Ini kisah Alexa Hutama, seorang anak haram yang selalu mendapat tatapan kebencian dari keluarga ayahnya, Anggara Hutama. Tidak sampai di situ, kisah cinta Alexa pun tidak pernah mulus. Dihianati kekasih dan adiknya sendiri. Membuat Alexa yang penurut dan pendiam menjadi sosok berani dan liar. Apalagi setelah pertemuanya dengan seorang CEO dingin dan arrogant. Pria dewasa yang hanya ingin tubuhnya. Apa Alexa akan tetap bertahan? Pada hati yang selalu membuatnya sakit? Atau justru membuat Austin menyesali sikap acuhnya selama ini, begitu Alexa memutuskan hilang dari dunia ini dengan cara bunuh diri. Menceburkan diri dari kapal pesiar ketika hari pernikahannya. Cekidot. Baca juga novel Sept yang lain;
Rahim Bayaran
Menikahi Majikan
Dea I Love you
Istri Gelap Presdir
Suamiku Pria Tulen
Follow juga IG Sept yaa... yuk kenalan sama penulisnya.
Instagram ; Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gagal Fokus
Wanita Pilihan CEO Bagian 23
Oleh Sept
Rate 18 +
"Heiii ... aku sedang bicara padamu!" teriak Dinda saat Alexa melewati dirinya begitu saja. Kakaknya itu hanya melirik dan menarik koper tanpa ingin membalas sapaan keji darinya.
"Tidak tahu malu! Mau bikin malu lagi keluarga ini rupanya!" gumam Dinda. Gadis dengan panjang rambut sebahu itu terus saja mengutuk sang kakak.
Sebenarnya Dinda mau pergi, karena Alexa datang, ia pun memutuskan kembali masuk rumah. Dengan langkah cepat karena kakinya yang jenjang, ia meraih dan menarik paksa koper warna silver milik Alexa.
"Ish!" Alexa mendesis kesal, mengapa di manapun terasa seperti neraka. Ia terlalu banyak dikelilingi manusia berhati iblish.
"Tolong jangan membuat aku marah!" Alexa menatap adiknya dengan tajam.
Deg
Dinda teringat betapa marahnya dan betapa mengilanya sang kakak saat di rumah sakit. Tiba-tiba ia merasa ngeri saat mata itu menghujam dengan tajam ke arahnya.
Brukkkkk
Dinda mendorong koper itu, menjauh darinya. Kemudian ia langsung bergegas pergi. Takut bila Alexa kembali kambuh gilanya. Ia masih ngeri saat mengingat tubuhnya ditusuk dengan jarum infus.
"Astaga! Ada apa dengan Alexa. Mengapa ia bisa jadi seram seperti itu. Ish ... tunggu saja. Kalau sampai mama pulang dari London. Kita lihat nanti, kamu bisa apa!" batin Dinda sambil berjalan menuju mobil mahal miliknya. Mobil pemberian dari sang papa beberapa bulan lalu.
Dimanja sejak kecil, bagi Dinda kemewahan sudah biasa. Lain halnya dengan Alexa, lahir di tahun yang sama, dari ayah yang sama juga, tapi nasib mereka bagai bumi dan langit. Surga bagi Dinda, dan neraka dunia bagi gadis cantik bernama Alexa Hutama tersebut.
***
"Non muda," Kepala pelayan langsung menundukkan wajahnya saat melihat Alexa yang datang.
"Mana papa?"
"Sedang main golf, Non."
"Oh ..."
Alexa meletakkan koper di sebelah sofa, kemudian ia merebahkan tubuhnya pada sofa yang besar tersebut. Dan kepala pelayan terus saja memperhatikan Alexa. Sepertinya ia merasa rindu dan juga kasian, terlihat dari cara ia menatap gadis itu.
"Nona sudah makan?"
"Alexa nggak lapar."
Suasana hening untuk sesaat. Kepala pelayan pun ikut terdiam, kemudian meraih koper Alexa.
"Tunggu! Mau dibawa ke mana?" Alexa langsung bangun, ia kini duduk dan merebut kopernya lagi.
"Ke kamar Nona muda, Non. Di lantai atas."
Ganti Alexa yang tertegun, ia kira sudah dibuang dari rumah itu. Tapi ternyata masih ada ruang di dalam sana untuknya.
"Permisi, Non."
Alexa lantas melepaskan koper yang semula ia pegang erat. Seolah benda itu adalah barang berharap yang harus ekstra dijaga. Padahal, isinya hanya beberapa lembar kain yang harganya tak seberapa.
Ya, semua barang mewah miliknya yang merupakan pembelian dari Austin, ia tinggal begitu saja di villa. Alexa tidak membawa apapun, hanya baju-baju biasa yang harganya pun tidak wah.
Beberapa saat kemudian, ia naik ke lantai 3. Di sana, tempat ia menghabiskan waktu dari kecil sampai remaja.
Alexa menyusuri pintu demi pintu, ditatapnya pintu dengan cat merah muda. Itu adalah kamar Dinda. Dinda adiknya yang ia sayang, tapi dulu, dulu sekali.
Tiba-tiba wajahnya berubah masam saat melewati lemari besar di sudut ruangan. Ia masih ingat, bagaimana ibu sambungnya mengurung Alexa di sana selama sehari waktu ia masih kecil.
"Non, ini tehnya," Bibi mendadak muncul dari balik tubuh Alexa, membuat gadis itu terhenyak.
"Ish ... Bibi mengejutkanku!"
"Maaf, Non."
Alexa hanya mengangguk kemudian kembali menatap seisi ruangan dengan tatapan hampa.
***
Di tempat lain, Austin terlihat kesal. Sejak tadi ia tidak fokus pada berkas yang ia periksa. Ia tidak bisa berpikir jernih gara-gara satu wanita.
"Singkirkan semua ini!" serunya pada Gerry dengan wajah tak senang.
"Baik, Tuan."
Sesuai perintah, Gerry melakukan apa yang ditugaskan padanya. Ketika akan keluar ruangan, Austin kembali memberikan perintah.
"Cari dia!" serunya dengan wajah dingin. Bersambung.
tapi dulu dia jahat juga.....rasain aja ....