Cinta Mr. Alter Ego

Susan langsung memeriksa denyut nadi Rico begitu juga dengan pupil kedua matanya untuk memastikan kalau Riko dalam keadaan yang baik-baik saja.

"Kenapa Eyang pancing dia?" protes Susan kecewa campur kesal.

"Anak pembawa sial itu selalu ingin mengacaukan rencanaku. Dasar sok pahlawan kesiangan, sok romantis, preeett!" sungut Bastian bangun dari tempat duduk kebesarannya dan berlalu begitu saja.

"Urus dia, dan kendalikan dia agar tak berulah San." satu pesan sinis Bastian sekaligus menjadi perintah buat Susan sebelum dia pergi ke luar dari ruang kerjanya.

Bastian menghempaskan pantatnya dengan kasar di ranjang kebesarannya, matanya terpejam hingga kejadian 15 tahun silam menari-nari liar di kepalanya membuat jantung nya tiba-tiba terasa nyeri.

Tangan kanan keriput Bastian mengusap dadanya beberapa kali untuk menghilangkan rasa nyeri lalu tangan itu meraih laci nakas di sisi ranjangnya untuk mengambil botol kecil dari kaca tempat di mana dia menyimpan obatnya.

"Aliya sayang, papa tidak bisa menerima kepergian dan bapak tidak akan pernah bisa memaafkan anak itu." ucap Bastian lirih penuh kecewa sekaligus kesedihan yang berbalut jadi satu.

Bastian memberikan teguhnya mata senjanya menatap langit-langit kamarnya, gerakan kesedihan seketika tampak di wajahnya begitu dia menyebut nama Putri satu-satunya Aliya.

Masih jelas teringat dalam kenangan kepastian saat malam naas di mana kecelakaan merenggut Putri satu-satunya dan juga menantunya Abraham. Aliya adalah putri yang lahir dari perjuangan dan pertarungan seorang wanita bernama Andini, wanita yang begitu sangat Bastian cintai lebih dari apapun.

Kematian Andini karena mengorbankan nyawanya demi untuk bisa melahirkan Putri hasil cinta mereka berdua telah membuat diri Bastian berubah 180 derajat. Sosok Bastian yang tadinya hangat penuh cinta tiba-tiba berubah menjadi introvert.

Selama 23 tahun Bastian membesarkan Alia dengan penuh cinta, hampir dia tidak pernah meninggalkan Alia walau cuma sebentar bahkan saat dia melakukan perjalanan bisnis Aliya tetap ada di sampingnya.

Bagi Bastian Aliyah adalah cinta sekaligus harta yang paling berharga. Begitu juga saat Aliya menikah dengan Abraham, lelaki yang dipilihkan oleh Bastian menjadi salah satu kebahagiaan terbesar terlebih lagi keduanya menjadi saling cinta walaupun pernikahan itu karena perjodohan.

"Ahhhhhh......," helaan nafas Bastian terasa berat dengan mata mulai berembun.

Kesedihan selalu menusuk perasaannya saat dia mengingat Aliya, bukan saja karena kepedihan tapi dia juga merasa kehilangan lebih dari separuh hidupnya itulah yang membuat pasti begitu membenci Rico.

Awal kehadiran Rico adalah anugerah terbesar sekaligus juga kebahagiaan, rasa sayang dan juga kebanggaannya akan Rico tampak jelas sekali terlihat. di setiap kesempatan Bastian selalu membawa Riko dengan angkanya bahkan menyambungkan kepada rekan-rekan atau relasinya.

Rico kecil yang ganteng, pinter, humble dan juga menggemaskan menjadi begitu sempurna untuk mendapatkan segala kemanjaan yang diberikan oleh kedua orang tuanya juga kakeknya.

Rico tumbuh menjadi pemuda ABG yang hidup serba berkelimpahan harta dan juga kasih sayang, Aliya dan Abraham selalu mengikuti apapun keinginan Rico. sampai pada suatu hari Rico minta untuk diizinkan di temani menonton pameran lukisan yang ada di puncak Bogor di mana Rico juga salah satu pesertanya.

"Sayang hujannya deras sekali dan juga turun badai. Apa tidak sebaiknya kita tidak perlu datang ke acara pameran itu." saran Aliya pada remaja 10 tahun yang masih manja dan selalu ingin semua maunya dituruti.

"Nggak bisa Mama, ini kan acara pameran pertamaku. Kalau Koko nggak datang gimana dong pokoknya Koko nggak mau tahu, Koko mau hari ini harus datang ke acara pameran itu!" tolak Rico tetap pada pendiriannya.

"Koko? Jangan bantah mama mu!" bentak Bastian tegas membuat Rico mencembik.

"Ayah, jangan keras seperti itu pada Koko. apa yang dikatakan itu benar ini pameran pertamanya pasti sesuatu yang sangat berharga. mas kita berangkat saja sekarang pasti belum terlambat sampai sana." ajak Aliya pada suaminya.

"Berhenti! Jangan nekat kalian!" larang Bastian.

"Ayah, kita naik mobil dan jalannya juga pelan jadi ayah nggak perlu khawatir." ucap Aliya menenangkan Bastian agar mengizinkan Mereka pergi.

"Tidak sayang, Jangan pergi! Firasat Ayah tidak enak." cegah Bastian.

"Ayah, Aliya mohon, ini acara yang sangat penting buat Koko izinkan kami Yah." bujuk Aliya.

"Mas, kamu janji akan membawa mobil dengan sangat hati-hati kan Mas?" tanya Ayah Aliyah pada suaminya agar Bastian tenang.

"Tentu saja sayang. Ayah tidak perlu khawatir saya akan membawa mobil dengan sangat hati-hati dan kita akan kembali ke rumah dengan selamat." janji Abraham ikut meyakinkan pasti mereka.

Bastian tidak menyahut dia berbalik badan berjalan menuju kamarnya.

"Gimana dek?" tanya Abraham meminta jawaban Aliya.

"Aku tidak ingin membuat satu-satunya putra kesayanganku kecewa kita berangkat sekarang Mas." kata terakhir yang masih didengar oleh Bastian dari Alya Putrinya.

Bastian menatap langit-langit kamarnya Yang putih seketika berubah menjadi kelam dan juga samar-samar akibat genangan air mata yang kini sudah mulai meleleh di kedua pelipisnya.

"Ohhhh.....kenapa kamu tidak nurut sama Ayah sayang." sesal Bastian.

Penyesalan yang mungkin tidak akan pernah berujung manakala sore senja itu mobil yang dikendarai Abraham dan aliya juga Riko kecelakaan di jalan tol nyawa Alya dan Abraham seketika.

Rico remaja yang saat itu duduk di bangku belakang selamat dengan trauma yang luar biasa saat melihat mayat kedua orang tuanya bersimbah darah di depan tanpa dia bisa berbuat apa-apa hingga akhirnya dia pun tak sadarkan diri di tempat kejadian.

Mulai terbuka Kenapa ada dua kepribadian dalam diri Rico.