Karya ini murni dari imajinasi penulis. Tidak ada unsur plagiat.
🌺🌺🌺
Angga Pratama, seorang pengusaha muda yang sukses. Dia terkenal dengan kedinginannya. Mamanya memaksa Angga untuk segera menikah. Jika Angga tidak menikah juga. Maka, Santi akan menjodohkannya dengan anak dari sahabatnya.
Anastasya, seorang gadis yatim piatu berusia 21 tahun. Ia dibesarkan oleh asisten rumah tangganya. Yang di kenal dengan panggilan Bibi Ratih.
Suatu hari Angga dan Tasya dipertemukan. Namun, bukan pertemuan yang baik seperti pada umumnya.
Penasaran dengan kisah mereka? Jangan lupa favoritkan novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casilla Bella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter-22
Hari ini Angga berangkat ke Bandung bersama Bije, sekretarisnya.
"Kita akan bertemu dengan Pak Gandi, pemilik PT. Mitra Jaya pukul 10 ini." Tutur Bije.
"Ya, kamu atur saja. Oh ya, aku sudah mentransfer bonus tambahan untukmu."
"Yang benar Tuan?" tanya Bije girang.
"Benar. Itu sebagai tanda terima kasih. Karena kamu rela bekerja lembur saat saya tidak ke kantor."
"Terima kasih Tuan, terima kasih!" seru Bije senang.
"Tuan, sepertinya kita harus mengisi bensinnya dulu!" tambah Bije.
"Ya."
Bije terus menyetir sampai ia hampir tiba di dekat pom bensin. Saat akan membelokkan mobilnya, tiba-tiba ada sebuah truk yang melaju kencang berlawanan dengan arah mobil mereka.
BRUK!
Di sisi lain...
"Ma, berkas milik Angga ketinggalan. Mana dia sudah pergi. Bagaimana ini?"
"Dia pasti belum jauh dari sini. Coba kamu telepon," ujar Santi.
"I-iya Ma. Tasya akan menelponnya!"
"Ma, ponselnya gak aktif! Bagaimana ini? Apa Tasya susul saja ke Bandung? Ini pasti berkas penting!" ujar Tasya cemas.
"Tenang Nak, coba hubungi lagi!"
Tasya terus menghubungi Angga. Namun, ponsel Angga tetap tidak bisa dihubungi.
TING NONG...
"Ma, apa itu Angga? Pasti dia ke sini lagi untuk mengambil berkas ini!" Tasya berjalan tergopoh-gopoh menuju pintu.
"Selamat pagi!"
Matanya membelalak, "S-selamat pagi. A-ada apa ya Pak?" tanya Tasya gugup.
"Itu Angga Tas?" tanya Santi sambil berjalan ke arah Tasya.
"Lho... itu kan polisi?" batin Santi.
"Apa benar ini rumah saudara Angga Pratama?"
"Be-benar Pak!" jawab keduanya.
"Kami dari kepolisian, ingin menyampaikan berita duka, bahwa mobil yang ditumpangi oleh saudara Angga Pratama mengalami kecelakaan di jalan x."
"A-apa? Angga..." seketika saja tubuh Santi terjatuh pingsan.
"Mama!" jerit Tasya.
***
"Ma, Mama bangun Ma..." lirih Tasya sambil menangis.
"Maaf Bu. Ibu yang ikhlas. Ibu Santi sudah kembali pada yang mahakuasa. Ibu yang sabar, yang ikhlas..." kata suster yang ada di samping Tasya.
"Tidak! Tidak!" Tasya berteriak histeris sambil memeluk jasad Santi.
"Nona, Nona!" panggil Ratih, tiba-tiba masuk ke ruangan itu. Ia begitu terkejut melihat Santi yang sudah ditutupi oleh kain.
"Saya permisi," ucap suster itu meninggalkan mereka.
Ratih berjalan mendekati Tasya, "Nona yang sabar. Bibi tahu, ini pasti sangat berat untuk Nona. Ikhlaskan kepergian Ibu Non..." lirih Ratih.
"Nyonya sangat baik padaku! Kenapa Nyonya pergi secepat ini..." lirih Asih, yang sedari tadi menangis di pojok.
"Ma, bangun Ma..." Tasya menggoyang-goyangkan jasad Santi.
"Permisi Bu, maaf mengganggu. Pasien bernama Angga Pratama sedang kritis saat ini!" ucap suster di dekat pintu.
"Angga!" Tasya segera mengusap air matanya.
Ia berlari ke ruangan tempat Angga dirawat. "Sus, apa suami saya bisa diselamatkan?"
"Berdoalah Bu. Dokter sedang memeriksanya!"
Tasya mengintip Angga yang sedang terbaring kritis penuh luka di sekitar kepala dan kakinya. Lagi-lagi air matanya menetes. Ia merasa begitu putus asa. Santi telah meninggalkannya. Apakah sekarang suaminya juga akan meninggalkannya?
"Angga... bertahanlah demi aku..." lirihnya.
Dokter yang menangani Angga pun keluar.
"Dok, bagaimana dengan keadaan suami saya? Dia gak kenapa-kenapa kan, Dok?"
Dokter itu terdiam, dan terlihat ia sedang menghela nafas berat. Dokter itu pun menggeleng. "Kami sudah berusaha semampu kami, tapi Allah berkehendak lain." Ia menghela nafasnya lagi.
