Gabriel Alessandro, seorang tangan kanan bos mafia terkenal di Itali. Memutuskan keluar dari organisasi tersebut dan pergi ke Indonesia, kampung halaman ibunya.
Ia memutuskan pergi karena dihantui rasa bersalah setelah meledakkan bom di sebuah panti asuhan atas perintah bosnya.
Disaat ia mencoba menikmati hidup, ia bertemu dengan seorang perempuan yang dikejar oleh banyak pria berbadan kekar.
Ia yang awalnya tidak peduli akhirnya memutuskan untuk menolong perempuan itu.
Lalu apakah pertemuan mereka akan berlanjut dan membawa kedua nya dalam kisah yang baru ? Atau hanya sekedar pertemuan yang akan terlupakan begitu saja ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Jonas
🌙🌙🌙
Gabriel dan Melati tiba di Apartemen. Sebelum itu mereka berjalan-jalan di taman sebentar dan membeli beberapa makanan. Tentu saja Gabriel mengikuti kemana pun Melati pergi sesuai permintaan Melati. Dan anehnya ia menurut saja.
Melati meletakkan banyak sekali jajanan yang dibeli diatas meja. Gabriel melihat itu hanya geleng-geleng kepala.
"Memang nya itu enak ?" Tanya Gabriel.
"Coba saja. Pasti Kak El belum pernah makan makanan seperti ini kan ?"
Melati menyuapi cilok bumbu kacang dan Gabriel menerimanya. Gabriel mengunyahnya pelan. Ia mengerutkan kening saat merasakan rasa yang asing baginya.
"Enak tidak ?" Tanya Melati.
"Ya, bisa dinikmati". Jawab Gabriel mengambil lagi cilok di tangan Melati dengan tusukan.
"Kalo ini namanya batagor dan cimol. Bumbu kacang juga. Enak".
"Yang ini sate kerang".
"Ini pentol bakar".
"Kalo ini namanya seblak. Kak El harus coba". Melati menyuapi Gabriel lagi. Tanpa curiga Gabriel menerimanya meskipun ada aroma yang menyengat dari makanan itu.
"Hah". Mata Gabriel terbuka lebar. Ia segera berdiri mengambil air dingin dari kulkas.
"Makanan apa ini ?". Gabriel berteriak. Ia merasa lidahnya terbakar.
"Tidak terlalu pedas". Gumam Melati mencicipi seblak yang ia beli dengan level tiga. Tidak terlalu pedas menurut nya tapi ia lupa jika Gabriel seorang bule yang tidak suka pedas.
Gabriel meminum susu untuk meredakan rasa pedas di mulutnya. Kemudian ia duduk lagi.
"Jangan beri aku makanan itu. Aku tidak suka". Ia seperti merajuk. Tapi tangannya sibuk mengambil makanan lainnya.
"Iya iya. Maaf ya, aku lupa kalau Kak El bule, tidak suka pedas". Melati hanya nyengir.
"Ini es boba buat Kak El satu". Melati menyerahkan minuman manis itu. Gabriel tau minuman itu dan segera meminumnya.
Rasanya enak sekali memakan jajanan pinggir jalan dengan es yang dingin. Sungguh nikmat.
"Rasanya aku harus diet sebentar lagi. Makanan ini mengandung tepung semua". Ucap Gabriel dengan mulut penuh makanan.
"Kan cuma sekali makan ini. Tidak akan gendut". Kata Melati.
Gabriel hanya mengangguk dan melanjutkan mengunyah. Melati pun sama.
...
Satu minggu pun berlalu. Sekarang waktunya Melati untuk melepaskan gips di kakinya. Dan Gabriel akan mengantar nya nanti siang. Pagi ini ia berangkat ke Kantor untuk rapat penting.
Melati sedang memeriksa skripsi yang akan ia serahkan nantinya. Barangkali ada yang perlu di revisi.
Selama seminggu ini ia berusaha mengalihkan tentang Damar dari pikiran nya. Tidak mudah, tapi ia tekankan pada dirinya bahwa ia bisa.
Ia ingin cepat lulus kuliah kemudian menjelajah Eropa seperti mimpinya selama ini.
Damar, hanya akan menjadi cerita untuk nya. Bagian dari waktu yang tidak bisa dihapus.
Sembari merevisi, sembari ia menguatkan hati. Jangan sampai semuanya goyah hanya dengan melihat wajahnya.
Dering ponsel membangunkan Melati dari tidurnya yang tidak disengaja.
Ia mengelap ujung bibirnya kemudian menerima telfon.
📞 Sudah siap belum ? Aku sudah dijalan sebentar lagi sampai.
"Iya Kak. Tinggal ganti baju. Aku tadi ketiduran"
📞 Kalau begitu cepatlah.
"Iya".
