai besok dia sudah mempekerjakan Sinta sebagai asisten kedua untuk membantu Jasmine.

"Ya, aku pasti segera sembuh." jawab Jasmine bersemangat.

Devan berdiri mengambil sesuatu, tidak lama dia kembali membawa sebuah mangkuk berisi bubur dan segelas minuman hangat kesukaan Jasmine.

"Kalau begitu kamu harus makan yang banyak dengan habiskan bubur ini." Devan meniup perlahan lalu membantu menyuapi ke mulut mungil Jasmine.

Sesekali pandangan mata Jasmine dan Devan bertemu, kedua saling tersenyum. Pandangan mata dan senyuman sudah mewakili perasaan mereka masing-masing yang saling terikat dan tidak ingin dipisahkan.

Sedangkan ditempat lain, tunangannya Dirga malah asik bermesraan dengan Bella. Dia tidak begitu peduli pada Jasmine, selain mengharapkan keuntungan saja dari pernikahan mereka nantinya. Habis bercinta Dirga tertidur begitu saja dalam pelukan Bella, yang selalu mempunyai seribu cara untuk menjerat Dirga. Selang beberapa menit Dirga kembali terbangun.

"Ah gawat, sudah larut malam. Jasmine pasti curiga jika aku tidak pulang malam ini." Dirga segera bangkit mengenakan pakaiannya kembali.

"Sayang, kenapa buru-buru sekali?" Bella mengucek matanya yang masih ngantuk.

"Aku harus segera pulang, sampai ketemu besok." segera mengenakan pakaiannya, mengecup lembut kening Bella, lalu berjalan cepat keluar menuju mobilnya. tanpa mendengar teriakkan Bella yang masih ingin bersamanya malam ini. Dirga memacu mobilnya agar segera sampai di apartemennya.

"Semoga saja Jasmine tidak berfikir macam-macam, karena ku terlambat datang malam ini. Lagian ini salahnya juga yang sok suci dan tidak ingin aku sentuh huuuf..." umpat Dirga.

Begitu sampai di unit apartemennya, Dirga segera membuka pintu namun suasana apartemen terlihat sunyi tidak ada tanda-tanda jika Jasmine sudah pulang.

"Jasmine, kamu kemana... tidak mungkin kamu masih lembur sampai selarut ini." umpat Dirga. Mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi gadis itu.

"Hallo Jasmine, kamu dimana?" Devan sedikit mengeraskan suaranya kesal.

"Dirga, ini aku."

"Mas Devan, mana Jasmine? Kenapa mas yang mengangkat telponnya?"

"Tunangan macam apa kamu? tunangan sendiri sakit dan dirawat kamu tidak tahu, dan baru menghubungi setelah larut malam begini?"

"E...maaf mas, tadi aku ada urusan penting. Jadi baru pulang, dan tidak menemui Jasmine di rumah. Baiklah aku akan segera menemui Jasmine kerumah sakit." ucap Dirga serba salah.

"Jasmine ada dirumah sakit pusat Elizabeth, datanglah."

"Ya tentu, aku akan segera ke sana mas."

Setelah menutup telponnya, Devan kembali mendekati Jasmine yang tergesa-gesa mengusap air matanya begitu melihat Devan.

"Aku tahu kamu tertekan dengan perjuanganmu Jasmine, akan selalu siap dengan apapun keputusan terakhir mu nanti." bathin Devan kembali duduk disebelah Jasmin.

Tidak lama Dirga muncul, nafasnya terlihat masih ngos-ngosan karena berpacu dengan waktu. Tidak ingin Devan memarahinya begitu juga dengan Jasmin yang bisa saja curiga.

"Jasmine sayang, maafkan aku yang tidak mengetahui kondisi mu." ucap Dirga penuh penyesalan. Sedangkan Jasmine yang sudah mengetahui perbuatan Dirga diluar hanya diam, kembali merebahkan tubuh di ranjang berpura-pura melanjutkan tidurnya.

"Dirga, aku pulang dulu. Sekarang giliranmu menjaga Jasmine. Tolong jaga dan lindungi dia." pesan Devan lalu mengambil kunci mobilnya.

"Ya, Jasmine calon istriku, tentu aku akan menjaganya dengan sangat baik mas."

"Ya, aku percaya padamu."