S 1.Rahim 500 Juta
S 2. Cinta Untuk Kanaya
Tania Lorenza, gadis muda yang berprofesi sebagai cleaning service di sebuah perusahaan, dan juga memiliki pekerjaan sampingan menjadi pelayan cafe saat malam hari. Dua pekerjaan itu ia lakoni untuk mengumpulkan uang buat biaya pasang ring jantung ayahnya.
Suatu hari Tania mendapat tawaran oleh direktur utama perusahaan tempatnya bekerja, untuk digunakan rahimnya sebagai bahan percobaan mengandung anak sang direktur tersebut.
Vino Erlangga, seorang direktur utama yang terpaksa mencari seseorang untuk ia sewa rahimnya sebagai percobaan dan pembuktian kepada istrinya yang selalu mengklaim dirinya tidak bisa memiliki keturunan.
Akankah Tania menerima tawaran tersebut, lantaran butuh biaya banyak untuk ayahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAHIM 500 JUTA~ BAB 23
"Tania lama sekali, sebaiknya aku susul saja." Vino pun turun dari mobil nya dan masuk kembali kedalam Mall, dengan langkah cepat ia berjalan menuju toilet.
Seketika Vino terkejut mendapati Tania yang sudah terduduk di lantai depan pintu toilet dalam keadaan menangis serta penampilannya yang sudah acak-acakan.
"Tania, kamu kenapa? Siapa yang melakukan ini sama Kamu?" Vino menangkup wajah Tania yang sudah berderai air mata dengan kedua pipi nya memerah lebam.
"Tania jawab!"
Tania hanya menggeleng pelan kepalanya sambil menangis sesenggukan, rasanya suara nya tercekat di tenggorokan. Bukan hanya fisik nya yang di sakiti tetapi juga hati dan perasaannya yang membuatnya merasa begitu rendah.
Vino benar-benar murka melihat keadaan Tania, rahangnya mengeras bahkan terdengar gemelutuk giginya, serta kedua matanya memerah. Namun melihat keadaan Tania seperti itu ia tidak bisa memaksanya untuk mengatakan siapa yang telah membuatnya seperti itu. Vino pun memeluk Tania yang masih menangis sesenggukan, ia tidak akan mengampuni siapa pun pelaku nya, bahkan jika itu adalah David Kakaknya Tania sendiri. Terlebih jika sampai terjadi sesuatu pada kandungan Tania.
Vino membantu Tania untuk berdiri. Untuk saat ini ia akan membawa Tania kerumah sakit untuk mengobati lebam di wajah nya, terutama memeriksa kandungan Tania untuk memastikan jika bayi nya baik-baik saja.
Sesampainya di rumah sakit, Tania langsung di tangani oleh dokter. Sementara Vino menghubungi Bara untuk menyuruh asistennya itu untuk memeriksa CCTV yang ada di depan toilet di Mall tersebut.
Setelah beberapa saat menunggu Tania pun telah selesai di tangani oleh dokter dan Vino bernafas lega saat dokter mengatakan jika kandungan Tania baik-baik saja. Hanya lebam di kedua pipi dan sedikit cedera pada kedua tangan Tania. Namun, ia tak bisa membiarkan ini begitu saja. Ia akan memberikan pelajaran pada orang yang sudah berani menganiaya Tania. Ia tidak mengerti kenapa orang itu melakukan hal itu pada Tania, sangat tidak berperikemanusiaan menyiksa wanita yang sedang hamil.
"Apa ini sakit sekali?" Vino menyentuh pipi Tania yang masih tampak memerah.
Tania menggelengkan kepalanya, rasa sakit di pipi nya tak sebanding dengan rasa sakit atas tuduhan wanita-wanita yang menyiksa nya itu yang begitu merendahkan harga diri nya.
"Coba katakan, siapa yang sudah melakukan ini pada mu. Apa dia mengatakan sesuatu atau mengancam mu?"
Tania menggelengkan kepalanya lagi, ia tak tahu harus mengatakan apa pada Vino. Memberitahu pun rasanya percuma karena ia tidak tahu siapa wanita-wanita yang tiba-tiba menyerang nya itu. Tapi dari perkataan mereka, Tania tahu jika wanita-wanita itu mengenal Vino dengan baik.
"Jangan takut, Tania. Katakan saja padaku, jika pun dia mengancam mu kamu akan tetap aman. Aku tak akan membiarkan orang itu bebas berkeliaran setelah apa yang dilakukannya padamu."
