Ketika cinta harus diakhiri karena syarat dari kedua orang tuanya yang mendambakan seorang menantu hafiz Al'quran.
Dan aku terpaksa menikah dengan perempuan lain yang tidak aku cintai karena hutang jasa.
Bagai mana kelanjutannya simak ceritanya di novel. CINTA TERHALANG 30 JUZ AL'QURAN.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32. Pak Imran Dibawa
"Apa ? kurang," Deril sangat marah mendengar Ariel Adiknya di keroyok warga, sangking marahnya dia Samapi berdiri dari duduknya.
Tangannya mengenal erat, seakan kukunya menancap di telapak tangannya,mukanya memerah sangking marahnya mendengar Adiknya dihajar warga hingga masuk rumah sakit.
Re, menenangkan Deril yang sedang marah, agar Deril menetralkan emosinya.
Setelah menenangkan dan menetralkan emosi Deril, Re mulai bertanya pada Pak Imran.
"Tadi Bapak bilang Gus Reza, siapa dia, kenapa warga percaya padanya ?" tanya Re belum kenal sama si Reza.
"Reza itu, suaminya Arumi, menantu Ustadz Amir, dia mengajarkan warga mengaji, makanya dia percaya sama perkataannya." Imbuh Buk siti.
"Bukan hanya itu, dia Anak satu-satunya Pak Gibran, kalian pasti tau Pak Gibran, dia seorang direktur di Perusahaan ternama dikota J, dia orang kaya, dia sangat mudah melakukan apapun pada Ariel." Timpal Pak Imran.
"Aku ingin bertemu dengan Reza itu, aku akan memberi pelajaran padanya, aku tidak peduli siapa dia, apa jabatan orang tuanya, dia sudah membuat Adikku masuk rumah sakit." Ujar Deril dengan tangan yang mengepal.
"Ini bukan saatnya membuat urusan dengan siapa itu Reza, sekarang kita harus kerumah sakit, untuk melihat Ariel." Re mencoba menenangkan Deril lagi.
Ada benarnya juga yang dikatakan Re, dia harus melihat Ariel terlebih dahulu, soal orang yang membuat Ariel masuk kerumah sakit bisa dia urus setelah itu.
"Baik lah, kalau begitu sekarang juga kita kesana." Ujar Deril ingin secepatnya tiba diruang sakit.
"Bapak sama Ibuk, tadi ingin kerumah sakit 'kan, kalau begitu, kita pergi bersama." Ujar Re.
Pak Imran tidak menjawab, dia memandang istrinya.
"Benar Pak, bersama kami saja." Timpal Deril.
Pak Imran mengangguk, dia dan Buk Siti mengikuti langkah Deril dan Re yang keluar dari rumah menuju mobilnya.
Buk Siti yang tadinya tidak ikut kerumah sakit bersama Pak Imran, tapi kini dia ikut, apalagi tidak usah bayar angkot.
Diperjalanan kerumah sakit, Pak Imran dan Buk Siti tidak tenang, pikiran keduanya sedang menerawang.
Pak Imran sekarang tau siapa Menantunya yang ternyata namanya Ariel, dan berasal dari kota J.
Melihat pakaian Deril dan Re, juga mobil yang dipakai Deril, Pak Imran sudah bisa membayangkan kalau Ariel menantunya bukan arang biasa, dia pasti orang kaya.
Begitu juga dengan Buk Siti, dia juga sudah bisa menilai dan menduga kalau Ariel orang kaya.
"Buk, kalau dilihat dari pakaian dan mobil, Bapak yakin kalau Ariel Anak orang kaya, apa lagi saat melihat foto Mamanya tadi, dari cara berpakaian dia pasti kaya raya." Bisik Pak Imran ditelinga Buk Siti
Buk Siti mengangguk setuju, karena dia juga berpikir seperti itu. Namun gelisah mulai menghampiri menyelimuti hatinya.
Pak Imran merasa dirinya tidak pantas berada di keluarga Ariel, begitu juga Safira, jika Ariel orang kaya, sudah pasti tidak pantas Safira bersama Ariel, sudah pasti seperti pungguk dengan bulan, sangat jauh perbedaan.
"Safira tidak pantas mendampingi Ariel, keduanya sangat jauh berbeda, jika memang Ariel setelah ini meninggalkan Safira, aku ikhlas, tapi Safira." Pak Imran sudah tidak sanggup berkata lagi, apa lagi saat melihat Safira menangis untuk Ariel semalam.
Pak Imran sudah yakin kalau Safira sudah mulai menyukai Ariel, Pak Imran semakin takut, dia takut Putri kesayangannya akan kecewa nantinya.
