follow Author..
IG : poppy.susanti.7927
FB : Poppy Susanti
Tiktok : Poppy Susan_33
"Menikahlah denganku, maka aku akan membiayai pengobatan adik kamu," seru Dava dingin.
Reva tidak bisa menolaknya, tidak dipungkiri kalau dia butuh biaya untuk pengobatan adiknya sedangkan Dava membutuhkan Reva untuk mengurus kedua keponakannya.
Bagaimanakah nasib pernikahan mereka, akankah mereka berbalik saling jatuh cinta dan berakhir dengan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Perfect Husband
Kehadiran putri pertama Dava dan Reva yang diberi nama Diva Wibisana itu membuat rumah menjadi ramai, tangisan Diva menjadi hiburan tersendiri untuk semuanya.
Ternyata Dava memenuhi janjinya, setiap malam Dava yang selalu bergadang. Jika Diva menangis, dia yang akan sigap mengambilnya dan membuat Diva tidur kembali. Dava tidak mengizinkan Reva bergadang dan itu membuat Reva merasa kasihan juga.
Reva menggerakkan tubuhnya, sungguh sangat nyenyak tidurnya malam ini. Reva bangun dan betapa terkejutnya ia saat melihat Dava tidur terduduk sembari memegang pa*ntat Diva.
"Ya Allah, pasti tadi malam Diva nangis lagi," gumam Reva.
Reva juga melihat kalau di tangan satunya lagi Dava memegang foto kosong. Selama ini ASI Reva memang sangat berlimpah dan Reva rajin sekali memompa ASInya dan menyimpannya di lemari pendingin.
Perlahan Reva bangun dan mengambil dpt kosong dari tangan Dava, setelah itu menghilang Diva dan memindahkannya ke ranjang bayi.
"Ya Allah Nak, kamu beruntung sekali punya Daddy yang menyayangi dan menjaga kamu sepanjang malam," gumam Reva dengan senyumannya.
Reva menghampiri Dava dan perlahan menidurkan Dava namun Dava terbangun.
"Diva mana?" tanya Dava panik.
"Diva sudah aku pindahkan ke ranjang bayi, maaf sudah mengganggu tidur Mas, kalau Mas tidurnya seperti itu nanti lehernya sakit," sahut Reva.
Dava menarik tangan Reva sehingga Reva terduduk di atas ranjang, lalu Dava tertidur di pangkuan Reva.
"Ah, rasanya nyaman sekali," seru Dava.
Reva mengusap kepala Dava dengan penuh kasih sayang.
"Terima kasih ya Mas, sudah menjadi Daddy yang siaga untuk Diva. Setiap malam kamu selalu jagain Diva, padahal siangnya kamu sudah capek dengan pekerjaan di kantor," seru Reva.
"Tidak apa-apa, aku ikhlas kok. Itung-itung sebagai bayaran karena dulu aku sudah membuatmu dan Diva menderita."
"Itu kan masa lalu Mas, tidak usah diungkit-ungkit lagi."
Reva terus mengelus kepala Dava, hingga tanpa terasa Dava sudah terlelap dalam pangkuan Reva. Reva tersenyum, sungguh Reva sangat beruntung mempunyai suami seperti Dava.
Reva memperhatikan wajah Dava, wajah tampan itu terlihat sangat kelelahan. Perlahan Reva mengangkat kepala Dava dan memindahkannya ke atas bantal.
"Tidur yang nyenyak suamiku," gumam Reva dengan mencium kening Dava.
Reva dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah selesai dia pun memandikan Diva dan membawanya ke bawah untuk berjemur.
"Dava mana?" tanya Mama Amelia.
"Masih tidur, Ma."
"Tumben masih tidur? memangnya dia tidak ke kantor pagi ini?"
"Reva sengaja tidak membangunkan Mas Dava karena setiap malam Mas Dava selalu bergadang menjaga Diva jadi Reva biarkan Mas Dava tidur, kasihan," sahut Reva.
Amelia tersenyum, dia mengambil Diva dari gendongan Reva.
"Chika dan Cello sudah berangkat sekolah, Ma?" tanya Reva.
"Sudah, tadi bareng sama Rian."
"Oh. Ma, Reva titip Diva sebentar ya, mau masak sarapan dulu buat Mas Dava."
"Iya."
Reva pun pergi ke dapur untuk memasak sarapan, Dava memang tidak mau makan kalau bukan Reva yang masakan padahal dulu sebelum menikah dengan Reva, dia makan masakan yang dimasak oleh Wati.
Setelah selesai masak, Reva masuk ke dalam kamarnya untuk membangunkan Dava.
"Mas, ayo bangun sudah siang. Memangnya hari ini Mas tidak ke kantor?" seru Reva dengan menciumi pipi Dava.
