Sudah tahu tak akan pernah bisa bersatu, tapi masih menjalin kisah yang salah. Itulah yang dilakukan oleh Rafandra Ardana Wiguna dengan Lyora Angelica.
Di tengah rasa yang belum menemukan jalan keluar karena sebuah perbedaan yang tak bisa disatukan, yakni iman. Sebuah kejutan Rafandra Ardana Wiguna dapatkan. Dia menyaksikan perempuan yang amat dia kenal berdiri di altar pernikahan. Padahal, baru tadi pagi mereka berpelukan.
Di tengah kepedihan yang menyelimuti, air mata tak terasa meniti. Tetiba sapu tangan karakter lucu disodori. Senyum dari seorang perempuan yang tak Rafandra kenali menyapanya dengan penuh arti.
"Air mata adalah deskripsi kesakitan luar biasa yang tak bisa diucapkan dengan kata."
Siapakah perempuan itu? Apakah dia yang nantinya akan bisa menghapus air mata Rafandra? Atau Lyora akan kembali kepada Rafandra dengan iman serta amin yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Singa Garang
Rafandra semakin mendalami perasaannya. Apa yang Gyan katakan dia cerna dengan baik. Ditambah sang mami selalu menanyakan bagaimana kabar Talia karena sudah seminggu ini perempuan itu tak pernah dibawa ke rumah besar.
"Baik kok, Mi."
"Boleh enggak Mami ajak Talia ke mall?"
Kepala Rafandra mulai menegak dengan kedua alis menukik tajam karena heran.
"Kenapa Mami nanyanya ke Abang? Bukan ke orangnya langsung."
"Ya kan Mami mau ajak Talianya juga sore sebelum jam pulang kantor. Otomatis harus nanya sama atasannya dong."
Hembusan napas kasar keluar dari mulut Rafandra. Gelengen kecil pun dia berikan dan kembali memakan sarapan yang sudah disiapkan.
"Boleh enggak, Bang?" tanya mami Aleena lagi.
"Iya. Tapi, jangan lupa tanyain ke orangnya juga."
"Iya, Abang. Iya."
Papi Rangga hanya menggelengkan kepala melihat anak dan istrinya tersebut. Dia tersenyum ketika melihat siluet wajah sang putra yang terlihat keberatan.
.
Air muka Rafandra berubah ketika baru tiba di kosan Talia. Di mana lelaki keras kepala sudah ada di sana. Segera dia turun dan berjalan dengan langkah lebar.
"Masih tak tahu diri kah?" Sontak Yudha menoleh mendengar pertanyaan Rafandra. Mereka berdua seperti tengah adu ketampanan.
"Baru jadi pacar aja udah posesif banget. Kamu kira Tata suka digituin?"
Baru juga tersenyum sedikit mengejek, suara seseorang membuatnya terdiam.
"Aku suka kok diposesifin." Pandangan dua lelaki itu kini tertuju pada Talia yang sudah cantik.
Perempuan itu mulai menghampiri tempat di mana mereka berdiri. Dan merangkul lengan salah satu dari mereka berdua dengan cukup erat.
"Itu tandanya orang itu begitu menjaga aku dan tidak mau aku kenapa-kenapa. Benar kan, Mas?"
Talia mulai menatap Rafandra dengan senyum yang begitu manis sampai lelaki itu sulit untuk berkedip. Beberapa detik kemudian, barulah dia menganggukkan kepala dan membalas senyuman Talia. Sungguh membuat Yudha kepanasan bukan main.
Talia sudah menyandarkan punggungnya di jok mobil. Membuang napas dengan begitu kasar.
"Maaf ya, Pak." Kalimat itupun terucap.
"It's okay."
Suasana pun mendadak hening. Mereka bergelut dengan pikiran masing-masing.
"Apa saya pindah kosan aja ya, Pak?" Talia mulai menatap Rafandra yang masih fokus pada jalanan.
"Saya udah benar-benar enggak nyaman."
Senyum kecil terangkat di bibir Rafandra. Inilah yang Rafandra inginkan. Talia pindah dari kosan itu dan akan dia tutup semua akses tentang Talia dari siapapun, kecuali Varsha. Namun, dia tak ingin mengatur karena dia bukan siapa-siapanya Talia.
"Terserah kamu, yang penting kosannya khusus cewek dan aman." Talia pun mengangguk patuh.
Di jam sepuluh pagi dia dikejutkan masuknya pesan dari nomor yang tak dikenal. Dia tak berani membalas karena masih ada rasa takut yang bersarang. Setengah jam berlalu, dia kembali penasaran dengan nomor tersebut. Dilihatnya foto profil tersebut. Seketika matanya melebar.
"Tante Aleena?"
Pesan dari Tante Aleena pun mulai dibalas. Dan ternyata wanita itu mengajaknya untuk pergi ke mall sore nanti di saat jam pulang kerja belum usai.