"Suami anda tidak bisa kami selamatkan," sambungnya.
"Nggak mungkin! Nggak mungkin Dok! Suami saya pasti masih hidup! Suami saya gak boleh meninggal Dok!!" Tasya segera berlari mendekati Angga.
"Ga... bangun! A-aku di sini Ga! Apa kamu akan meninggalkan aku secepat ini hah?"
"Mama telah meninggalkanku. Apa kamu mau meninggalkanku juga? Ga! Bangun... bangun! Jangan tinggalkan aku Ga!!"
"Maaf Bu, jenazah Pak Angga akan kami pindahkan!" ucap suster yang ada di sana.
"Tidak! Jangan bawa suamiku pergi! Aku yakin dia masih hidup Sus!"
"ANGGA!!" teriaknya. Ia melihat dinding-dinding langit.
Nafasnya begitu terengah-engah, "Hah... ternyata hanya mimpi!" Tasya mengelus dadanya dan bernafas lega.
Ia bangkit dari sofa yang dipakainya untuk tidur tadi. Lalu ia berjalan mendekati suaminya yang tengah terbaring lemah.
"Suamiku, aku bersyukur semua itu hanyalah mimpi!" Tasya menyentuh telapak tangan Angga, dan mulai menciuminya.
"Cepat sadar ya suamiku. Aku akan melihat keadaan Mama dulu. Kamu tahu? Mama sangat syok mendengar berita kecelakaan kamu sampai pingsan," Tasya menundukkan kepalanya sedih.
"Dan Mama terkena serangan jantung sampai stroke. Mama tidak bisa bicara dan berjalan..." lirihnya.
Flashback On
"Pak, tolong bantu mertua saya!" ucapnya meminta tolong.
Kedua polisi itu segera membawa Santi ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, Santi segera dibawa ke UGD. Sementara itu, Tasya mencari Angga yang sudah dibawa duluan oleh orang-orang yang membawanya ke rumah sakit.
"Sus, pasien yang mengalami kecelakaan barusan ada di mana?" tanyanya.
"Oh... atas nama Bapak Angga Pratama dan Bejontara Bima Sakti ya?"
Tasya mengeryit, "Bejontara Bima Sakti Sus?"
"Iya, di dalam mobil yang ditumpangi oleh Bapak Angga ada orang lain, mungkin itu sopirnya ya Bu?"
"Apa maksudnya Bije?" batin Tasya.
"I-iya. Di mana mereka Sus?"
"Mari saya antar Bu!" ia mengantarkan Tasya sampai ke ruangan tempat Angga dirawat.
"Terima kasih Sus!" ucapnya. Suster itu mengangguk dan meninggalkan Tasya.
"Angga," Tasya mulai menangis melihat kondisi Angga yang begitu memprihatinkan. Lalu ia beralih menatap ke arah Bije.
"Semoga kalian segera sadar." Ia menghela nafas sedih.
Tasya mulai menggenggam tangan Angga, "Angga, kenapa ini harus terjadi padamu?"
Di sisi lain...
"Sus, di mana pasien yang mengalami kecelakaan itu?"
"Ada di sebelah sana Bu!" jawabnya sambil menunjuk.
"Terima kasih! Ayo Des!" ajak Ratih.
Tiba-tiba matanya teralihkan dengan seorang wanita seusianya yang sedang terlihat sedih. "Tunggu, sepertinya Ibu pernah melihat wanita itu!" gumam Ratih.
"Mana Bu?" tanya Dessy.
Ratih berjalan mendekati wanita itu, diikuti oleh Dessy. "Kamu Asih kan?"
"Ratih!" Asih memeluk Ratih sedih.
"Kok di sini? Bukannya ruangan Tuan Angga ada di sebelah sana?" tanya Ratih sambil menunjuk.
"Nyonya... Nyonya terkena serangan jantung!"
"Innalilahi wa innailaihi raji'un. Terus gimana keadaannya sekarang?"
"Sekarang Nyonya mengalami stroke, ia tidak bisa berbicara dan berjalan. Baru saja ia sadar. Sekarang sedang tidur lagi karena pengaruh obat."
"Lalu di mana Nona Tasya sekarang?"
"Nona ada di ruangan Tuan Angga. Sedang menemaninya."
"Kalau begitu, kami mau ke sana dulu. Ayo Nak!" Ratih menggandeng tangan Dessy.
Tok... tok...
"Nona, ini Bibi!"
Tasya menoleh ke belakang "Bibi??"
"Nona..." lirihnya. Ratih mendekati Tasya dan langsung memeluknya.
"Nona yang sabar ya... ini ujian Non," ujar Ratih sedih.
"I-iya Bi. Doakan Angga, dan Mama Santi ya? Dan Bije juga..." lirihnya.
"Pasti Non!"
"Tasya, aku turut sedih dengan musibah yang menimpa Mama mertuamu dan suamimu!"
"Terima kasih Dessy, aku senang kalian datang!" ucapnya sambil menitihkan air mata.
"Oh iya, apa Nona sudah tahu kalau mertua Nona tidak bisa berbicara dan berjalan?"
"Apa? Tidak bisa berjalan?!" ucap Tasya terkejut.
Flashback Off
"Aku harap kamu segera sadar. Aku sangat merindukanmu!" Tasya mulai meninggalkan Angga.
***
Happy reading 😘
.... payyyaahhhhh dahhh😤😤😤😤😤😤