Telfon sudah dimatikan. Dan Melati mulai bersiap-siap. Hari ini ia memakai dress putih motif bunga lili. Dengan jaket jeans crop. Juga sepatu flatshoes berwarna cream melengkapi penampilannya. Aroma parfum vanila menguar dari tubuhnya.
Tidak butuh waktu lama ia sudah rapi. Ia memutuskan untuk menunggu Gabriel di lobi saja daripada menunggu Gabriel menjemput nya. Ia kasihan juga pada lelaki yang menjadi suaminya itu.
Lalu dengan perlahan ia memasuki lift. Rodanya slip saat berada di pintu lift. Melati panik, ia berusaha mendorongnya lebih kuat tapi tidak ada pergerakan.
Lalu ia merasa kursi rodanya berjalan sendiri. Ia menoleh kebelakang ternyata ada orang yang mendorongnya. Seorang lelaki tinggi tampan juga, berwajah bule sedang membantu nya.
"Tidak usah berterima kasih". Kata lelaki itu dalam bahasa inggris.
Melati kikuk. Lelaki itu tampak dingin tanpa senyum. Jadi Melati hanya mengangguk sebagai bentuk penghormatan.
Lalu dengan pelan ia memutar kursi rodanya agar menghadap ke pintu. Hanya ada mereka di lift, aura dingin semakin dirasakan oleh Melati.
Kali ini turun ke lobi sangat lama bagi Melati. Ia memutuskan mengambil ponselnya di tas dan mengirim pesan pada Gabriel jika ia turun sendiri.
Akhirnya lift berhenti dan pintunya terbuka. Melati melihat Gabriel berdiri di depan pintu lift sambil memegang ponsel.
Saat mereka saling berpandangan Gabriel segera menghampiri Melati dan memasukkan ponselnya.
Gabriel melihat seseorang yang berdiri di belakang Melati. Itu Jonas, temannya.
"Kenapa turun sendiri ? Bagaimana kalo tiba-tiba rodanya slip ?" Cecar Gabriel sambil mendorong kursi roda Melati keluar.
"Iya, tadi slip terus orang itu nolong aku". Ucap Melati sambil menunjuk pria yang bersama nya.
"Makasih bro". Gabriel menepuk pundak Jonas. Dan Jonas hanya mengangguk.
"Kak El kenal dia ?" Tanya Melati yang sedikit mengerti bahasa Italia.
"Iya dia temanku dari Italia. Aku belum cerita ya". Kata Gabriel menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Melati menggeleng. Lalu Gabriel mengenalkan Jonas pada Melati. Sedangkan Jonas tidak terlalu terkejut, sebab Gabriel sudah bercerita kalau ia punya seorang istri disini. Tapi Jonas tidak tau bagaimana rupa istrinya itu. Sekarang barulah ia tau.
"Senang bertemu denganmu, Melati". Ucap Jonas masih dengan wajah datarnya.
"Iya, senang bertemu denganmu juga".
"Kau mau kemana ? Kau bilang sedang tidak enak badan, makanya tidak masuk bekerja ?" Tanya Gabriel pada Jonas.
"Iya, aku mau periksa". Jawab Jonas cepat.
"Kami juga mau ke Rumah Sakit. Ikutlah dengan kami". Ajak Gabriel.
"Tidak perlu. Aku tidak mau mengganggu kalian". Tolak Jonas.
"Kau ini, seperti kita orang asing saja".
"Iya, ikutlah dengan kami tidak apa-apa". Melati juga berusaha mengajak. Mungkin saja ia tidak enak padanya, pikir Melati.
"Tidak apa-apa. Aku sendiri saja. Aku bisa". Tolak Jonas lagi sambil melihat jam di tangannya.
"Baiklah aku tidak memaksa". Lalu Gabriel meninggalkan Jonas sambil mendorong kursi roda Melati.
"Hubungi aku kalau butuh bantuan". Teriak Gabriel.
"Tentu". Jonas juga berteriak.
Melihat Gabriel sudah pergi, Jonas tidak membuang waktu lagi. Ia segera menuju basement tempat mobilnya terparkir.
Ia melajukan mobilnya dengan kencang seakan mengejar sesuatu.
"Itu teman nya Kak El memang wajahnya seram begitu ya ?" Tanya Melati di dalam mobil. Ia tidak bisa menahan rasa keingintahuannya.
"Iya. Kadang bisa makan orang". Gabriel menjawab dengan wajah yang serius.
"Ih Kak El. Yang bener dong". Melati memukul pelan lengan Gabriel.
"Hahahha masa kamu percaya sih".
"Lah memang orangnya seram. Apalagi banyak tatonya".
"Iya memang dia itu seram. Tapi sebenarnya baik kok. Dia teman baikku ".
"Teman dari lama ?"
"Iya".
🌙🌙🌙
biarpun cintamu sedang membara