Disaat pikiran keduanya sedang berkelana, keduanya dikejutkan dengan suara Deril yang bertanya padanya.
"Bapak, kenapa Ariel sampai dibawa kerumah sakit J. Apa disana tidak ada rumah sakit ?" tanya Deril.
"Ada tapi kapasitasnya tidak lengkap, Nak Ariel kepalanya harus dioperasi, jadi mereka merujuknya kerumah sakit J, yang lengkap peralatannya.
"Separah itu ?" Deril tidak akan membiarkan orang-orang yang membuat Ariel seperti sekarang ini bebas begitu saja, dia harus memberi pelajaran pada orang itu.
***
Dikampung Bibi Ima mendatangi rumah Bude Leni, dia harus memberi tahu Mbaknya tentang Buk Siti dan Pak Imran.
"Ada apa Ima, kenapa wajah kamu serius amat ?" tanya Bude Leni melihat Ima tergesa-gesa berjalan kearahnya.
"Mbak, aku khawatir, aku khawatir sama Mbak Siti dan Bang Imran, tadi aku kerumahnya, tapi tidak ada orang, tetangga bilang mereka dibawa oleh dua orang pemuda dengan mobil." Ujar Ima memberitahu Mbaknya.
"Memangnya siapa yang bawa, dan kenapa mereka dibawa ?" tanya Bude Leni santai, karena dia tidak tau apa masalah.
"Mbak kok santai gitu sih, Mbak gak tau ya kalau semalam Mbak Siti mengamuk dirumah Ustadz Amir, aku khawatir Mbak Siti sama Bang Imran dibawa oleh orang suruhan Gus Reza, atau Ustadz Amir." Ima takut kalau Mbaknya diapa-apain.
"Yang benar kamu Ima ?" Bude Leni sangat terkejut, dia langsung mengajak Ima kerumah Adiknya Siti dan Imran.
"Ayo kita kesana, kita harus cari tau siapa yang membawa Siti sama Imran." Bude Leni juga sudah khawatir.
"Ima mengangguk, kedua ya langsung menjalankan motor kerumah Pak Imran.
Kabar Pak Imran dan Buk Siti dibawa oleh dua orang dengan mobil mewah, sudah sampai ditelinga Ustadz Amir dan Reza.
Ustadz Amir dan Reza sangat senang, mereka mengira kalau Buk Siti dan Pak Imran dibawa oleh polisi.
"Reza, apa Orang tau kamu sudah melapor ke polisi ? buktinya Pak Imran sama Buk Siti sudah dibawa polisi tadi." Ujar Ustadz Amir.
"Dibawa ? Mungkin saja Abi, soalnya aku sudah memberitahu Papa dan Mama kemaren. Tapi kalau mereka dibawa, lebih baik, biar mereka jera dan tidak berani lagi sama aku dan keluarga kita." Senang dan bangga Reza, karena mengira Buk Siti dan Pak Imran dibawa oleh polisi.
Ustadz Amir tertawa, dia puas, begitu juga Reza.
"Makanya, sudah miskin, menantu juga miskin, keras kepala, suka membuat ulah, rasakan. Hahaha." Ustadz Amir benar-benar senang.
"Hahaha," Reza juga ikut tertawa.
"Reza, gimana Arumi, apa dia baik-baik saja, kenapa dia tidak keluar ?" tanya Ustadz Amir pada menantunya itu.
Reza langsung terdiam, diam sedang memikirkan cara untuk alasan pada Abi mertuanya.
"Dia baik-baik saja, Abi, tapi dia tidak mau keluar, dia mau dikamar dulu, dia sedang mengaji." Jawab Reza setelah mendapatkan alasan.
"Bagus kalau begitu, sekarang lelaki itu sudah tidak ada, jadi tidak ada lagi yang perlu kamu risaukan, Arumi tidak mungkin bertemu dengan si miskin itu lagi." Ujar Ustadz Amir.
"Iya Abi, sekarang aku merasa lega, kalau begitu aku kekamar dulu, aku mau lihat Arumi." pamit Reza, di angguki oleh Ustadz Amir.
Sedangkan dirumah sakit, sebentar lagi, Ariel akan dibawa keruang operasi, Safira diminta untuk menyelesaikan biayanya.
"Maaf Mbak, sebentar lagi, Pak Nazriel akan di operasi, jadi silahkan Mbak mengurus pembayarannya." Ujar perawat memberitahu Safira.
"I, iya Sus," Jawab Safira. Safira membuka ponselnya, dia melihat saldo di M banking nya hanya ada empat juta saja.
Bersambung.
putus dri maya,,
Gm y reaksi ustad abal" itu..