"Masih ngantuk sayang, hari ini sepertinya aku tidak ke kantor," sahut Dava dengan suara seraknya.
"Ya sudah kalau tidak ke kantor, Mas lanjutkan saja tidurnya aku tidak akan mengganggumu."
Reva bangkit dan hendak pergi, tapi Dava dengan cepat menarik tangan Reva sehingga tubuh Reva terhuyung dan jatuh ke atas tubuh Dava.
"Mas."
"Sebentar saja biarkan seperti ini, rasanya sudah lama aku tidak memelukmu."
Reva tersenyum, ia memperhatikan wajah Dava yang masih memejamkan matanya itu. Dava memang sangat luar biasa, sedang tidur saja masih terlihat tampan dan Reva sangat beruntung bisa memiliki Dava dan dicintai Dava dengan sepenuh hatinya.
"Sudah puaskah kamu memperhatikan wajahku, sayang?" seru Dava dengan membuka matanya.
Seketika wajah Reva memerah menahan malu, entah kenapa sampai saat ini Reva selalu malu jika ketahuan sedang memperhatikan Dava padahal Reva tidak harus malu karena Dava adalah suaminya.
"Sudah ah Mas, lepaskan. Sepertinya Diva menangis," seru Reva salah tingkah.
"Mana? aku gak dengar Diva nangis, jangan banyak alasan. Kenapa wajah kamu merah seperti itu?" goda Dava.
"Apaan sih Mas, sudah lepaskan."
"Jawab dulu kenapa wajah kamu merah?"
"Aku malu Mas."
"Kenapa malu? lihatin suami sendiri gak dosa jadi gak perlu malu, lagipula aku sudah lihat semuanya tidak ada yang terlewatkan sejengkal pun dari tubuhmu," goda Dava.
"Ih, Mas apaan sih."
Reva pun melepaskan tubuhnya dari cengkraman Dava, wajah Reva semakin memerah mendengar ucapan Dava yang terlalu blak-blakan itu.
"Sayang, mau ke mana?"
"Mau lihat Diva, takutnya rewel."
"Diva terus yang diurusin, suami sendiri gak mau ngurus," kesal Dava dengan wajah cemberutnya.
Reva menghembuskan napasnya lalu mendekati suaminya itu.
"Mas itu kenapa sih? jelaslah aku urus Diva, dia kan masih bayi masa Mas cemburu sama putri sendiri," seru Reva.
"Iya, tapi kan aku juga mau diperhatikan seperti Diva," ketus Dava.
Reva tersenyum, dia membungkukkan tubuhnya dan melihat wajah suaminya yang cemberut itu.
"Ya sudah, kalau begitu aku minta maaf. Sekarang apa yang harus aku lakukan?" seru Reva.
Dava melihat ke arah Reva, otaknya bekerja sangat cepat. Dava pun bangun dan langsung mengangkat tubuh Reva lalu membawanya masuk ke dalam kamar mandi.
"Mas, aku sudah mandi tadi!" pekik Reva.
"Gak apa-apa, mandiin aku soalnya aku ingin dimandiin sama kamu."
"Astaga Mas."
Reva tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa pasrah. Setelah selesai mandi, keduanya langsung memakai baju lalu turun ke bawah.
"Maaf Ma, lama," seru Reva dengan menundukkan kepalanya karena malu.
"Tidak apa-apa, Mama ngerti kok," sahut Mama Amelia dengan senyumannya.
Reva segera mengambil Diva dari Mama mertuanya itu, sedangkan Dava makan sendirian. Hari ini Dava ingin menghabiskan waktu di rumah bersama istri dan putri kecilnya.
"Sayang, pokoknya aku ingin memberikan pendidikan yang bagus untuk Diva kalau perlu kita sekolahkan ke luar negeri," seru Dava.
"Tidak Mas, aku tidak setuju. Sekolah di sini saja, banyak kok yang bagus. Aku gak mau sampai jauh dari anak-anak," sahut Reva.
"Baiklah, terserah kamu saja. Pokoknya urusan rumah tangga dan anak, semuanya kamu yang urus dan tugas aku hanya mencari uang untuk kalian karena aku tidak mau sampai istri dan anak-anakku kelak kekurangan sedikit pun."
"Terima kasih ya Mas. Bagi aku, kamu adalah suami sempurna."
Dava tersenyum dan menarik tubuh Reva ke dalam pelukannya.
udah gitu si reva katanya lulusan sarjana kok kek ngak punya keahlian dibidang lain selama hamil juga ngak punya penghasilan pdhl mereka butuh biaya untuk mnjlani hidup
ceritanya bagus, alurnya hidup,.... banyak pesan moral didalamnya....