Anaya White memaksa seorang pria asing untuk tidur dengannya hanya untuk memenangkan sebuah permainan. Sialnya, malam itu Anaya malah jatuh cinta kepada si pria asing.
Anaya pun mencari keberadaan pria itu hingga akhirnya suatu hari mereka bertemu kembali di sebuah pesta. Namun, siapa sangka, pria itu justru memberikan kejutan kepada Anaya. Kejutan apa itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irish_kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keraguan
Pagi itu, rumah besar keluarga Hudson masih diselimuti cahaya lembut matahari ketika Robert White turun dari mobil.
Wajahnya mengeras, rahangnya tegang, dan langkahnya lebih cepat dari biasanya, tanda bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak malam.
Pesan anonim yang tadi malam diterimanya, membuat Robert terus terjaga semalaman.
Anehnya, kabar itu tidak terkuak ke manapun. Mereka menyimpannya dengan rapi, bahkan saham mereka pun tidak goyah sedikit pun.
Untuk membuktikan kebenaran kabar itu, maka pagi hari ini, Robert mengunjungi Celline Hudson.
Wanita itu menyambut Robert dengan hangat. "Selamat pagi, Tuan White. Apa yang terjadi sampai Anda mengunjungiku sepagi ini dan membatalkan semua meeting pagi Anda?"
Robert berdeham. Kedua tangannya yang terlipat, tidak bisa diam. "Nyonya, maaf kalau saya mengganggu Anda pagi ini."
"Saya paham sekali, ini tidak pantas dan termasuk ranah pribadi Anda. Tapi, hal ini ada kaitannya dengan saya juga. Maka dari itu, saya meminta maaf sebelumnya pada Anda," lanjut Robert dengan sangat hati-hati.
Robert White bukanlah seseorang yang senang mengurusi urusan orang lain. Dia adalah pria yang akan fokus pada bisnis dan akan menjauhi drama orang lain sejauh mungkin.
Oleh karena itu, ketika pagi ini dia harus menemui Celline bukan untuk urusan bisnis, wajahnya memerah bahkan sebelum dia mengetuk pintu.
Dengan sabar, Celline menunggu Robert untuk melanjutkan kalimatnya. Dia terus tersenyum dan menaikkan alisnya.
"Ehem! Kemarin malam, saya mendapatkan pesan dari seseorang dan orang itu mengatakan kalau Anda dan suami Anda akan segera bercerai," kata Robert dengan suara nyaris berbisik.
Kemudian, dia merapikan posisi duduknya supaya terlihat nyaman dan melipat kedua tangan di pangkuannya. "Ehem! Lalu, pesan tersebut juga mengatakan kalau putri kesayangan saya sekarang menjalin hubungan dengan suami Anda."
"Maaf, karena ini topik yang sangat tidak nyaman dan tidak layak untuk kita bahas. Tetapi, ada nama putri saya di sini. Saya selaku orang tua dari Anaya White wajib dan harus bertanggung jawab." Robert menundukkan kepalanya sedikit dan menunjukkan wibawa sebagai seorang ayah, bukan seorang petinggi perusahaan.
Celline ikut tertunduk. Lalu, dia meminta Robert untuk sedikit tenang. "Saya merasa tidak enak juga karena masalah yang menyeret nama putri Anda, Tuan."
"Jujur saja, saya tidak tau tentang berita itu. Tapi, kabar yang menyebutkan hubungan saya dengan Josh akan bercerai itu benar adanya." Celline melanjutkan dengan suara tegar.
Seketika itu juga, Robert mengangkat kepala dan menatap mata wanita yang ada di depannya itu.
Wanita yang masih berusaha untuk tetap tersenyum walaupun matanya berkaca-kaca.
"Apa it-, ...,"
Sebelum Robert melanjutkan pertanyaannya, Celline menggeleng seolah tahu apa yang akan ditanyakan oleh ayah Anaya itu.
"Bukan karena putri Anda," kata Celline dan saat itu, Robert mengembuskan napas lega. "Josh menggugatku setahun yang lalu, tapi aku belum menanggapi gugatan itu sampai akhirnya gugatan kedua datang."
Ada rasa ingin tahu dalam tatapan Robert, tetapi dia menahannya sekuat tenaga. Perceraian Josh dan Celline bukanlah urusan dia.
Sesuai kode etik bisnis yang tidak tertulis, dia dan para penggiat bisnis lainnya dilarang menjatuhkan lawan mereka dengan membawa masalah pribadi.
Akan tetapi, Robert masih bertanya-tanya mengapa putrinya dikaitkan dalam hubungan Josh dan Celline.
"Lalu, putriku?" tanya Robert. Sekali lagi, dengan hati-hati.
