"Dasar brengsek! Kadal burik! Seumur hidup aku gak mau ketemu kamu lagi. Bahkan meskipun kamu mati, aku doain kamu susah menjemput ajal."
"Siapa yang sekarat?" Kanya terhenyak dan menemukan seorang pria di belakangnya. Sebelah tangannya memegang kantung kresek, sebelah lagi memasukan gorengan ke dalam mulutnya.
"Kadal burik," jawab Kanya asal.
"Kadal pake segala di sumpahin, ati- ati nanti kena tulah sumpah sendiri."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit Perasaan
Alan terbangun dengan kepala yang terasa berat, matanya mengeryit saat tak mengenal dimana dia sekarang, hingga suara pintu terdengar di ketuk dari luar.
Alan berjalan dengan memegangi kepalanya, bibirnya meringis karena rasa nyeri yang menghantamnya hingga rasanya telinganya pun berdenging.
Sialan! efek yang begitu mengerikan, tapi tetap saja banyak yang suka minum. Atau mungkin karena semalam dia minum berlebihan.
"Permisi, Pak. Pesanan kamar," ucap si pelayan saat pintu kamar terbuka.
"Saya gak pesan." terang saja dia bahkan baru bangun dari tidurnya.
"Oh, ini di minta mbaknya yang semalam, katanya suruh anter pagi- pagi." Alan menatap ke arah nampan, ada sarapan dengan jus lemon, mungkin untuk menghilangkan pengar.
"Siapa yang semalam mengantarku?" tanya Alan dengan mempersilahkan pelayan masuk menyimpan namanya di meja.
"Saya kurang tahu, Pak. Anda bisa tanya pada resepsionis?" setelah itu pelayan kembali pergi.
Kini Alan termenung mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, namun dia justru tak mengingat apapun. Alan meminum jusnya, hingga mata terasa sedikit terbuka, bukan karena rasa jus yang sangat asam yang sepertinya tanpa gula. Namun karena dia mengingat sesuatu. Lalu sekilas dia mengingat bayangan seorang gadis berdiri di depannya.
"Anya," Alan menggeleng. Bagaimana mungkin, Kanya ada disana.
Tapi, siapa? Jelas Alan hapal perawakan Kanya.
Alan memutuskan mandi agar terasa lebih segar, lalu duduk dengan mengenakan bathrobe sebab pakaiannya berbau minuman dan muntahan, hingga Alan tak mungkin mengenakannya lagi.
"Sam, bawakan aku stelan kerja ke hotel ..." Alan menunduk ke arah piring dimana ada nama hotel yang dia tinggali disana, lalu mengatakanya pada Samuel.
Alan memasukan sepotong roti ke dalam mulutnya, pikirannya tak bisa tak berhenti mengingat siapa yang mengantarnya kesana. Hingga dia mengingat jika dia benar-benar mendengar suara Kanya.
"Berhenti ganggu aku, jangan hubungi aku lagi!" itu katanya. Mata Alan berjengit, lalu kembali membuka ponselnya untuk melihat catatan panggilan disana, hingga dia menemukan nama Kanya disana. Benar dia menghubungi Kanya.
Alan tersenyum. "Kamu masih peduli sama aku, Anya. Gak peduli apapun yang kamu katakan. Aku yakin perasaan kamu masih ada meski hanya sedikit." Alan tersenyum melihat sarapannya. Kanya bahkan peduli dengan memesankannya sarapan dan jus lemon untuk menghilangkan pengarnya. Sekarang dia harus mengingat apa saja yang terjadi semalam saat Kanya mengantarnya.
Sial! Dia terlalu mabuk.
....
Kanya menatap cermin di depannya. Penampilannya sudah rapi sebab akan bertemu Joe seperti janjinya untuk makan siang bersama. Matanya memang menatap dirinya, namun pikirannya melayang ke kejadian semalam dimana dia mengantarkan Alan ke kamar hotel.
Semalam saat Kanya mengantar Alan dan melempar tubuh besar itu ke ranjang, pria itu justru menariknya hingga jatuh ke pangkuannya.