Tania kembali menggelengkan kepalanya. Sungguh ia tak ingin memperkeruh masalah. Yang sudah terjadi birlah terjadi. Toh Vino mau membalas mereka pun tak akan mengubah apa pun, ia sudah terlanjur sakit dan merasa diri nya hina di tuduh seperti itu.
Vino pun hanya bisa menghela nafas nya. Mengingat kondisi Tania yang tidak baik-baik saja saat ini ia pun menyudahi pertanyaan nya dan lebih baik menunggu kabar dari Bara saja.
Tak lama kemudian ponsel Vino berdenting menandakan ada pesan masuk, ia mengepalkan tangannya membaca isi pesan yang ternyata dari Bara.
Vino pun menelpon ART yang berada di apartemen untuk datang kerumah sakit menggantikannya menemani Tania, sementara ia sendiri harus pergi menyelesaikan masalah yang menimpa Tania.
Beberapa saat menunggu, ART pun datang.
"Apa yang terjadi pada Non Tania, Pak, kenapa bisa sampai masuk rumah sakit?" tanya ART itu khawatir.
"Nanti saya jelaskan, sekarang saya harus segera pergi dan tolong jaga istri saya. Segera laporkan pada saya jika ada sesuatu yang mencurigakan, dan jangan biarkan orang asing masuk kedalam ruangan istri saya."
Setelah memberi perintah pada ART nya, Vino pun mengecup kening Tania lalu segera keluar dari ruang rawat itu.
Tania menatap nanar punggung Vino hingga hilang di balik pintu. Apa pun yang akan dilakukan Vino hari ini ia berharap semua nya akan baik-baik saja, ia tak bisa mencegah meskipun ia tak ingin memperkeruh tentang apa yang sudah menimpanya.
Vino mengemudikan mobil nya dengan kecepatan penuh, ia tak perduli dengan pengendara lain yang mungkin marah karena ulahnya yang mengebut bahkan menyalip sambil membunyikan klakson agar pengendara di depannya minggir dan memberinya jalan.
Tak membutuhkan waktu lama, mobil Vino pun sudah terparkir di pelataran Mall yang sebelumnya ia datangi bersama Tania. Setelah turun dari mobil nya ia langsung di sambut oleh Bara yang sudah menunggu nya dan langsung menuntunnya menuju ruangan CCTV.
Kedua mata Vino membulat melihat di layar monitor memperlihatkan Tania yang diserang oleh beberapa wanita yang Vino tahu adalah teman-teman Elza.
Vino mengepalkan kedua tangannya serta rahangnya mengeras, melihat di layar itu Tania di perlakukan dengan kasar. Rambutnya di tarik ke belekang, kedua tangannya di pelintir bak pakaian yang di peras, serta kedua pipi nya di hujani tamparan yang bertubi-tubi. Serta makian dan tuduhan yang membuat Vino benar-benar murka. Bisa-bisanya teman-teman Elza itu mengatakan Tania tidur dengan laki-laki lain dan melimpahkan pada nya, dan yang lebih Vino tak terima teman-teman Elza itu mengatakan jika diri nya mandul.
"Segera salin rekaman ini dan kirimkan padaku!" perintah nya pada Bara lalu segera keluar dari ruang CCTV itu. Sementara Bara segera melaksanakan perintah direkturnya itu.
Vino kembali melajukan mobil nya dengan kecapatan yang lebih tinggi dari sebelumnya, bahkan kali ini Vino menerobos lampu lalu lintas, beruntung tidak ada polisi yang bertugas sehingga ia tak perlu kerepotan lagi mengurus perkara melanggar rambu lalu lintas.
Beberapa saat kemudian Vino pun telah sampai dirumah utama yang sudah beberapa bulan ini ia tinggalkan demi Tania.
Dengan membawa kemarahan yang berapi-api, emosinya seketika memuncak saat masuk kedalam rumahnya itu yang sudah bukan seperti rumah melainkan seperti diskotik. Kulit kacang yang tercampur puntung rokok tercecer di lantai, botol-botol minuman keras yang sudah kosong yang tak terhitung jumlahnya juga tercecer di lantai, di meja bahkan di sofa serta beberapa buah speaker disco light. Apa yang sudah dilakukan Istriya itu selama ia tak pulang.
"Elza...!
Sungguh mantap sekali 🌹🌹🌹🌹 🌹
Terus lah berkarya dan sehat selalu ✌️