"Tante udah ijin kok sama Andra. Coba deh kamu tanya."
Bertanya kepada lelaki yang disebut Tante Aleena di jam kerja tak akan pernah dijawab. Akhirnya, ketika jam makan siang tiba barulah dia bertanya. Bukannya dijawab, sang atasan malah menyuruhnya untuk masuk ke ruangan di mana dia berada.
"Ada apa, Pak?"
"Kapan rencananya Ibu saya akan mengajak kamunya?" tanya Rafandra yang kini sudah berdiri.
"Katanya sore nanti." Begitu hati-hati jawaban yang Talia beri.
Hembusan napas kasar keluar dari bibir Rafandra. Air muka Talia mulai berubah takut.
"Kalau Bapak enggak ijinkan saya--"
"Pergilah! Nanti akan saya transfer untuk kamu berbelanja bersama Ibu saya."
"Enggak usah, Pak. Enggak u--" Tatapan tajam membuat ucapan itu terhenti.
"Nanti saya minta sopir Ibu saya untuk menjemput kamu di kantor."
Sebelum Talia pergi bersama ibunya, orang-orang kepercayaannya sudah dia kerahkan. Dia tidak ingin sebuah ketidaksengajaan mempertemukan Talia dengan sang mantan. Juga untuk menjaga ibunya tersayang.
"Andra, Mami pinjem Talia sebentar ya."
Sang mami melakukan video call dengannya di dalam mobil bersama Talia. Rafandra hanya mengangguk.
"Have fun. Udah Abang transfer."
.
Kecanggungan menguar ketika Mami Aleena bersikap santai layaknya teman. Talia pun mulai merasa nyaman dan jika dilihat sepintas mereka seperti adik kakak di mana Mami Aleena masih terlihat begitu muda.
Talia diajak masuk ke toko baju ternama yang mana tak mampu dia membelinya. Namun, tak pernah dia duga sebelumnya, mami Aleena memilihkan beberapa setel baju kerja untuk Talia coba.
"Tapi, Tante--"
"Cobalah saja."
Mata mami Aleena berbinar melihat betapa cantiknya Talia. Tanpa berlama dia langsung membayar semuanya.
"Tante--"
"Ini hadiah untuk kamu karena udah mau ngemall bareng."
Hanya sekedar menemani ke mall dibayar dengan dua digit angka. Bukankah teramat fantastis?
Talia hanya mengikuti ke mana mami Aleena berjalan. Hingga mereka masuk ke toko tas merk ternama dengan harga selangit. Talia hanya duduk saja karena kakinya sudah sedikit lelah. Membiarkan ibunda Rafandra berkeliling mencari tas yang diinginkan.
Suara seseorang yang dia kenal terdengar. Tubuh Talia seketika mematung. Segera dia beranjak, tapi wanita itu malah memanggilnya.
"Perempuan miskin masuk ke toko tas paling mahal?"
Semua mata tertuju pada Talia yang hanya terdiam. Dia mulai melangkahkan kaki, tapi tali tas yang ada di pundaknya ditarik hingga langkahnya terhenti.
"Mau ke mana kamu? Siapa yang mengijinkan kamu masuk ke sana?" Mata wanita itu mulai tertuju pada goody bag merk ternama yang Talia bawa.
"Dari mana kamu dapat ini semua? Pasti boleh nyuri kan? Ayo ngaku!!"
Keriuhan pun mulai terjadi. Talia mulai menjadi pusat perhatian semua orang. Bahkan pihak security sudah ada di sana.
"Stop!!"
Suara seseorang membuat mereka semua menoleh. Satu per satu di antara mereka yang tengah mengerumuni Talia mulai bubar.
"Nyonya Aleena. Anda tahu tidak jika ada pencuri masuk ke toko ini. Dia orangnya!" tunjuk wanita itu pada Talia.
Tatapan nyalang Mami Aleena berikan. Dia yang selalu bersikap tenang kini seperti singa garang.
"Saya sangat tahu siapa dia. Anak yang sama saja seperti ibunya yang suka mengambil milik orang la--"
PLAK!!
Sebuah tamparan keras Mami Aleena berikan pada wanita tersebut. Dan membuat semua orang menutup mulut karena tak percaya wanita selembut Mami Aleena bisa main tangan.
"Sekali lagi kamu berani menghina Talia, saya akan menarik semua saham di klinik kecantikan kamu, YUNA!!"
Mata ibunda Yudha melebar dengan sangat lebar. Bukan hanya merasakan malu serta perih akan tamparan mamih Aleena. Dia juga menerima ancaman yang tak main-main dari seorang Aleena Addhitama. Pemilik saham terbesar di klinik kecantikan miliknya.
...*** BERSAMBUNG ***...
Setelah selesai membaca budayakan untuk meninggalkan komentar ya. Supaya authornya semangat untuk up-nya. 🙏
lanjut trus Thor
semangat