Untuk sesaat Kanya tertegun, wajah Alan memejam namun bibirnya terus meracau.
"Tolong kasih aku kesempatan, Anya. Aku mohon ... dia bukan anakku ... aku di jebak. Mereka semua jahat." Tiba-tiba Alan menangis.
"Kamu ngomong apa sih?" Kanya berusaha melepaskan tangan Alan yang mendekapnya dengan erat. Namun bukannya terlepas, tangan Alan justru merambati punggungnya, lalu naik ke tengkuknya.
Kanya menelan ludahnya saat Alan mendorongnya mendekat hingga bibir mereka bertemu. Aroma alkohol menguar dari mulut Alan, berpadu dengan decapan lidah pria itu di bibirnya.
Kanya yang sempat tertegun, mendorong Alan, lalu memberikan tamparan di pipinya.
"Brengsek! Sialan!" Kanya mengusap bibirnya yang basah.
"Berhenti ganggu aku, jangan hubungi aku lagi!" Setelah itu Kanya berbalik akan pergi, namun sebelum mencapai pintu dia menoleh kembali pada Alan. Pria itu kembali tertidur seperti tak terjadi apapun.
....
Kanya menyentuh bibirnya. "Kenapa kamu muncul lagi." Kanya mengepalkan tangannya. "Engak, aku gak boleh goyah. Apapun alasannya, aku gak akan pernah kembali." Kanya menyesali kepeduliannya semalam yang bahkan memesankan sarapan untuk pria itu di pagi hari, hingga jus lemon untuk menghilangkan pengar yang mungkin akan terasa setelah Alan bangun. Kanya menghela nafasnya lalu keluar dari kamar.
Dia akan segera berangkat untuk makan siang bersama Joe.
....
Sonya menggenggam tangan Raka, putranya. Bocah itu sedang terlelap. Sonya tahu dia bersalah karena menjebak Alan dalam situasi sulit. Namun apa dayanya saat Rio tak mau bertanggung jawab, bahkan orang tuanya memilih melimpahkan tanggung jawab pada Alan. Sonya juga tidak mungkin menunggu Rio keluar dari penjara, sementara bayi dalam kandungannya membutuhkan pengakuan dan status. Jadi Sonya memilih melimpahkan semuanya pada Alan. Membuat pria itu merasa bersalah lalu menikahinya.
Sonya yakin Alan akan menjadi ayah yang baik sebab dia memang baik sebagai sahabatnya. Namun setelah Alan tahu jika dia menjebaknya dan memanfaatkan rasa bersalahnya, pria itu menjadi dingin. Apalagi setelah hari pernikahan dimana Kanya datang dan menyumpahi mereka. Alan semakin tak tersentuh.
Selama lima tahun ini Sonya berusaha untuk bisa meluluhkan Alan. Namun bagaimana pun caranya, Alan tetap tak mau menyentuh bahkan sejak awal mereka tinggal di rumah yang berbeda. Alan benar-benar menganggap rumah tangga ini sebuah status.
Lalu sekarang setelah sekian lama dia menghindari perceraian dengan alasan Rio yang menghilang sejak keluar dari penjara, tak bisa lagi berkelit saat pengadilan mengirimkan surat panggilan untuk sidang perceraian. Jika sudah bergulir seperti sekarang tentu saja dia akan kalah. Sebab Sonya tahu Alan sudah mengantongi berbagai bukti untuk menceraikannya, termasuk hasil tes DNA yang nyata, sebab Raka memang bukan anaknya.
Kesialan untuknya saat dia terjerat bujuk rayu Rio hingga menyerahkan yang tak seharusnya. Andai dia tahu pria itu tak akan bertanggung jawab. Tapi penyesalan selalu di akhir. Dan sekarang nasi sudah menjadi bubur.
"Apa yang harus aku lakuin biar Alan membatalkan gugatan ini?" gumamnya.
...
Like...
Komen...
Vote...
🌹🌹🌹
coba alan tau klu kanya mau nikah biar tau tuh sakitnya kayak gmn bl orang yg di cintai nikah sama orang lain.