Celline mengangkat bahunya. "Untuk kabar itu, saya minta maaf, saya juga tidak tau, Tuan."
"Beberapa hari yang lalu, saya juga mendapat kabar yang sama. Tapi, saat itu saya menepisnya. Tidak mungkin Josh mau berhubungan dengan seorang gadis muda," kata Celline setengah berbohong.
Wajah Robert memerah, campuran antara marah dengan khawatir. "Sekali lagi, saya minta maaf, Nyonya."
"Tidak masalah, Tuan. Seharusnya saya yang meminta maaf karena telah menyebabkan huru-hara ini," kata Celline tulus.
Lalu, wanita berusia 45 tahun itu menatap foto keluarga yang ada di ruang tamu tersebut dan mengembuskan napas. "Semoga putrimu dapat memilih pria yang baik untuknya."
Robert mengangguk dan berharap doa Celline akan terkabul. Keduanya lalu terdiam dan menatap foto keluarga Hudson yang tergantung di dinding.
"Tuan White, boleh aku bertanya?" tanya Celline mengalihkan pandangannya ke arah Robert.
Robert mengulurkan tangannya, mempersilakan Celline untuk bertanya.
Celline mengangguk berterima kasih. "Seandainya berita itu benar, apa yang akan Anda lakukan?"
Napas Robert tercekat. Udara di sekitarnya seolah menghilang sehingga dia kesulitan untuk mengumpulkan oksigen.
Lidahnya kelu dan semua kata-kata di otaknya menguap begitu saja.
"Maaf kalau aku membuat Anda panik, Tuan. Aku hanya ingin mengetahui bagaimana tindakan Anda jika putri Anda mencintai suamiku?" tanya Celline lagi. Kali ini, suaranya lebih lantang.
Perlahan, Robert mengangkat bahunya. "Jujur saja, saya tidak tau. Saya sudah mempersiapkan Anaya dengan pria pilihan saya. Tapi, kalau dia menolak, apa yang bisa saya lakukan? Saya juga belum tau apa kabar itu benar."
"Saat ini yang ada di pikiranku hanya aku ingin bertemu dengan Josh dan menanyakan tentang kebenaran kabar itu," lanjut Robert lagi.
Setelah mengambil keputusan itu, Robert berpamitan dan dia meminta asistennya untuk menghubungi Josh dan menunggunya di kantor.
Setibanya Robert di kantor, Josh sudah menunggu di dalam ruangannya.
Wajah tampan pria itu terlihat bahagia dan tak tampak sedih sedikit pun. Kecurigaan Robert pun semakin besar.
Ketika Robert masuk ruangan, Josh berdiri dan membungkuk memberi hormat. "Selamat siang, Tuan White. Bagaimana kabar Anda?"
"Kau sepertinya sedang bahagia, Grebel," balas Robert dan mempersilakan Josh untuk kembali duduk.
Josh hanya tersenyum dan tersipu, namun dia tidak menjawab pertanyaan atasannya itu. "Apa ada yang bisa saya bantu, Tuan?"
Tanpa basa-basi, Robert menceritakan segalanya pada Josh. Mulai dari tuduhan Jack sampai pertemuannya dengan Celline.
"Saya membenarkan kabar kalau saya memang menggugat istri saya setahun yang lalu dan beberapa waktu lalu, istri saya meminta saya untuk membatalkan gugatan itu, tapi saya menolaknya," jawab Josh.
Alasan mengapa Josh menjadi orang kepercayaan Robert adalah karena pria itu selalu menatap matanya dengan berani dan tidak ada kebohongan sedikitpun yang tersirat di matanya.
Robert mengangguk-angguk. Dalam hati pria itu mengagumi kejujuran Josh dalam urusan pribadinya seperti saat ini.
"Mengapa kau tetap ingin bercerai dari istrimu? Bukannya aku mau ikut campur, tapi kulihat istrimu baik dan sangat sayang kepadamu," tanya Robert tanpa mengintimidasi Josh.
Josh terdiam sesaat, lalu kembali menjawab, "Alasan yang pertama, karena istri saya sudah membuat saya sangat sakit hati. Dia melukai harga diri saya sebagai seorang lelaki dan suami,"
"Alasan kedua, karena saat ini saya sedang jatuh cinta pada seseorang," lanjut Josh lagi.
Hati Robert mencelos saat Josh mengemukakan alasan keduanya. Rasa penasaran membuat pria paruh baya itu melupakan wibawanya sebagai pemimpin perusahaan.
"Apa seseorang itu putriku, Grebel? Apa itu Anaya?" tanya Robert dengan suara setengah bergetar.
***